TIMES JABAR, CIANJUR – Dunia kebudayaan Jawa Barat tengah berduka atas berpulangnya Aziz Asy’arie, sosok Guru Besar sekaligus pelestari silat Maenpo Cianjur. Pria yang akrab disapa dengan Abah Aziz tersebut mengembuskan napas terakhirnya di RSUD Sayang Cianjur pada Sabtu (27/12/2025) pagi sekitar pukul 06.00 WIB.
Kepergian tokoh berusia 76 tahun ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, murid, dan masyarakat seni bela diri tradisional di tanah air.
Dadan Ridwan Saleh, anak kedua almarhum, menceritakan bahwa kesehatan ayahnya mulai menurun akibat sesak napas dan batuk. Keluarga segera membawa Abah Aziz ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis.
Kemudian berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, ditemukan adanya flek pada paru-paru almarhum sehingga ia harus menjalani perawatan secara intensif.
"Setelah dicek, ternyata ada flek di paru-paru. Langsung ditangani secara medis oleh dokter," ungkap Dadan dalam keterangan tertulis yang diterima TIMES Indonesia, Minggu (28/12/2025).
Meski sempat menunjukkan tanda-tanda membaik bahkan bercanda dengan keluarga, kondisi Abah Aziz kembali kritis. Dadan menyebutkan bahwa sebelum tiada, ayahnya sempat mengeluh sudah tidak kuat lagi menahan sakitnya.
Jenazah almarhum langsung dibawa ke rumah duka dan telah dimakamkan. Dadan menambahkan bahwa ayahnya sempat menanyakan keberadaan murid-murid silatnya dan meminta agar mereka diberi tahu tentang kondisinya, meskipun ia melarang mereka untuk menjenguk.
Sebelum tutup usia, Abah Aziz meninggalkan wasiat mulia agar seni bela diri Maenpo Cianjur terus dijaga dan dikembangkan. Dia berpesan kepada keluarga dan para muridnya untuk tidak membiarkan warisan budaya ini luntur ditelan zaman.
Dadan menegaskan bahwa pihak keluarga berkomitmen penuh untuk meneruskan perjuangan almarhum dalam melestarikan Maenpo Cianjur. Dedikasi Abah Aziz terhadap Maenpo Cikalong memang tidak diragukan lagi, mengingat ia telah mendedikasikan puluhan tahun hidupnya demi pencak silat ini.
Semasa hidupnya, Abah Aziz dikenal sebagai ruh dari pengembangan Maenpo di Cianjur, bahkan ia pernah membawa kesenian ini tampil di kancah internasional melalui UNESCO.
Namun, almarhum sering kali merasa prihatin dengan rendahnya minat generasi muda lokal terhadap Maenpo Cianjur, padahal banyak warga mancanegara yang justru tertarik mempelajarinya.
"Keinginan terakhir almarhum adalah melihat masyarakat Cianjur kembali mencintai dan bangga melestarikan identitas budaya mereka sendiri," tutupnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kabar Duka, Tokoh Pelestari Maenpo Cianjur Aziz Asy’arie Berpulang di Usia 76 Tahun
| Pewarta | : Wandi Ruswannur |
| Editor | : Deasy Mayasari |