TIMES JABAR, MALANG – Ada tradisi spiritual yang masih dipegang oleh sebagian masyarakat Jawa. Namanya Rabu Wekasan.
Tradisi Rabu Wekasan dilakukan setiap hari Rabu terakhir bulan Safar dalam kalender Hijriyah. Tradisi ini memiliki makna mendalam, khususnya dalam konteks etika dan kepercayaan masyarakat Jawa.
Sejarah Rabu Wekasan
Rabu Wekasan berakar dari kepercayaan masyarakat Jawa yang meyakini bahwa hari Rabu terakhir bulan Safar adalah waktu puncak di mana berbagai ujian, musibah dan kesulitan cenderung turun ke bumi. Kepercayaan ini dipengaruhi oleh ajaran Islam yang tersebar di Jawa sejak masa Wali Songo.
Ketua PCNU Jombang KH Fahmi Amrullah Hadziq menjelaskan, tradisi ini sebenarnya tidak ada kaitannya dengan tradisi Islam. Memang Rasulullah SAW tidak memerintahkan hal itu.
Tradisi Rabu Wekasan sebenarnya berasal dari ilham orang salih terdahulu yang hidup di tanah Jawa. "Rabu itu nama hari, sedangkan Wekasan itu pungkasan atau bermakna akhir. Jadi bisa dikatakan Rabu Wekasan itu Rabu terakhir bulan Safar," jelas Gus Fahmi dalam akun Instagram@nuonlinejombang, dikutip pada Rabu (03/09/2024).
Meski tidak ada dasar yang kuat dalam syariat Islam mengenai keyakinan ini, masyarakat Jawa mengembangkan tradisi yang menggabungkan ajaran Islam dengan kebudayaan lokal, menciptakan sebuah ritual yang sarat makna dan nilai-nilai etika.
Praktik Rabu Wekasan di Masyarakat Jawa
Pada hari Rabu Wekasan, masyarakat Jawa biasanya mengadakan serangkaian ritual yang melibatkan doa bersama, pengajian, dan sedekah. Doa yang dibacakan biasanya adalah doa-doa khusus yang dimaksudkan untuk memohon perlindungan dari segala marabahaya dan kesulitan.
Selain itu, masyarakat juga ada yang melaksanakan puasa sunah pada hari tersebut sebagai bentuk pengendalian diri dan upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Di beberapa daerah, masyarakat juga melakukan ritual buang sial dengan menyiramkan air yang telah diberi doa ke berbagai sudut rumah, sebagai simbol membersihkan diri dan lingkungan dari energi negatif.
Relevansi Rabu Wekasan di Era Modern
Meskipun kita hidup di era modern dengan segala kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, tradisi seperti Rabu Wekasan tetap relevan dan dihormati oleh banyak orang. Ini karena tradisi tersebut tidak hanya berfungsi sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai alat untuk memperkuat ikatan sosial dan spiritual dalam komunitas.
Rabu Wekasan mengingatkan kita akan pentingnya menjaga harmoni dalam kehidupan, baik dengan sesama manusia maupun dengan Tuhan. Dalam era yang serba cepat dan penuh tekanan, tradisi ini bisa menjadi momen refleksi yang penting untuk menjaga keseimbangan dan ketenangan batin. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mengenal Rabu Wekasan, Salah Satu Tradisi Sakral dalam Budaya Jawa
Pewarta | : Faizal R Arief |
Editor | : Faizal R Arief |