TIMES JABAR, MAJALENGKA – Selain menjadi pusat ibadah umat muslim, Masjid Agung Al-Imam di pusat kota Majalengka, Jawa Barat, memiliki sejarah tersendiri.
Ketua Group Madjalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana, akrab disapa Mang Naro mengatakan, Masjid Al-Imam Majalengka ini berawal dari tanah wakaf penghulu, atau Imam Hakim Majalengka pada zaman kolonial Belanda yaitu Kiai Imam Syafari.
"Beliau adalah Kakek dari KH Abdul Halim, Pahlawan Nasional dan KH Imam Syafari merupakan putra dari Kiai Nurqo'im Cijati," ujarnya, kepada TIMES Indonesia, Jumat (1/4/2022).
Mang Naro mengatakan, Kiai Nurqo'im adalah salah satu tokoh tiga serangkai, yang diberi tugas oleh Imam Hakim Kesultanan Cirebon, untuk menjadi sekar dalem juru rawat pemakaman Kesultanan Cirebon, bersama dengan Kiai Syarifudin Babakan Jawa dan Muhammad Hafidz Margatapa pada tahun 1794.
"Awalnya, tanah wakaf dari Kiai Imam Syafari ini dibangun masjid sederhana, tak begitu besar, berbentuk panggung dan di bawahnya terdapat kolam kecil," ujarnya.
Naro menjelaskan, pada tahun 1860-an kedudukan penghulu/Imam Hakim diganti oleh putranya yaitu Kiai Imam Hasan Basarie. Dia melakukan renovasi masjid Al-Imam Majalengka, tetapi tidak banyak perubahan.
Pada masa Bupati Majalengka ke-6, R.M.A.A Salmon Salam Sura Adi Ningrat tahun 1888, masjid agung Al-Imam Majalengka ini, dimulailah perombakan perbaikan secara menyeluruh, ada penambahan tembok dan lantai.
"Tahun 1930-an dirombak lagi pada masa Bupati R.M.A.A Suriatanudibrata. Tahun 1960 masa Bupati R Sutisna juga ada sedikit renovasi," ucapnya.
Masih kata Naro, tahun 1987 pada masa Bupati Zaelani SH juga ada renovasi lumayan besar, yakni kolam sebelah utara telah dihilangkan.
Saat ini, masjid kebanggaan masyarakat Majalengka telah direnovasi lagi dengan gaya dan tampilan baru.
Nama Al Imam diambil dari jabatan penghulu atau Imam yang awal dibangunnya diurus oleh Kiai Imam Syafari sebagai orang yang mewakafkan tanahnya.
"Jabatan penghulu atau Imam diteruskan kepada putra putranya. Kiai Imam Syafari dimakamkan di komplek makam Kamuning Cijati bersama dengan Kiai Imam Hasan Basarie dan keturunannya. Demikian pengetahuan itu kami rangkum dari berbagai sumber," ucap Mang Naro, Ketua Group Madjalengka Baheula tentang sejarah Masjid Al-Imam di Majalengka. (*)
Pewarta | : Jaja Sumarja |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |