TIMES JABAR, MALANG – Produk kerajinan dari bahan kulit tidak banyak ditemui di Kabupaten Malang. Meski demikian, bisnis kerajinan kulit ini seperti tidak ada matinya, bahkan mulai banyak tumbuh dan berkembang.
Setidaknya di wilayah Kepanjen, Kabupaten Malang, industri produk kerajinan kulit tersebar di tiga desa berdekatan. Yakni, di Desa Sengguruh, Dilem dan Jatirejoyoso. Semuanya dikelola oleh warga masyarakat dan perajin lokal.
Pitono (tengah), bersama karyawannya, menunjukkan produk sepatu kulit Phyton's miliknya. (Foto: Phyton's Stories)
Berikut industri kerajinan kulit dengan berbagai produk yang bisa Anda temui di Kota Kepanjen, Kabupaten Malang:
AlviLeather Jatirejoyoso, Ribuan Produk per Bulan
Produk kerajinan kulit, khusunya dompet dan tas kulit AlviLeather, berada di Desa Jatirejoyoso, Kepanjen. Pabrik kerajinan kulit ini milik Ardianto, yang sudah eksis di pasar online marketplace, selain pelanggan corporate customer.
Pemilik usaha produk kulit AlviLeather, Andrianto mengungkapkan, mendirikan usaha produk dompet dan tas ini sejak 2013 silam. Namun, di masa awal usahanya, bahan produk masih menggunakan sintetis.
Dikatakan, ia baru beralih ke produk berbahan kulit, terutama saat masa pandemi 2019 lalu. Namun, pemasarannya masih banyak dilakukan secara online.
"Awalnya masih berbahan sintetis, kemudian beralih ke kulit. Ya, dapat berkah juga saat pandemi, karena mulai banyak pesanan. Saat itu, kami bermitra dengan penyedia jasa marketplace," terang Andrianto, kepada TIMES Indonesia, Sabtu (25/1/2025).
Dalam sebulan, ia mengaku awalnya hanya memproduksi 200-300 unit produk. Seiring ramainya pelanggan dan jaringan pemasaran, kini produk dompet dan tas kulitnya diproduksi setidaknya 2.500 per bulan. Produk ini bahkan beberapa kali menembus pasar di luar negeri.
Jumlah karyawan yang bekerja di usaha AlviLeather miliknya, kini sebanyak 38 orang. Dengan pelanggan dan pemasaran yang dipunya, produksinya diakui sering kewalahan.
"Bisnis produk kulit itu relatif stabil, tidak ada surutnya. Ini karena, kami sangat mengutamakan kualitas dan mengikuti tren model. Jadi memang harus kreatif dan banyak inovasi. Tas dan dompet itu kan produk fashion, jadi pasti diminati orang. Apalagi, dengan tren model yang terus baru," beber Andrianto.
Karena itu pula, produk tas dan dompet yang dibuatnya sifatnya fleksibel, dan sering mengikuti permintaan pasar atau pelanggan.
Untuk bahan produknya, ia mengaku mengambil dari beberapa penyamak kulit sapi, mayoritas dari daerah Magetan. Ini karena harganya lebih murah, dibanding diambil dari penyamak kulit lokal Kabupaten Malang.
Cara bisnis Ardianto juga dengan memanfaatkan jaringan reseller untuk produk tas dan dompet kulitnya. Ia memberi potongan atau bonus pada reseller ini, dan membebaskan mereka membuat harga produk sendiri.
Sepatu Kulit Phyton's Sengguruh
Industri sepatu kulit yang cukup lama muncul adalah milik Pitono, di Desa Sengguruh, Kepanjen, Kabupaten Malang, dengan merek produk seperti nama pemiliknya, Phyton's.
Dihimpun TIMES Indonesia, awal memulai usaha sendiri produksi sepatu kulitnya, Pitono mengaku bermodalkan uang Rp 5 juta. Usaha yang dirintisnya sejak tahun 2006 tersebut, awalnya dibantu karyawan hanya berjumlah 2 orang.
Pitono mengaku awalnya hanya mantan pekerja atau buruh pabrik di Sidoarjo. Akan tetapi, ia lalu memutuskan sedikit demi sedikit belajar membuat sepatu kulit dibantu temannya, dan akhirnya bisa membuka usaha.
Setelah beberapa tahun berikutnya pindah ke Desa Sengguruh untuk membuat tempat produksi dan toko sendiri, modalnya berkembang menjadi sekira Rp 40 juta.
Kini, usaha produk kulit miliknya punya karyawan sampai 25 orang. Mayoritas adalah pemuda asal Desa Sengguruh. Pitono menerapkan sistem upah harian, dengan lama 6 hari kerja.
Dalam sebulan, usaha Pitono bisa menjual 750 pasang hingga 1.000 pasang sepatu kulit. Harganya, mulai dari Rp 40 ribu, 100 ribu, 150 ribu, sampai yang Rp 300 ribu ada.
Pitono menjual berbagai macam jenis sepatu kulit, mulai jenis sepatu pantofel, sepatu boots, juga sandal hingga tas. Produk yang paling laku di pasaran, adalah sepatu boots alias sepatu safety. Per bulan, Pitono menyebut rata-rata mendapatkan omset kotor sekitar Rp80 juta.
Lufas - Helos - Trios, Usaha Tertua di Kepanjen
Pengrajin dan usaha kerajinan kulit Lufas di Desa Dilem, Kepanjen, boleh dibilang tertua di Kepanjen, yang eksis kurang lebih sejak 30 tahun silam.
Kemudian, kerajinan kulit tersebut terus berkembang menjadi bisnis keluarga, menjadi tiga tempat, yakni Lufas, Helos, dan Trios.
Andik, pemilik Galeri Trios, mengaku usahanya ini bermula turun temurun, dari pengrajin lokal yang masih ayahnya, almarhum Masrukin. Sampai saat ini, produk kulit yang dihasilkan mulai sepatu, tas, dompet, sabuk juga jaket kulit. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Produk Kerajinan Berbahan Kulit di Malang, Usaha Menjanjikan yang Tak Ada Matinya
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Ronny Wicaksono |