TIMES JABAR, MAGELANG – Gunung Tidar yang ada di Kota Magelang disebut sebagai pakuning tanah Jawa atau pakunya tanah Jawa. Dilansir dari berbagai sumber, tanah Jawa dulunya berada di tengah lautan yang selalu terombang-ambing oleh deburan ombak.
Bangsa jin dan setan dapat berubah wujudnya menjadi ombak besar. Ombak disertai puting beliung inilah yang mengombang-ambingkan tanar itu. Selain itu, dapat menghancurkan apapun yang ada di atasnya, termasuk menghalangi datanganya kebaikan.
Sekitar tahun 1404, Syekh Subakir, seorang ulama asal Persia diutus oleh Sultan Muhammad I dari Kesultanan Turki Utsmaniyah atau Ottoman untuk hijrah ke Pulau Jawa. Dia menerima tugas untuk menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Tidak mudah untuk memperkenalkan Islam ke pulau Jawa. Sebelumnya para ulama yang diutus Utsmaniyah Turki mengalami kegagalan. Karena itulah, konon Syekh Subakir tidak sendiri. Dia ditemani oleh sang paman, Maulana Malik Malik Ibrahim atau Sunan Gresik yang merupakan generasi awal Wali Songo.
Selain dikenal sebagai seorang ahli ruqyah, ekologi, meteorologi dan geofisika, Syekh Subakir juga dikenal sebagai pendakwah yang sakti. Karena itulah dia berhasil menaklukkan kerajaan bangsa jin di pulau Jawa.
Tugu Sa, yang diyakini sebagai titik tengah tanah Jawa, masih bisa dijumpai hingga sekarang. (FOTO: Hermanto/TIMES Indonesia)
Syekh Subakir lah yang menanam paku di Gunung Tidar. Paku tersebut berupa batu hitam berisi rajah Kalacakra yang berguna untuk mengusir segala keburukan dan menolak balak. Setelah ditanami batu hitam, semua jin yang ada hanyut ke laut karena pancaran hawa panas yang keluar dari batu tersebut.
Daratan itu akhirnya tidak lagi terombang-ambing oleh ombak dan kepala paku yang ditancapkan Subakir, kini menjadi bukit atau gunung kecil, yang kemudian disebut dengan nama, Gunung Tidar.
Hingga saat ini di atas Gunung Tidar, bisa dijumpai tugu dengan huruf Sa (seperti mengucapkan, Sorak) dalam bahasa Jawa di sisi-sisinya. Sa sendiri diartikan, Sapa Salah Seleh (siapa yang salah pasti akan kalah). Tugu inilah yang diyakini oleh masyarakat sekitar, sebagai titik tengah tanah Jawa.
Selain Tugu Sa, makam Syekh Subakir juga berada di Gunung Tidar. Namun, sebagian orang meyakini, tempat itu bukanlah makam tetapi petilasannya.
Kisah Syekh Subakir ini juga dapat ditemukan dalam kitab Babad Tanah Jawi, sebuah sastra berbahasa Jawa yang berisi sejarah Pulau Jawa. (*)
Pewarta | : Hermanto |
Editor | : Bambang H Irwanto |