TIMES JABAR, PANGANDARAN – Seorang perajin pandai golok di Pangandaran, Darsu atau yang akrab dipanggil Encu, sudah memulai usahanya sejak tahun 1970-an dan tetap eksis hingga kini. Namun, usaha pandai golok itu sebelumnya sudah beroperasi kurang lebih mulai dari tahun 1945.
Pandai golok Darsu terletak di blok Pangleseran Dusun Sidahurip, Desa Cintakarya, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. Darsu menyebutkan di daerah tersebut dulu memang ada beberapa tempat perajin pandai golok, namun yang bertahan sampai saat ini tinggal dua pengrajin.
"Dulu di sini ada beberapa perajin pandai golok, sekarang tinggal dua yang satu lagi masih ada ikatan saudara dengan saya," kata Darsu, Senin (14/042025).
Usaha pandai golok Darsu, ia terima secara turun temurun dari buyutnya. Darsu atau Encu merupakan generasi ke-4 yang meneruskan usaha pandai golok milik keluarganya tersebut.
"Usaha ini dilakukan secara turun temurun, sekarang saya adalah generasi ke 4 yang meneruskannya," paparnya.
Gagang Golok Tanduk Jantan Bule Paling Mahal
Golok yang dibuat Darsu bahannya terbuat dari besi per mobil yang gepeng, biasanya per mobil truk atau per mobil bak.
Untuk membuat golok per yang lebarnya berukuran 7 cm itu dibelah menjadi 3 bagian dan dipotong sesuai kebutuhan, biasanya panjangnya mulai dari 20 cm sampai 60 cm bahkan sampai 100 cm.
Harga golok yang dijual juga bervariatif, mulai dari Rp 250 ribu sampai Rp 1 juta bahkan bisa lebih, tergantung ukuran golok dan bahan untuk perah (gagang) golok serta sarung goloknya.
"Harga golok di sini bervariatif. Kalau golok besinya saja tanpa gagang dan sarung biasanya kita jual Rp 150 ribu ukuran panjang 30cm. Namun, harga golok yang siap pakai berbeda tergantung gagang dan sarung golok yang dipakai," jelasnya.
Untuk gagang goloknya, Darsu menyediakan dari kayu dan tanduk. Kayu yang digunakan biasanya dari pohon jambu, pohon kalikiria, dan lainnya. Kalo dari tanduk, biasanya terbuat dari tanduk kerbau jantan dan tanduk kerbau jantan bule. Yang paling mahal terbuat dari tanduk kerbau jantan bule.
"Digunakannya tanduk kerbau jantan untuk gagang golok karena tanduk kerbau betina biasanya kopong dan tidak bisa digunakan untuk gagang golok," tambahnya.
Tahapan Membuat Golok ala Darsu
Darsu mengungkapkan, untuk membuat golok ada beberapa tahapan. Yang pertama adalah memotong per sesuai kebutuhan. Ukuran golok normal biasanya lebar 3 cm dengan panjang 30 cm.
Setelah per dipotong, kemudian dibakar sampai besi berwarna merah lalu ditempa menggunakan palu. Hal tersebut dilakukan untuk membentuk per besi menjadi golok.
Tahapan selanjutnya, kata dia, setelah per berbentuk golok dilanjutkan dengan tahapan memperhalus besi yang berbentuk golok itu menggunakan gerinda dan kikir sampai halus.
Terakhir, golok yang sudah di gerinda dan dikikir adalah disipuh. Yaitu golok dibakar kembali dan dimasukan kedalam air lalu diasah menggunakan batu asahan.
Meskipun golok sudah jadi, untuk memudahkan penggunaannya, golok harus dipasangkan gagang dan sarung golok (sarangka).
"Untuk membuat satu golok jadi dan siap pakai, biasanya saya membutuhkan waktu selama 2 hari. Dari mulai memotong per besi sampai golok sudah pakai gagang dan sarung," ujarnya.
Dalam menjual golok buatannya, Darsu hanya menjajarkan goloknya di lokasi usahanya kemudian para pembeli datang ke tempatnya. Kebanyakan pembeli golok Darsu hanya membeli besi goloknya saja tanpa gagang dan sarung, karena biasanya untuk dijual lagi. Sehingga pembeli tersebut dapat keuntungan dari membuat gagang dan sarung golok. (*)
Pewarta | : Acep Rifki Padilah |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |