TIMES JABAR, BOGOR – Sebagai perempuan muslim, Siti Anisa Rahayu (21), atau yang akrab disapa Ayu, adalah contoh nyata seorang perempuan yang dapat menjalani karier tanpa meninggalkan nilai-nilai agama dan tanggung jawabnya sebagai seorang wanita.
Ayu berasal dari Bogor dan merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Sebagai bagian dari Putri Hijab Academy dan mahasiswi yang tengah menempuh pendidikan S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam, dirinya berhasil membagi waktu antara studi, organisasi dan pekerjaannya sebagai live host, serta aktif di beberapa organisasasi kampus seperti Bendahara Himpunan Prodi KPI, dan Sekretaris UKM Mavnet Audio Visual.
Selain itu, hobinya menjelajah tempat baru menunjukkan semangatnya untuk terus belajar dan berkembang. Di balik kesibukan tersebut, Ayu juga dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap isu-isu perempuan, khususnya karier independen dan kesehatan mental.
"Advokasi yang saya pilih tentunya tidak terlepas dari keyakinan bahwa perempuan harus memiliki kebebasan untuk menentukan dan mengejar tujuan hidup mereka, baik dalam pendidikan, karier, maupun kegiatan sosial," kata Ayu kepada TIMES Indonesia, Senin (23/12/2024).
Menurutnya dalam dunia yang terus berkembang, semakin banyak perempuan yang memiliki kesempatan untuk menunjukkan potensinya. Islam sendiri tidak melarang perempuan untuk bekerja, bahkan mendorong mereka untuk berilmu dan berkarya selama sesuai dengan nilai-nilai syariah.
"Bahkan dalam Sejarah Islam mencatat banyak perempuan hebat di zaman Rasulullah SAW, seperti Khadijah binti Khuwailid, seorang pengusaha sukses, dan Aisyah binti Abu Bakar, yang dikenal karena kecerdasan ilmiahnya," ujar pemilik akun media sosial Instagram @nsaarhy_ dan Tiktok nsaarhy_ / chocochips
Saat ini kata Ayu, peluang bagi perempuan karier semakin terbuka lebar. Dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendidikan, banyak perempuan telah berhasil menembus batas-batas di bidang yang dulu didominasi pria, seperti bisnis, politik, dan kedokteran.
Tantangan dan Harapan
Namun lanjutnya, perjalanan ini tidak selalu mudah. Tantangan utama yang sering dihadapi perempuan adalah menjalankan peran ganda, yakni sebagai pekerja profesional dan mengurus rumah tangga. Banyak masyarakat yang masih memegang stereotip bahwa perempuan seharusnya fokus pada urusan domestik, sehingga menimbulkan tekanan sosial.
"Selain itu, perempuan juga sering menghadapi diskriminasi gender di tempat mereka bekerja, mulai dari upah yang tidak setara hingga kurangnya penghargaan atas kontribusi mereka," ungkapnya menjelaskan dengan penuh semangat.
Dalam konteks Islam ucap Ayu, tantangan ini semakin kompleks karena perempuan juga diharapkan menjaga kehormatan dan integritasnya. Tantangan tersebut sering kali berdampak pada kesehatan mental, di mana perempuan harus mengelola stres dan tekanan yang muncul dari berbagai tuntutan peran.
Untuk itu Ayu yakin dan percaya bahwa bekerja adalah bentuk ibadah jika diniatkan untuk kebaikan dan dilakukan sesuai ajaran agama. Dengan menjadi mandiri secara finansial, perempuan tidak hanya dapat membantu keluarga, tetapi juga berkontribusi kepada masyarakat.
"Dalam hal ini saya juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan kesehatan mental, seperti yang diajarkan Islam melalui prinsip ta'addul atau keseimbangan hidup," sambungnya.
Ke depannya, Ayu berharap semakin banyak perempuan muslim yang berani mengambil langkah untuk mewujudkan mimpi mereka tanpa meninggalkan identitas religiusnya. Dukungan dari keluarga, masyarakat, dan negara sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang memberdayakan perempuan.
"Dengan memberikan ruang untuk berbagi pengalaman dan saling mendukung, saya yakin perempuan dapat mencapai potensi terbaik mereka, baik di dunia profesional maupun dalam kehidupan pribadi. Ajakan ini tidak hanya ditujukan kepada perempuan, tetapi juga masyarakat luas agar menghargai kontribusi perempuan sebagai individu yang berharga," tandasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Influencer Siti Anisa Rahayu: Bukti bahwa Seorang Muslimah Bisa Berkarya Tanpa Hambatan
Pewarta | : Wandi Ruswannur |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |