https://jabar.times.co.id/
Berita

Ajeng Canyarasmi, Jejak Perempuan Indonesia di Panggung Tata Suara Dunia

Rabu, 11 Desember 2024 - 15:00
Ajeng Canyarasmi, Jejak Perempuan Indonesia di Panggung Tata Suara Dunia Sosok Ajeng Canyarasmi, perempuan Indonesia yang berkiprah sebagai sound designer. (Foto: Dok. Pribadi)

TIMES JABAR, BANDUNGAjeng Canyarasmi tidak hanya mencetak prestasi sebagai sound designer dan re-recording mixer berkelas dunia, tetapi juga mengukir sejarah sebagai perempuan Indonesia pertama yang mencapai tahap pertimbangan nominasi Oscar 2025 di kategori tata suara. Di industri yang didominasi oleh laki-laki, kehadiran Ajeng menjadi bukti bahwa gender bukanlah penghalang untuk berkontribusi dan bersinar di level tertinggi.

Dalam proses kreatifnya, Ajeng selalu menekankan pentingnya tata suara sebagai elemen inti dalam bercerita. "Tata suara bukan hanya soal mendukung visual, tetapi juga tentang menciptakan emosi yang menempel di hati penonton," ujar Ajeng beberapa waktu lalu.

Ia percaya bahwa kualitas suara mampu membangun atmosfer, memperkuat karakter, hingga membawa penonton masuk lebih dalam ke dunia yang diciptakan oleh film.

Sebagai perempuan, perjalanan Ajeng di industri ini tidaklah mudah. Dia harus menghadapi tantangan stereotip, adaptasi teknologi canggih, hingga persaingan yang ketat di Hollywood.

Namun, dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman internasional, Ajeng berhasil membangun reputasi sebagai profesional yang tidak hanya andal secara teknis, tetapi juga inovatif dalam menciptakan suara yang penuh jiwa.

Karya-karya seperti "Nate and John" dan "The Unreachable Star" adalah representasi puncak dari dedikasi dan keahlian Ajeng. Dalam "Nate and John", Ajeng menghidupkan dunia animasi dengan detail suara yang memukau, mulai dari nuansa suara ambient hingga penekanan pada dinamika emosi karakter.

Sementara dalam "The Unreachable Star", ia menangkap keintiman drama dengan tata suara yang halus namun mendalam, membuat setiap dialog dan latar terdengar hidup dan relevan.

Sebagai re-recording mixer dan sound designer perempuan pertama asal Indonesia yang menembus panggung Oscar , Ajeng membawa pesan penting: keberagaman gender dalam industri kreatif dapat membuka perspektif baru yang memperkaya hasil karya.

Keberhasilannya tidak hanya membanggakan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi perempuan-perempuan muda Indonesia untuk bermimpi besar dan berani menembus batasan yang ada. Kehadiran Ajeng Canyarasmi di pentas dunia adalah bukti bahwa talenta Indonesia dapat bersaing di kancah internasional.

Tidak hanya menjadi perempuan pertama Indonesia yang berprestasi di bidang tata suara, Ajeng Canyarasmi juga menguatkan semangat kolaborasi perempuan dalam perfilman internasional.

Masuk Tahap Pertimbangan Oscar 2025

Dua filmnya yang masuk tahap pertimbangan Oscar 2025, "Nate and John" dan "The Unreachable Star", lahir dari kerja sama dengan sutradara-sutradara perempuan berbakat yang membawa visi dalam setiap karya mereka.

Film "Nate and John" disutradarai oleh Jumai Yusuf, seorang lulusan Harvard University di bidang neurologi yang kemudian memperdalam kecintaannya pada seni film dengan melanjutkan studi di USC School of Cinematic Arts, Los Angeles, California.

Jumai Yusuf dikenal karena pendekatannya yang mendalam, menggabungkan sains dan seni dalam bercerita, menjadikan "Nate and John" sebagai film animasi dengan lapisan emosional yang kaya.

Bagi Ajeng, bekerja dengan Jumai adalah pengalaman inspiratif, di mana tata suara harus mampu menangkap kompleksitas dunia yang diciptakan dari perspektif ilmiah sekaligus manusiawi.

Sama halnya dengan Ajeng Canyarasmi yang mengambil Jurusan Matematika di ITB. “Walau banyak orang mengira tidak berkaitan, itu pola pikirnya sistematis dan logisnya yang justru kepake banget dalam bidang paska produksi  suara yang perlu pemahaman teknologi tinggi dan di tahap level  Hollywood itu sangat kompleks,” tuturnya.

Sementara itu, Sharon S. Park, sutradara film "The Unreachable Star", membawa semangat keturunan Korea-Amerika yang mencerminkan keragaman budaya dalam karyanya. Sharon dikenal sebagai sosok visioner yang mampu memadukan cerita personal dengan estetika sinematik yang memikat.

Dalam proyek tersebut, Ajeng berkolaborasi erat dengan Sharon untuk menciptakan pengalaman audio yang memperkuat kedalaman cerita, menghadirkan keintiman yang terasa hidup di setiap adegan.

Kolaborasi Ajeng dengan dua sutradara perempuan itu menjadi bukti bagaimana perempuan di berbagai lini industri perfilman saling mendukung untuk menghasilkan karya yang berdampak besar.

“Bekerja dengan Jumai dan Sharon adalah perjalanan yang memperkaya. Kami saling berbagi perspektif, membangun narasi yang tidak hanya bercerita, tetapi juga menyentuh,” kata dia. (*)

Pewarta : Ferry Agusta Satrio
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jabar just now

Welcome to TIMES Jabar

TIMES Jabar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.