TIMES JABAR, TASIKMALAYA – Olahraga Bocce mungkin masih asing di telinga masyarakat Indonesia, termasuk di Kota Tasikmalaya. Namun, bagi penyandang difabel, terutama tunagrahita, olahraga Bocce menawarkan manfaat yang luar biasa, baik dari segi kesehatan fisik maupun terapi motorik.
Ketua Ikatan Guru Pendidikan Khusus Indonesia (IGPKHI) Kota Tasikmalaya, Edy Purnomo (42), serta sejumlah pengajar dan kepala sekolah di Tasikmalaya, berkomitmen untuk mengenalkan dan mengembangkan olahraga ini di kalangan anak-anak berkebutuhan khusus.
"Ya Bocce merupakan salah satu cabang olahraga yang selalu digelar dalam setiap even pekan olahraga disabilitas di Kota Tasikmalaya," ungkap Edy kepada TIMES Indonesia di SLB Negri Tamansari, Kota Tasikmalaya, Rabu (10/7/2024)
Apa Itu Olahraga Bocce?
Bocce adalah olahraga yang dimainkan dengan cara melemparkan bola dengan tujuan mendekati atau menyentuh bola putih yang lebih kecil, disebut palina.
Permainan ini menurut Edy menggabungkan unsur-unsur dari bowling dan biliar, dan dirancang khusus untuk penyandang celebral palsy serta tunagrahita.
"Setiap pemain atau tim diberikan delapan bola berwarna (empat biru dan empat merah) untuk dilemparkan dalam sebuah arena persegi panjang berukuran 18x3,5 meter. Pemenangnya adalah pemain atau tim yang bolanya paling dekat dengan palina," terangnya.
Dalam rangka Pekan Olahraga Guru (Porgu) SLB se-Kota Tasikmalaya, olahraga Bocce mulai diperkenalkan dan dilombakan.
Edy Purnomo, yang mengajar di SLB Negeri Tamansari Tasikmalaya, menjelaskan bahwa Bocce sangat bermanfaat bagi penyandang tunagrahita karena membantu mereka mengembangkan pola gerak dasar.
Sementara itu Kepala SLB Aisiyah Kawalu, H. Nurhayati, menambahkan bahwa Bocce dapat berfungsi sebagai terapi bagi anak-anak yang mengalami masalah gerak dasar, membantu mereka dalam mempelajari keterampilan motorik baru.
Sementara itu Ketua Musyawarah Kerja Kepala (MKKS) Kota Tasikmalaya Mulyana Jaya Permata saat ditemui disela pertandingan Bocce antar guru SLB menegaskan bahwa Bocce sering dilombakan dalam Porgu SLB sebagai upaya mengenalkan dan mengingatkan teknis olahraga yang bermanfaat bagi kalangan disabilitas tunagrahita.
"Olahraga Bocce ini selalu dilombakan dalam gelaran Porgu, hal ini dilakukan sebagai upaya pengenalan dan mengingatkan teknis olahraga yang sangat bermanfaat bagi kalangan disabilitas tuna grahita," ujarnya.
Dikutip dari berbagai sumber penelitian olahraga telah dilakukan untuk mengevaluasi manfaat Bocce bagi anak-anak tunagrahita. Salah satu penelitian menggunakan metode eksperimen desain faktorial 2 x 2 melibatkan 60 anak tunagrahita ringan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi gerak A (lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif) dan B dalam permainan Bocce berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pola gerak dasar anak tunagrahita ringan, baik di atas maupun di bawah usia 10 tahun.
Kombinasi gerak ini terbukti efektif dalam meningkatkan pola gerak lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif, dengan kelompok usia di atas 10 tahun menunjukkan peningkatan yang lebih baik dibandingkan kelompok usia di bawah 10 tahun.
Meskipun masih relatif asing di Indonesia, olahraga Bocce menunjukkan potensi besar sebagai alat terapi dan aktivitas olahraga bagi penyandang difabel, terutama tunagrahita. Dengan komitmen dari para pendidik dan dukungan dari berbagai pihak, Bocce dapat menjadi bagian integral dari program pendidikan khusus di Tasikmalaya dan kota-kota lainnya di Indonesia.
Edukasi dan sosialisasi yang berkelanjutan akan memastikan bahwa manfaat olahraga Bocce dapat dirasakan oleh lebih banyak anak berkebutuhan khusus, membantu mereka mencapai potensi maksimal dalam aspek fisik dan motorik. (*)
Pewarta | : Harniwan Obech |
Editor | : Deasy Mayasari |