TIMES JABAR, TASIKMALAYA – Di tengah derasnya arus modernisasi dan perkembangan teknologi, permainan tradisional terus dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari identitas budaya lokal.
Hal ini dilakukan UPI Kampus Tasikmalaya dalam rangka mendukung pengembangan kampung wisata, melalui kegiatan "Workshop Instruktur Permainan Tradisional Melalui Kampung Wisata" yang diadakan di Kampung Salapan, Urug, Kawalu, Tasikmalaya, Rabu (6/11/2024).
UPI Kampus Tasikmalaya berupaya menghidupkan kembali permainan tradisional agar bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan sekaligus membentuk karakter generasi muda.
Direktur UPI Kampus Tasikmalaya, Prof. Dr. Heri Yusuf Muslihin, MPd, menjelaskan bahwa tujuan utama dari program ini adalah untuk mengembalikan minat anak-anak pada permainan tradisional.
“Anak-anak saat ini cenderung terpapar oleh permainan berbasis digital yang berpotensi menurunkan keterampilan motorik mereka. Melalui permainan tradisional, kita bisa meningkatkan kemampuan motorik, keseimbangan, dan keterampilan fisik anak,” ujar Prof. Heri.
Menurutnya, permainan tradisional tak hanya memperbaiki sisi fisik anak, tetapi juga mendukung perkembangan sosial dan psikologis mereka.
Dian Rahadian (60), salah satu tokoh di kampung wisata Kota Tasikmalaya, memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif UPI Kampus Tasikmalaya. Menurutnya, perkembangan dunia digital saat ini memang tidak bisa dihindari, tetapi perlu diarahkan agar tidak menggerus nilai-nilai sosial anak.
“Di setiap rumah, hampir setiap anak punya gadget. Ini sangat berisiko, karena permainan digital cenderung individual, tidak melibatkan interaksi langsung dengan teman sebaya,” kata Dian.
Ia menambahkan bahwa dengan permainan tradisional, anak-anak bisa kembali mengenal kerjasama dan kebersamaan.
Didampingi oleh Euis Supriati (47) dari Kampung Salapan, Dian menyatakan rencana untuk mengadakan event permainan anak di kampung wisata.
“Kita harus memasyarakatkan kembali permainan tradisional agar anak-anak tak hanya mengenal teknologi, tetapi juga budaya asli mereka,” tambahnya.
Permainan tradisional memiliki potensi besar dalam mendukung konsep kampung wisata. Ada beberapa kontribusi permainan tradisional yang dapat memperkuat daya tarik dan nilai edukatif kampung wisata di Tasikmalaya.
Revitalisasi Permainan Tradisional sebagai Edukasi Budaya Permainan tradisional seperti engklek, congklak, galah asin, dan gatrik seringkali terlupakan di tengah dominasi permainan digital. Melalui kampung wisata, permainan ini bisa diperkenalkan kembali sebagai bagian dari budaya Sunda kepada generasi muda dan wisatawan. Program revitalisasi ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana edukasi interaktif yang mengajarkan nilai-nilai budaya dan sejarah lokal.
Wisata Edukasi dan Pengalaman Budaya untuk Generasi Muda Kampung wisata dengan permainan tradisional dapat menjadi destinasi wisata edukasi, khususnya untuk wisatawan keluarga dan institusi pendidikan. Sekolah-sekolah bisa mengadakan kunjungan belajar di mana siswa dapat berinteraksi langsung dengan permainan ini. Hal ini mendukung pembentukan karakter melalui nilai kerjasama tim, ketangkasan, dan kreativitas.
Pengembangan Ekonomi Kreatif melalui Festival Permainan Tradisional Festival permainan tradisional yang diadakan secara tahunan akan memperkenalkan permainan-permainan lama sekaligus mendukung usaha ekonomi kreatif di Tasikmalaya. Pengrajin lokal dapat menjual miniatur permainan tradisional, suvenir, dan makanan khas yang semakin melengkapi pengalaman wisatawan. UMKM lokal pun mendapatkan peluang usaha baru yang terkait dengan tema permainan tradisional.
Daya Tarik Wisata yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan Permainan tradisional tidak membutuhkan teknologi tinggi atau sumber daya besar, sehingga bersifat ramah lingkungan. Ini menjadikan permainan tradisional sebagai daya tarik wisata yang berkelanjutan tanpa merusak ekosistem setempat. Wisatawan yang berkunjung juga mendapat kesan autentik mengenai kehidupan tradisional Tasikmalaya.
Permainan Tradisional sebagai Sarana Sport Tourism Permainan fisik seperti galah asin atau bakiak dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata olahraga, atau sport tourism, yang menghadirkan pengalaman unik khas Sunda. Ini memberikan variasi wisata di Tasikmalaya, menarik wisatawan yang tertarik pada aktivitas fisik tradisional.
Digitalisasi Permainan Tradisional untuk Daya Tarik Wisata Mengikuti tren digitalisasi, permainan tradisional bisa diintegrasikan dalam teknologi augmented reality (AR) atau virtual reality (VR).
Pengunjung kampung wisata dapat merasakan permainan tradisional dalam format digital modern, menarik minat generasi muda yang terbiasa dengan teknologi sembari mengenal budaya lokal.
Kolaborasi dengan Komunitas Budaya untuk Pelestarian Permainan Tradisional Kampung wisata yang melibatkan komunitas lokal atau sanggar budaya akan semakin kuat dalam menjaga daya tariknya.
Kolaborasi dengan komunitas ini memungkinkan mereka untuk melatih anak-anak sebagai pemandu atau instruktur permainan, sehingga masyarakat ikut berperan aktif dalam pelestarian budaya.
Permainan Tradisional sebagai Branding Unik Kampung Wisata Mengangkat permainan tradisional sebagai branding kampung wisata dapat menjadi identitas yang kuat bagi Tasikmalaya. Kampung wisata yang mengusung permainan tradisional sebagai tema utama dapat menarik wisatawan yang mencari pengalaman unik dan berkesan.
Dengan mengintegrasikan permainan tradisional dalam konsep kampung wisata, Tasikmalaya bisa mendapatkan banyak keuntungan baik dari segi budaya, ekonomi, dan edukasi. Generasi muda akan lebih mengenal budaya lokal, sementara wisatawan mendapatkan pengalaman berbeda yang mendalam tentang kehidupan dan tradisi Sunda. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Permainan Tradisional, Elemen Penting dalam Pengembangan Kampung Wisata di Tasikmalaya
Pewarta | : Harniwan Obech |
Editor | : Deasy Mayasari |