TIMES JABAR, BANDUNG BARAT – Kabupaten Bandung Barat (KBB) bersiap menghadapi potensi peningkatan kasus virus chikungunya pada Januari hingga Maret 2025.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan KBB, Nurul Rasihan saat ditemui pada Senin, 20 Januari 2024.
Nurul menyebut tren ini serupa dengan pola tahun sebelumnya, di mana kasus chikungunya dan Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat tajam.
"Pada bulan-bulan ini, populasi nyamuk Aedes aegypti meningkat, sehingga risiko penularan virus chikungunya dan DBD lebih tinggi," kata Nurul.
Gejala Chikungunya dan Perbedaannya dengan DBD
Virus chikungunya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejala utamanya adalah demam tinggi yang disertai nyeri sendi parah, bahkan hingga mengganggu mobilitas penderitanya. Beberapa kasus juga menunjukkan ruam kulit.
Meski gejalanya mirip dengan DBD, chikungunya memiliki ciri khas berupa nyeri sendi yang ekstrem. Namun, berbeda dengan DBD yang dapat menyebabkan komplikasi serius seperti syok akibat penurunan trombosit, chikungunya jarang memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
"Sebagian besar kasus dapat sembuh dalam 1–2 minggu tanpa perawatan medis intensif," ujar Nurul saat ditemui pada Senin 20 Januari 2025.
Menurutnya, untuk mengatasi gejala virus chikungunya dianjurkan menggunakan obat antipiretik untuk demam dan analgesik untuk nyeri sendi.
Dijelaskan Nurul, dari data Kasus dan Tantangan Pelaporan di tahun 2024, Dinas Kesehatan KBB mencatat 214 laporan terkait dugaan chikungunya, dengan 73 kasus di antaranya terkonfirmasi positif. Namun, angka ini diyakini masih jauh dari jumlah sebenarnya, mengingat banyak kasus tidak dilaporkan karena gejala yang cenderung ringan.
"Banyak masyarakat yang tidak melaporkan karena merasa gejala bisa sembuh sendiri," jelasnya.
Langkah Pencegahan dengan 3M Plus
Untuk mencegah penyebaran chikungunya, Dinas Kesehatan mengimbau masyarakat menerapkan langkah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui metode 3M Plus:
1. Menguras tempat penampungan air.
2. Menutup rapat tempat penyimpanan air.
3. Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat nyamuk berkembang biak.
"Masyarakat disarankan menggunakan lotion anti nyamuk, memasang kelambu, dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar," ucapnya.
Kapan Harus ke Rumah Sakit?
Nurul menjelaskan, meskipun jarang, penderita chikungunya yang mengalami gejala berat, seperti nyeri sendi ekstrem atau demam tinggi berkepanjangan, sebaiknya segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
"Dengan potensi lonjakan kasus di awal tahun ini, masyarakat diimbau untuk lebih waspada. Jangan ragu memeriksakan diri jika mengalami gejala chikungunya," tandasnya.
Langkah pencegahan kolektif dan kesadaran akan gejala dini menjadi kunci utama dalam mengendalikan penyebaran chikungunya di Kabupaten Bandung Barat.(*)
Pewarta | : Deni Supriatna |
Editor | : Faizal R Arief |