TIMES JABAR, BANDUNG – PT. Dam Sawarga Maniloka Jaya (PT DSMJ) - selaku pengelola Pasar Baru Trade Center Bandung mengadakan sinergi dan kolaborasi dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran. Sinergi ini ditandai dengan penandatanganan kerja sama yang dilakukan oleh Direktur Utama PT. DSMJ Rudy Kangdra dengan Dekan FISIP Universitas Padjajaran Prof. Dr. R. Widya Setiabudi Sumadinata, S.Si, S.IP, M.T (Han) di Universitas Padjajaran Jatinangor.

Prof Widya dalam pertemuan tersebut mengatakan bahwa Universitas Padjajaran merupakan universitas besar, baik dari aspek organisasi, mahasiswa, dosen maupun alumninya.

“Oleh sebab itu, potensi ini ke depan dapat dikembangkan lebih luas lagi. Sesuatu yang besar dan berkesinambangunan dapat dimulai dari hal yang sederhana untuk membangun sebuah sinergitas yang baik,” ungkapnya, Kamis (26/9/2024).

Direktur Utama PT. DSMJ Rudy Kangdra menyambut baik sekaligus menyampaikan apresiasi kepada Universitas Padjajaran, khususnya FISIP yang telah berkolaborasi dengan kami sebagai pelaku dunia usaha.

“Kerja sama Tridharma Perguruan Tinggi ini, merupakan wujud keinginan kita untuk turut membangun masyarakat kota Bandung khususnya, melalui sinergi dan kolaborasi antara dunia usaha dengan dunia akademik. Dengan adanya kerjasama ini, diharapkan dapat membantu kita bersama dalam mencapai tujuan dan berfaedah untuk banyak pihak,” jelas Rudy Kangdra.

Bagi Universitas Padjajaran kolaborasi ini dipandang penting untuk mendekatkan kampus dengan dunia usaha. Terlebih, dengan sumber daya yang mumpuni kampus memiliki beberapa hasil penelitian produk yang bisa disinergikan dengan kebutuhan pasar.

PT. DSMJ menilai, dengan dimulainya hubungan kerjasama dengan dunia akademik  dalam rencana pengembangan Pasar Baru Trade Center dapat benar-benar sesuai yang diharapkan serta dapat melangkah untuk pengembangan kerjasama lain yang lebih besar.

Sejarah Pasar Baru

Pasar Baru Bandung, salah satu ikon bersejarah kota, telah mengalami banyak perubahan sejak 2017. Awalnya dibangun pada masa kolonial Belanda dengan nama "Pasar Baroeweg," lokasi ini menjadi pusat perdagangan di Bandung sejak awal abad ke-20.

Pada tahun 2001, bangunan pasar dirombak menjadi gedung modern 11 lantai, yang kini dikenal sebagai Pasar Baru Trade Center. Gedung ini menawarkan berbagai fasilitas modern seperti AC, lift, ATM, serta kios-kios yang menjual beragam produk mulai dari tekstil hingga oleh-oleh khas Bandung.

Setelah direnovasi, Pasar Baru berkembang menjadi destinasi belanja utama, menarik pengunjung lokal dan mancanegara, terutama dari Malaysia. Para pedagang menawarkan produk mode dari kualitas standar hingga premium, serta oleh-oleh khas Bandung seperti dodol, keripik, dan sale pisang.

Namun, sejak 2017, pasar ini menghadapi tantangan baru, terutama dari maraknya e-commerce yang mengurangi jumlah pengunjung fisik. Pandemi COVID-19 juga memberikan dampak signifikan, dengan banyak kios mengalami penurunan penjualan.

Para pedagang bahkan mengajukan gugatan kepada pemerintah terkait permasalahan sewa tempat yang semakin membebani operasional mereka. Meski demikian, pengelola pasar terus berupaya bernegosiasi untuk menstabilkan harga sewa dan mempertahankan Pasar Baru sebagai pusat ekonomi kota.

Pada 2024, ada rencana renovasi lebih lanjut untuk menarik kembali pengunjung hingga mencapai 50.000 orang per hari, dengan fokus pada peningkatan kenyamanan serta pengembangan segmen UMKM. Pasar Baru tetap menjadi simbol penting sejarah dan perekonomian Bandung, meskipun harus beradaptasi dengan tantangan zaman modern. (*)