TIMES JABAR, PANGANDARAN – Pasokan kayu albasiah dari Kabupaten Pangandaran mengalami penurunan.
Penurunan tersebut diantaranya dipengaruhi oleh produktivitas bahan baku lantaran tanaman pohon albasiah kerap diserang hama ulat kantong dan karak tumor.
Pada tahun 2017 pengiriman kayu albasiah dari Kabupaten Pangandaran mencapai 2000 kubik per hari. Setelah terjadinya serangan hama ulat kantong dan karak tumor sekitar 2018 mengalami penurunan kisaran 25 persen dari pengiriman normal sebelumnya.
"Setelah hama ulat kantong dan karak tumor merajalela, produktivitas pengiriman kayu albasiah hanya 1.500 kubuk per hari," kata Endang salah satu petani albasiah di Pangandaran.
Angka 1.500 kubik tersebut hasil dari penanaman masyarakat di hutan pribadi seluas 80.000 hektare.
"Penerima barang atau konsumen besar yang menerima kayu albasiah dari Pangandaran sudah mengakui kualitas kayu albasiah asal Pangandaran bagus," tambahnya.
Seiring berjalannya waktu, karena hama ulat kantong dan karak tumor tidak bisa terkendali, kualitas kayu albasiah dari Pangandaran mengalami penurunan.
Dijelaskan Endang, ukuran satu kubik idealnya 4 hingga 7 pohon dengan diameter lingkaran 20 sentimeter. Namun lantaran perkembangan pohon albasiah jelek untuk satu kubik dengan diameter 20 memerlukan 7 hingga 9 pohon albasiah.
"Kata orang kayu albasiah asal Pangandaran yang dikirim ke daerah lain dijadikan bahan baku dasar mebel dan kertas," jelasnya.
Sedangkan di beberapa daerah di Pangandaran saat ini, minat menanam pohon albasiah mulai menurun dan masyarakat mulai mengganti jenis tanaman yang ditanam.
Pola pengentasan hama ulat kantong dengan cara menginfus pohon menggunakan pestisida pada akar pohon dinilai kurang efektif. Begitu pun untuk mencegah karak tumor dengan memotong dahan yang terserang kurang maksimal.
"Karena berbagai cara dalam mengatasi ke dua hama kurang efektif, akhirnya petani beralih menanam jenis tanaman lain yang lebih menjanjikan," pungkas Endang. (*)
Pewarta | : Syamsul Ma'arif |
Editor | : Irfan Anshori |