TIMES JABAR, SURABAYA – Dalam satu minggu terakhir sejumlah wilayah di Jawa Timur (Jatim) terasa sangat panas. Bahkan isu beredar suhu panas mencapai 40-43 derajat Celcius. Belum lagi musim kemarau berjalan cukup panjang. Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi atau BMKG Juanda Sidoarjo Teguh Tri Susanto tak menyangkal jika suhu memang terasa sangat panas di beberapa daerah. Namun tidak sampai 40-an derajat.
Suhu maksimum sampai 3 Oktober tercatat berada di wilayah Lamongan. Angkanya mencapai 37 derajat Celcius berdasarkan laporan data Automatic Weather System (AWS) Stasiun Meteorologi (Stamet) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda.
"Periode ini masih akan bertahan di bulan Oktober karena tanggal 11-14 Oktober nanti posisi matahari akan tepat di Wilayah Jatim," kata Teguh saat dijumpai di Kantor Stamet BMKG Juanda, Rabu (4/10/2023).
Monitoring perkembangan suhu di Ruang Observasi Stamet BMKG Juanda, Rabu (4/10/2023). (FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Teguh mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kulminasi ini karena merupakan fenomena tahunan. Kulminasi adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit atau disebut juga hari tanpa bayangan.
"Ini merupakan periode berulang terkait dengan pergerakan semu matahari. Sekarang posisinya masih di utara, perlahan akan ke selatan dan nanti tanggal 12 Oktober tepat di Wilayah Kota Surabaya," tambahnya.
Sementara menyikapi isu temperatur tinggi hingga 40-43 derajat Celcius di media sosial, Teguh mengimbau agar masyarakat tidak panik dan mencari kebenaran data dari BMKG selaku badan terkait.
Karena berdasarkan pantauan AWS BMKG, suhu tertinggi tercatat masih di angka 37,1 derajat Celcius.
Ia mengakui memang BMKG Juanda tidak mempunyai alat pemantau yang real. Karena beberapa alat pemantau hanya ada di beberapa wilayah saja.
"Tetapi itu sudah menginterpretasikan suhu di seluruh Jatim. Karena kalau kami lihat di setiap kabupaten pasti ada alat kami. Saat ini yang tercatat paling maksimum sampai 37,1 derajat saja. Jadi saran dan imbauan kami bahwa isu yang sampai 40 derajat dan lain-lain itu perlu dikonfirmasi ke badan terkait yang resmi di Indonesia dalam hal ini BMKG," demikian saran Teguh.
Wilayah Jatim sendiri disebut pernah mengalami kenaikan suhu hingga 37 derajat Celcius. Perlu dipahami, bahwa suhu cuaca ekstrem adalah 3 derajat dari normalnya atau 3 derajat di bawah normalnya.
Teguh mengatakan, sekitar di atas tanggal 12 Oktober 2023 sampai akhir Oktober memang di beberapa Wilayah Jatim akan terasa lebih panas. Tetapi salah satunya adalah karena posisi matahari berada di Wilayah Jatim atau kulminasi tersebut.
"Jadi kalau nanti suhunya di atas 39 derajat Celcius, nah ini ada yang baru," tandasnya.
Surabaya juga pernah mengalami suhu tertinggi 37 poin sekian hampir 38 derajat Celcius pada tahun 2010 ke bawah. Saat ini Surabaya berada pada suhu 35,2 derajat Celcius.
Teguh kemudian menunjukkan cara pengukuran suhu di Stamet BMKG Juanda. Ia mengatakan, pengukuran suhu yang ideal adalah pengukuran suhu yang tidak langsung terkena objeknya.
Antara lain alat pengukur suhu anemometer ditempatkan di atas permukaan tanah yang berumput, berada dalam satu ruangan dengan kisi-kisi. Kata Teguh, ini adalah cara pengukuran suhu udara yang benar untuk mencapai data satu suhu per derajat Celcius.
Pengamatan sinoptik menggunakan anemometer itu bisa dipakai hingga radius 30-60 kilometer di wilayah tersebut. Suhu di wilayah sekitar pantauan tidak akan terlalu berbeda jauh, karena sifat suhu akan homogen di suatu wilayah bahkan hingga satu kabupaten.
"Naik turun kemungkinan hanya koma-koma saja," tandasnya.
"Isu kenaikan suhu mulai 41-43 derajat Celcius itu kan di Accu Weather aplikasi handphone," tambahnya.
Biasanya memang ada suhu dirasakan yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Antara lain psikologis, topografi, faktor lingkungan dan kendaraan.
"Itu mempengaruhi feel ketika berkendara atau berjalan akan terasa lebih panas. Memang kalau bicara pengukuran suhu yang benar ya seperti itu tadi. Kalau kita terasa lebih panas ya karena psikologisnya kita. Atau pengaruh lainnya," ucapnya.
"Tapi kalau pengukuran suhu kita yang normalnya BMKG ya masih sekitar itu. 35-37 derajat Celcius," sambung Teguh.
Teguh juga mengatakan bahwa di Jatim khususnya Surabaya dan sekitarnya masih dalam fase musim kemarau. Kemudian terjadi fenomena El Nino yang menyebabkan berkurangnya potensi hujan di Wilayah Indonesia dan berdampak di Jatim.
BMKG Juanda memprediksi El Nino akan berakhir pada akhir Desember nanti. Anomali El Nino masih berlangsung dengan kategori ringan hingga sedang. Diprediksi pada semester I 2024 akan menuju ke lemah sehingga akan normal setelah tiga bulan di awal 2024.
Dampak anomali El Nino membuat potensi awal musim penghujan akan mundur 1-3 dasarian. Normalnya musim hujan datang pada Oktober dasarian ketiga di sebagian Wilayah Jatim. Sekarang diprediksi awal musim hujan pada dasarian kedua dan ketiga November. Dasarian sendiri merupakan periode sepuluh harian. Kemudian baru awal musim penghujan di beberapa zona musim.
"Tidak semuanya. Nanti berakhirnya sampai Desember dasarian ketiga ada yang akhir memasuki musim hujan yaitu di Wilayah Banyuwangi bagian selatan," ungkap Teguh.
Sebagaimana diketahui, dalam satu minggu terakhir sejumlah wilayah di Jawa Timur (Jatim) terasa sangat panas. Bahkan isu beredar suhu panas mencapai 40-43 derajat Celcius. Belum lagi musim kemarau berjalan cukup panjang.
Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi BMKG Juanda Sidoarjo Teguh Tri Susanto tak menyangkal jika suhu memang terasa sangat panas di beberapa daerah. Namun tidak sampai 40-an derajat. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: BMKG Juanda Tepis Isu Panas Ekstrem Capai 43 Derajat Celcius
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Irfan Anshori |