TIMES JABAR, TASIKMALAYA – Serangan hama ulat bulu (Malacosoma americanum) kini tidak hanya terbatas di lahan pertanian, namun telah merambah ke wilayah permukiman warga, termasuk pemukiman padat penduduk di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Kejadian ini salah satunya menimbulkan keresahan, terlebih saat ratusan ulat bulu menyerbu sebuah kafe yang berlokasi di kawasan Cipedes, memaksa pemiliknya meminta bantuan kepada Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Tasikmalaya.
Fenomena tak biasa ini terjadi di Stitaco Cafe, yang beralamat di Jalan Cisalak No 22, Sukamanah, Cipedes, Kota Tasikmalaya. Pemilik kafe, Gani, mengungkapkan bahwa dalam beberapa hari terakhir, populasi ulat bulu yang muncul di sekitar area kafe semakin banyak dan mengkhawatirkan. Bahkan, beberapa di antaranya berhasil masuk ke dalam ruangan dan mengganggu kenyamanan tamu serta aktivitas para pekerja.
Plt. Kepala Bidang Pemadam Kebakaran Kota Tasikmalaya, Erik Yowanda, membenarkan bahwa pihaknya menerima laporan dari warga terkait gangguan hama ulat bulu. Laporan diterima pada pukul 11.00 WIB. Tak lama kemudian, Regu 3 Damkar Kota Tasikmalaya yang terdiri dari dua personel, yakni Zaenal dan Fikrie, langsung diberangkatkan ke lokasi dengan mengoperasikan Unit 05.
“Tim diberangkatkan pada pukul 11.10 WIB dan tiba di lokasi sekitar pukul 11.20 WIB. Sesampainya di sana, petugas segera melakukan kaji cepat serta penanganan sesuai SOP,” jelas Erik. Jumat (13/6/2025).
Proses pemusnahan dilakukan secara hati-hati dan menyeluruh untuk memastikan seluruh ulat yang menyerang area kafe berhasil dibersihkan. Petugas menggunakan metode semprot dengan cairan pestisida yang aman namun Stitaco paling terdampak oleh serangan ulat tersebut.
Sementara itu, Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Satpel BPTPH Wilayah V Tasikmalaya Sendi Selpiansah, S.P., dan Petugas Penyuluh Pertanian (PPL) BPP Cipedes DKP3 Kota Tasikmalaya Yusep Yustiana, SP M.P mengungkapkan fenomena banyaknya ulat bulu yang menyerbu permukiman warga dipengaruhi oleh berbagai faktor.
“Setiap kasus memiliki penyebab berbeda. Namun dalam kasus kafe tersebut, ada beberapa faktor dominan yang mungkin menjadi pemicu ledakan populasi ulat bulu,” ujar Yusep saat dihubungi TIMES Indonesia melalui telepon selulernya .
Yusep menjelaskan, perubahan cuaca yang drastis menjadi faktor utama yang mempercepat siklus hidup ulat bulu. Kedua, ketersediaan pangan yang melimpah dan seragam di sekitar area kafe kemungkinan dari tanaman hias atau vegetasi tertentu memberi ruang berkembang biak yang ideal.
Selain itu, ketidakseimbangan ekosistem turut memperparah situasi. Misalnya, predator alami seperti burung mungkin berkurang akibat perubahan lingkungan, sehingga populasi ulat tidak terkendali.
Ulat bulu (Malacosoma americanum) dikenal sebagai hama daun yang sangat agresif. Ulat mampu menghabiskan daun tanaman hanya dalam waktu singkat, yang berakibat pada kerusakan vegetasi serta mengganggu estetika dan kenyamanan lingkungan. Di sisi lain, keberadaan mereka juga dapat menimbulkan reaksi alergi pada kulit manusia karena bulu-bulunya yang mengandung racun. (*)
Pewarta | : Harniwan Obech |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |