TIMES JABAR, CIANJUR – Puluhan warga Cianjur, Jawa Barat, yang bercita-cita menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) ke Timur Tengah, kini harus menelan pil pahit. Mereka menjadi korban penipuan oleh oknum perekrut atau sponsor yang menjanjikan pekerjaan dengan upah menggiurkan dalam waktu relatif singkat. 

Informasi awal menyebutkan bahwa para korban diminta membayar dana muka berkisar antara Rp6 juta hingga Rp11 juta, sebagai prasyarat agar keberangkatan mereka dapat diproses. Para korban tersebut saat ini tengah berupaya mencari perlindungan hukum dan kejelasan atas nasib mereka yang terkatung-katung.

Kuasa hukum korban, Asep, membenarkan kejadian ini dan mengungkapkan bahwa sejauh ini telah tercatat 78 orang yang menjadi korban. Untuk memuluskan proses keberangkatan yang dijanjikan, para pelaku meminta dana awal kepada setiap calon pekerja, dengan nominal mulai dari Rp6 juta hingga Rp11 juta.

Namun, sejak pembayaran dilakukan pada Januari lalu, hingga saat ini tidak ada satu pun korban yang diberangkatkan. Mereka mengaku hanya mendapatkan beragam alasan yang tidak jelas tanpa adanya kepastian waktu keberangkatan. 

Salah satu korban yang juga menjadi koordinator, Jam-Jam, mengungkapkan kekecewaannya. "Saya dijanjikan akan diberangkatkan dalam waktu satu sampai dua bulan. Tapi, sampai sekarang belum ada kejelasan," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima TIMES Indonesia, Rabu (22/10/2025).

Lebih lanjut dalam menjalankan aksinya, pelaku menggunakan beragam cara untuk menjaring korban, mulai dari membuka layanan rekrutmen melalui media sosial hingga mendatangi langsung rumah calon korbannya. 

"Kondisi para korban yang berharap perubahan nasib dengan bekerja di luar negeri kini terpuruk karena telah mengeluarkan sejumlah uang tanpa mendapatkan pekerjaan yang dijanjikan," ungkapnya.

Para calon pekerja migran yang merasa tertipu ini pun telah mengambil langkah hukum. Mereka dilaporkan telah melaporkan kasus penipuan ini kepada pihak Kepolisian Resor Cianjur untuk ditindaklanjuti. Laporan ini menjadi upaya terakhir mereka untuk mendapatkan kembali hak-hak mereka dan menghukum pelaku yang telah merugikan puluhan orang. (*)