TIMES JABAR, YOGYAKARTA –
YOGYAKARTA - Tiba-tiba saja. Rembug akbar dibikin geger oleh dua sosok. Bukan warga Karang Kadempel. Tamu tak diundang ini. Rupanya datang dari jauh. Berasal dari kerajaan Astina. Mereka berdua adalah Togog dan Belong.
Meski tak diundang oleh Semar. Karena memang rembug akbar merupakan bentuk silaturahmi yang khusus diperuntukkan bagi warga Karang Kadempel. Togog dan Belong tahu itu. Namun mereka tetap nekat menghadiri rembug akbar.
Mereka terlambat hadir. Sudah separo perjalanan rembug akbar berlangsung. Seharusnya mereka menerima keadaan. Menempati area paling belakang. Duduk manis. Mendengar beragam orasi yang disampaikan oleh warga. Menyimak baik setiap penyampaian gagasan dari warga yang hadir pada rembug akbar.
Dan sepatutnya Togog perlu menyadari. Rembug akbar merupakan agenda yang sepenuhnya untuk warga di Karang Kadempel. Maka idealnya. Togog tahu diri. Dia bukan warga Karang Kadempel. Cukup sebagai pendengar yang baik pada pertemuan rembug akbar kawula alit.
Realitas menjadi sebaliknya. Kali ini tidak bagi Togog. Saat Togog belum lama berada di arena rembug akbar. Togog ditemani Belong tak mau berada di belakang. Maunya ingin berada di depan. Naik ke podium. Dan langsung berorasi.
Keinginan Togog berorasi tak tertahankan. Dampaknya Togog menyeruak dari belakang. Dikuti oleh Belong yang menyusul di belakang Togog. Minta jalan. Menyingkirkan para tamu yang duduk. Tanpa permisi.
Karuan suasana menjadi gaduh. Sebelumnya acara rembug akbar kawula alit yang terkendali. Berubah menjadi riuh dan sedikit kacau. Bahkan ada anak-anak yang menangis karena terinjak kaki Togog dan Belong.
Ditengah hiruk pikuk sebagai efek Togog berusaha maju ke depan menuju podium. Dirinya bersuara lantang. “Kakang Semar. Mohon ijin. Saya ingin ikut berorasi. Saya ngerti. Saya bukan warga di sini. Tapi keinginan saya untuk berorasi sudah tak terbendung lagi. Maka kakang Semar. Berikan waktu buat saya untuk berorasi di rembug akbar kawula alit ini, “ pinta Togog dengan intonasi meninggi.
Mendengar suara yang amat keras itu. Sepertinya sudah tak asing lagi bagi Semar. Dengan karakteristik suara yang menggema di padepokan Karang Kadempel. Semar bisa mengenali suara tersebut adalah suara Togog.
Belum lagi Semar memberi tanggapan atas permintaan Togog. Anak-anak Semar. Gareng, Petruk, dan Bagong bertindak sigap. Ancang-ancang untuk menghalau perusuh pada rembug akbar kawula alit.
Bagi punakawan. Togog dianggap sebagai perusuh. Dia bikin kacau suasana yang sudah adem ayem. Bisa saja rembug akbar yang selalu sukses diselenggarakan setiap tahunnya. Kali ini menjadi gagal karena kehadiran Togog dan Belong telah membikin kegaduhan yang berpotensi menjadikan rembug akbar porak poranda. Ambyar. Sebelum acara usai.
Kekuatiran anak-anak Semar bisa dipahami karena warga bisa pulang mendadak disebabkan oleh ketersinggungan pada Togog yang memaksanya untuk minggir. Tindakan Togog ini tentu membuat tidak nyaman warga. Ketidaknyaman yang menjadi faktor penyebab warga ingin cepat pulang.
Sebagai sistem peringatan dini agar warga tidak pulang. Tetap mengikut rembug akbar sampai akhir. Gareng, Petruk, dan Bagog berencana untuk menghalau Togog dan Belong. Anak-anak Semar bermaksud menyingkirkan Togog dan Belong dari padepokan Karang Kadempel. Mengantarkan kembali ke kerajaan Astina. Agar tindak menganggu prosesi sakral rembug akbar kawula alit.
Anehnya. Ketika Gareng, Petruk, & Bagong mau mengkondisikan Togog dan Belong keluar dari padepokan Karang Kadempel. Semar mencegahnya. Semar melarang anak-anaknya mengusir Togog dan Belong.
Sesungguhnya Gareng, Petruk, dan Bagong geram atas ulah bapaknya yang menghalang-halangi mereka bertiga untuk mengamankan Togog dan Belong. Mereka ingin secepatnya meringkus Togog dan Belong.
Kalau Togog dan Belong melawan akan dipaksa keluar dari Karang Kadempel. Gareng, Petruk, dan Bagong punya keyakinan dapat mengalahkan Togog dan Belong. Seandainya mereka ditantang duel dengan Togog dan Belong.
Kejadian itu yang tak diinginkan oleh Semar. Kalau antara anak-anaknya dengan Togog dan Belong benar-benar berkelahi. Situasinya akan tambah runyam. Rembug akbar akan bubar seketika.
Selain mengantisipasi akan terjadi keributan lebih besar. Semar tak ingin ada pertumpahan darah sesama saudara. Sesungguhnya Togog dan Belong dengan Semar masih bersaudara. Sama-sama keturunan dewa.
Turun dari kahyangan. Bedanya. Togog dan Belong sudah menjadi takdirnya mengabdi di kerajaan Astina. Dan Semar menjadi pamomong yang memiliki peran membimbing dan mengasuh keluarga Pandawa. Peran sempurna dari Semar menjadi pamomong Pandawa ini dilengkapi oleh Gareng, Petruk, dan Bagong.
Maka Semar tak ingin perkelahian antar saudara terjadi. Kalau Gareng, Petruk, dan Bagong melukai Togog dan Belong. Sebenarnya menciderai saudaranya sendiri. Kalau Gareng, Petruk, dan Bagong bisa mengalahkan Togog dan Belong di depan umum. Di depan seluruh warga Karang Kadempel. Sejatinya mempermalukan saudara sendiri.
Itu yang membuat Semar melarang anak-anaknya menggunakan cara kekerasan. Maka Semar meminta anak-anaknya untuk duduk kembali. Semar yang akan turun tangan langsung meredam suasana yang sudah terlanjur bergemuruh pada rembug akbar kawula alit.
Semar berdiri. Tangannya digerak-gerakan. Sebagai penanda agar warga Karang Kadempel yang hadir tenang kembali. Semar memiliki karisma yang amat kuat di Karang Kadempel. Karena kejujurannya, pembelaannya terhadap wong cilik dan mengutamakan kepentingan warganya di atas kepentingan pribadi membikin Semar ditaati dan dihormati di Karang Kadempel. Sehingga hanya menggunakan komunikasi non verbal. Tanpa ucapan. Warga menuruti permintaan Semar. Warga diam. Suasana kembali kondusif. Hening.
Saat hening itu. Semar mempersilahkan Togog naik ke panggung. Memberi waktu Togog untuk berorasi. “Togog. Sekarang. Panggung ini milikmu. Silahkan. Kalau ada yang ingin disampaikan pada warga Karang Kadempel. Mau kritik keadaan di Karang Kadempel juga boleh. Di sini merupakan forum merdeka. Keluarkan saja isi hati mu,“ ungkap Semar di hadapan Togog dan warga yang hadir di rembug akbar kawula alit.
Diam-diam Semar menyimpan strategi saat Togog diberikan kesempatan berorasi. Siapa tahu kerinduan Semar pada kritik terobati karena kedatangan Togog. Siapa tahu hadirnya Togog menjadi berkah bagi Semar dan warga Karang Kadempel. Yaitu Togog berani dan mampu menyampaikan kritik sebagi penunjuk jalan bagi Karang Kadempel lebih maju lagi.
Menurut Semar kritik dari Togog bermanfaat. Lantaran kritik yang datang dari luar lebih objektif. Orang yang berasal dari luar Karang Kadempel memiliki ketajaman dan rasional melihat kelemahan-kelemahan yang ada. Sehingga kritik dari Togog diperlukan untuk menunjukkan berbagai kekurangan. Bersumber dari kekurangan ini sebagai pondasi melakukan perbaikan. Dinamika ini yang membuat Karang Kadempel menjadi semakin baik.
Namun Semar harus bersabar. Dan Togog juga harus menahan diri berorasi untuk sementara waktu. Gara-gara sajian hidangan. Sudah saatnya rembug kawula alit rehat. Dhahar kembul. Menikmati makan bersama (Bersambung-11).
***
*) Oleh: Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : |
Editor | : Faizal R Arief |