https://jabar.times.co.id/
Kopi TIMES

Inisiatif Shalahuddin Al-Ayyubi Maulid Nabi Dirayakan

Rabu, 20 September 2023 - 16:28
Inisiatif Shalahuddin Al-Ayyubi Maulid Nabi Dirayakan Salman Akif Faylasuf: Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Sekarang Nyantri di PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

TIMES JABAR, PROBOLINGGO – Kita tahu, bulan Rabi’ul Awwal adalah bulan dimana Kanjeng Nabi Muhammad Saw, dilahirkan. Ibnu Katsir seorang hafidz, ulama, dan pemikir yang lahir di Busra, Suriah. Karyanya yang terkenal adalah Tafsir al-Qur’an al-Adzhim dan Al-Bidayah wa an-Nihayah dalam kitab Al-Bidayah wa an-Nihayah menjelaskan keragaman pendapat mengenai kapan Nabi Muhammad Saw, dilahirkan dari pendapat-pendapat Ulama.

Ada yang berkata, bahwa Nabi dilahirkan pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal pada tahun Gajah. Tetapi Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa Nabi lahir pada hari Jumat tanggal 18 Rabi’ul Awwal dan ada juga ulama yang mengatakan bahwa Nabi tidak dilahirkan pada bulan Rabi’ul Awwal, melainkan pada bulan Muharram. Tak hanya itu, bahkan ada pula ulama yang berkata pada bulan Sya’ban, ada yang berkata pada bulan Ramadhan.

Dari pendapat diatas yang paling kuat adalah yang mengatakan bahwa Nabi dilahirkan pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal pada tahun Gajah. Tentu saja, dengan kelahiran Nabi ini sangat memotivasi umat Islam di seluruh penjuru dunia untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Walaupun, penting dikatakan bahwa perayaan maulid Nabi seperti yang terselenggara di dalam abad ke 20 dan abad ke 21 tidak pernah di teladani oleh Nabi sendiri. Tidak pernah dicontohkan oleh para sahabat. Apalagi oleh para tabi’in.

Inisiatif Shalahuddin Al-Ayyubi

Tak banyak yang tahu bahwa orang yang pertama kali menginisiasi perayaan maulid Nabi adalah Shalahuddin Al-Ayyubi. Ketika terjadi perang salib dan ketika umat Islam hampir saja dikalahkan oleh pasukan Salib orang-orang Kristen.

Untuk memotivasi pasukan Salib, tidak jarang orang-orang Kristen membakar semangatnya pada perayaan Natal, perayaan hari kelahiran Nabi Isa As. di dalam fase umat Islam, dan Yesus Kristus di dalam bahasa orang Kristen. Sementara itu, umat Islam tidak memiliki tradisi untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Atas dasar ini kemudian Shalahuddin Al-Ayyubi berinisiatif untuk merayakan hari kelahiran Nabi yang berisi puisi dan kisah-kisah peperangan Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Mulai dari cara Nabi berperang, strategi yang digunakan Nabi. Kisah inilah yang terus memberikan motivasi umat Islam di setiap perjumpaan-perjumpaan melawan pasukan Salib.

Penting dicatat, bahwa saat masa pemerintahan Shalahuddin Al-Ayyubi, panglima perang Dinasti Mamluk, mendirikan Dinasti Ayyubiyah, Mesir. Kemudian menghadapi perang Salib. Umat Islam saat itu terpecah belah karena perbedaan kenegaraan, suku dan aliran.

Jelasnya, Shalahuddin Al-Ayyubi menggelar perayaan maulid Nabi dengan tujuan untuk membangkitkan semangat umat Islam yang telah padam dalam membela Islam pada masa perang Salib. Dan akhirnya terbukti pasukan Islam yang berada di bawah Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil merebut Yerusalem.

Ratusan tahun setelah Nabi wafat, periode sahabat, dan tabi’in kemudian merayakan maulid Nabi. Yang semula berisi kisah peperangan Nabi, dalam perkembangannya Imam Al-Bushiri kemudian membuat kumpulan puisi-puisi di dalam Al-Barzanji. Sehingga maulid Nabi di isi dengan pujian-pujian.

Menariknya, penyakit yang di derita Al-Bushiri menjadi sembuh karena berkah menyusun syair pujian shalawat Burdah kepada Nabi Muhammad Saw. Ketika menulis satu syair, air mata Al-Bushiri seketika jatuh karena rindu kepada Nabi Muhammad Saw. 

Di dalam kitab itu ada banyak sekali kutipan puisi-puisi yang indah sebagai bukti kecintaan Al-Bushiri kepada Nabi Muhammad Saw. Misalnya “Engkau bagai matahari, engkau bagai bulan purnama, engkau cahaya di atas cahaya.”

Itu sebabnya, kata Al-Bushiri, Nabi Muhammad Saw, mengungguli dari semua para Nabi. Baik di dalam terciptanya maupun lain sebagainya. Tak satu pun dari para Nabi yang ketampanannya melebihi Nabi Muhammad Saw. Ketampanan yang dimiliki Nabi Yusuf hanya separuh dari ketampanan Nabi Muhammad Saw.

Bukan hanya bagus secara fisik, Nabi Muhammad Saw, juga mengungguli semua Nabi dari segi budi pekerti. Karena itu, dalam al-Qur’an surah Al-Qalam ayat 4, Allah Swt, berfirman yang artinya; “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” 

Rupanya, berkenaan dengan akhlak mulia Nabi, istrinya, Aisyah pernah ditanya oleh Qatadah mengenai gambaran akhlak dari beliau. Aisyah menyebut bahwa akhlak Nabi adalah al-Qur’an. Dalam hal ini, seluruh aspek perilakunya sudah termaktub di dalam al-Qur’an.

Syahdan, kemudian pada abad ke-19 umat Islam mulai disibukkan dengan persengketaan internal umat Islam. Ada yang berkata maulid Nabi bid’ah dan sangat bertentangan dengan sunnah. Karena itu umat Islam harus menolaknya. Silang sengkarut internal umat Islam inilah yang sebenarnya dan seringkali menghabiskan energi.

Padahal, semestinya selagi maulid Nabi masih di isi dengan pembacaan shalawat, dan isi untuk menegakan syiar Islam. Maka seharusnya tidak ada persoalan antar umat Islam. Lebih dari itu, kita mengikuti ajaran-ajaran yang telah di bawah oleh Kanjeng Nabi Muhammad Saw.

Benar apa kata Bung Karno, “Bahwa kita merayakan maulid bukan hanya sekedar Muhammad, bukan sekedar dia dulu itu Nabi. Tidak. Yang kita rayakan sebenarnya ialah ajaran, konsepsi, agama yang ia berikan kepada ummat. Di beri oleh Tuhan via Malaikat Jibril, kepada Rasul, meneruskan lagi kepada ummat. Itu yang kita rayakan. 

Karena itu, jikalau benar-benar engkau merayakan maulid Muhammad bin Abdullah, jikalau benar-benar engkau merayakan Rasulullah yang punya hari maulid. Kerjakanlah apa yang ia perintahkan. Kerjakanlah agama yang ia bawa. Kerjakan sama sekali. Agar supaya benar-benar kita bisa berkata kita telah menerima api dari agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.” 

***

*) Oleh: Salman Akif Faylasuf, Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Sekarang Nyantri di PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jabar just now

Welcome to TIMES Jabar

TIMES Jabar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.