https://jabar.times.co.id/
Berita

PDA Kota Tasikmalaya Asah Keterampilan Menjahit untuk Bangun Kemandirian Difabel

Senin, 17 Februari 2025 - 17:07
PDA Kota Tasikmalaya Asah Keterampilan Menjahit untuk Bangun Kemandirian Difabel Dua penyandang tunagrahita siswa SLB ABC Lestari saat mengoperasikan mesin jahit di Gedung workshop Pesantren Amanah, Jalan Sambongjaya, Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Senin (17/2/2025). (Foto: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

TIMES JABAR, TASIKMALAYA – Di dalam Gedung Workshop Menjahit Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) Pesantren Amanah Muhammadiyah, suasana tampak penuh semangat. Seorang instruktur tengah memaparkan teori pembuatan pola baju di hadapan para siswa difabel

Sementara itu, beberapa pendamping dengan sabar menerjemahkan setiap instruksi ke dalam bahasa isyarat, memastikan tidak ada satu pun peserta yang tertinggal dalam memahami materi.

Dengan penuh ketelatenan, para pendamping membantu peserta menyusun skala pola baju. Setiap goresan pensil dan pemotongan kain menjadi langkah awal bagi mereka dalam menguasai keterampilan menjahit. 

PDA-Kota-Tasikmalaya-h.jpgInstruktur BLKK Idah Mardiani saat mengoreksi hasil sketsa pembuatan pola baju salah satu siswa di Gedung workshop Pesantren Amanah, Jalan Sambongjaya, Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Senin (17/2/2025). (Foto: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

Program pelatihan menjahit inklusif ini merupakan inisiatif perdana yang digagas oleh Pengurus Daerah Aisyiyah atau PDA Kota Tasikmalaya, sebagai bentuk kepedulian terhadap pemberdayaan kaum difabel di Kota Tasikmalaya. 

Ketua PDA Kota Tasikmalaya, Sunanih, M.Pd., mengungkapkan bahwa program ini bertujuan untuk membekali penyandang disabilitas dengan keterampilan menjahit sebagai bagian dari pengembangan soft skill dan pengalaman kerja melalui program magang.

"Berangkat dari kepedulian terhadap permasalahan disabilitas di Kota Tasikmalaya, kami dari Pengurus Daerah Aisyiyah merangkul kaum difabel dengan memberikan pelatihan menjahit sebagai bentuk pemberdayaan," ujar Sunanih kepada TIMES Indonesia, Senin (17/2/2025).

Pelatihan yang bertemakan "Disabilitas bukan batasan, tetapi jalan untuk menemukan kekuatan sejati. Kemandirian lahir dari keberanian melangkah, meski dunia meragukan." ini diikuti oleh puluhan siswa dan alumni dari beberapa Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kota Tasikmalaya. 

Instruktur BLKK, Idah Mardiani, didampingi asistennya Lia Yulianti, menjelaskan bahwa program ini berlangsung selama 240 jam, dengan jadwal pelatihan setiap Senin, Selasa, dan Rabu, masing-masing selama dua jam per sesi. Namun, bagi peserta yang membutuhkan waktu lebih lama, pihak BLKK memberikan fleksibilitas hingga mereka benar-benar mahir.

"Karena peserta ini adalah peserta istimewa, maka kami tidak membatasi waktu mereka. Target kami adalah anak-anak difabel bisa menghasilkan sebuah karya nyata dari keterampilan yang kami ajarkan," jelas Idah.

Pendekatan yang digunakan dalam pelatihan ini bersifat individual, di mana setiap peserta mendapatkan bimbingan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuannya. Pendampingan intensif dari instruktur dan asisten juga menjadi faktor utama keberhasilan program ini.

PDA-Kota-Tasikmalaya-c.jpgRestu salah satu guru pendamping khusus saat mentransfer materi yang disampaikan instruktur kepada salah satu siswi di Gedung workshop Pesantren Amanah, Jalan Sambongjaya, Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Senin (17/2/2025). (Foto: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

Pelaksanaan program ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, salah satunya Kepala Sekolah SLB ABC Insan Lestari, Aris Rahman. Ia mengakui bahwa membimbing siswa disabilitas dalam bidang keterampilan menjahit memiliki tantangan tersendiri.

"Kesulitan utama adalah keterbatasan motorik dan sensorik pada peserta, beberapa dari siswa mengalami kesulitan dalam mengoperasikan mesin jahit, mengoordinasikan tangan dan mata, serta memegang alat seperti jarum, benang, atau gunting," ungkap Aris.

Menurutnya, keterbatasan tersebut sering kali membuat para siswa merasa tertinggal dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang non-disabilitas. Selain itu, stigma sosial yang menganggap keterampilan menjahit sebagai sesuatu yang sulit bagi penyandang disabilitas masih menjadi tantangan besar.

Aris berharap program ini bisa menjadi motivasi bagi para difabel, serta mendorong lebih banyak lembaga untuk menciptakan lingkungan belajar dan magang yang inklusif.

"Kami ingin lebih banyak industri yang bersedia menerima tenaga kerja dari kalangan difabel. Selain itu, program pelatihan kerja yang berkelanjutan setelah mereka lulus sekolah juga sangat diperlukan," tambahnya.

Untuk mengatasi tantangan yang ada, diperlukan berbagai solusi, seperti pelatihan bagi para instruktur agar lebih memahami kebutuhan penyandang disabilitas, pengadaan alat bantu yang lebih ergonomis, serta kolaborasi dengan industri dalam menciptakan lingkungan kerja yang ramah difabel.

Dengan adanya pelatihan menjahit ini, diharapkan penyandang disabilitas di Kota Tasikmalaya memiliki kesempatan lebih besar untuk mandiri secara ekonomi. Program ini juga menjadi bukti bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk berkarya dan berdaya.

Untuk mengatasi tantangan yang ada, diperlukan berbagai solusi, seperti pelatihan bagi para instruktur agar lebih memahami kebutuhan penyandang disabilitas, pengadaan alat bantu yang lebih ergonomis, serta kolaborasi dengan industri dalam menciptakan lingkungan kerja yang ramah difabel.

"Kita berharap tangan-tangan terampil mereka, benang dan kain bukan sekadar bahan, tetapi menjadi simbol harapan, kemandirian, dan masa depan yang lebih cerah. Karena sejatinya, disabilitas bukan batasan, melainkan kekuatan yang menunggu untuk ditemukan," pungkas Aris. (*)

Pewarta : Harniwan Obech
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jabar just now

Welcome to TIMES Jabar

TIMES Jabar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.