https://jabar.times.co.id/
Berita

Dorong ABK Mandiri, Mahasiswa UPI Tasikmalaya Sulap Limbah Kain Batik Jadi Tote Bag Cantik

Senin, 26 Mei 2025 - 16:08
Dorong ABK Mandiri, Mahasiswa UPI Tasikmalaya Sulap Limbah Kain Batik Jadi Tote Bag Cantik Seorang ABK binaan Papeditas saat menjahit sebuah tote bag di workshop Papeditas, Senin (26/5/2025) (FOTO : Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

TIMES JABAR, TASIKMALAYA – Di sebuah workshop sederhana berukuran 3x6 meter yang terletak di sudut Kota Tasikmalaya, suara riuh anak-anak disabilitas terdengar bersahut-sahutan.

Beberapa di antaranya tampak asyik memotong helai demi helai kain perca batik, sementara yang lainnya tengah menumpuk dan menyusun pola kain perca menjadi satu bentuk aksen tote bag. 

Aktivitas ini bukan sekadar kegiatan kerajinan tangan biasa. Di baliknya tersimpan misi sosial yang mendalam yakni memberdayakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan mengurangi limbah tekstil.

Afif Purdianto, Aliva Laisyatul Zahra, Muhammad Indradjati, dan Lia Tazkiyatunnufus Putri Kurniawan merupakan mahasiswa dan mahasiswi semester IV Jurusan Kewirausahaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Tasikmalaya yang menjadi motor penggerak kegiatan ini. 

Berbekal semangat kewirausahaan sosial, mereka menggagas program pelatihan keterampilan menjahit serta menyulap limbah kain batik menjadi produk bernilai ekonomis bagi anak-anak disabilitas.

“Kami ingin menghadirkan kegiatan yang bukan hanya berdampak lingkungan, tetapi juga mendorong kemandirian ABK melalui keterampilan,” ujar Aliva saat ditemui di workshop Papeditas. Senin (26/5/2025) siang.

Kain-kain batik perca yang digunakan dalam kegiatan ini berasal dari sentra-sentra batik di kawasan Cigeureung, sebuah daerah di Tasikmalaya yang dikenal sebagai pusat industri batik lokal.

"Batiknya kami minta dari beberapa perajin. Biasanya kain perca ini dibuang, padahal jika diolah bisa jadi produk menarik dan punya nilai jual,” tambah Afif.

Tasikmalaya, yang dikenal dengan julukan Kota Resik, memang memiliki sejarah panjang dalam industri kerajinan tangan, termasuk batik. Sentra batik Cigeureung dan sekitarnya pernah menjadi jantung perekonomian lokal, terutama di era kejayaannya saat para perajin tergabung dalam koperasi Mitra Batik. 

Bahkan, nama koperasi ini diabadikan menjadi nama sebuah sekolah kejuruan, SMEA Mitra Batik, dan nama jalan di Kecamatan Cipedes yang mengarah ke kawasan sentra batik Tasikmalaya.

ABK-binaan-Papeditas-a.jpgMahasiswi UPI Kampus Tasikmalaya Lia Tazkiyatunnufus Putri Kurniawan saat mendamping seorang ABK membuat tote bag beraksen batik, Senin (26/5/2025) (FOTO : Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

Namun, seiring perkembangan zaman dan masuknya produk fashion massal dengan harga murah, eksistensi batik Tasikmalaya mulai meredup. 

Tradisi mengenakan batik di acara pernikahan atau hari besar pun perlahan terkikis. Hal ini berdampak langsung pada para perajin yang mulai kesulitan memasarkan produk mereka.

Kondisi inilah yang mendorong keempat mahasiswa UPI untuk merangkai potensi budaya lokal dengan semangat pemberdayaan. Melalui pendekatan yang humanis dan edukatif, mereka membina sejumlah ABK yang berada di bawah naungan Paguyuban Pegiat Disabilitas Tasikmalaya (Papeditas).

Apresiasi Pegiat Sosial

Pegiat sosial Papeditas, Aris Rahman, mengapresiasi langkah positif yang diambil oleh para mahasiswa tersebut. “Apa yang dilakukan mereka sangat berarti bagi anak-anak kami. Mereka dilibatkan, diberdayakan, dan diajarkan untuk mandiri. Ini bentuk penghormatan terhadap keberagaman kemampuan,” ujar Aris.

Menurut Aris, pendekatan ini juga menjadi cara strategis untuk memperkenalkan kembali batik Tasikmalaya ke generasi muda. “Kalau batik hanya dilihat sebagai pakaian formal, lama-lama akan punah. Tapi kalau diubah jadi produk kreatif seperti tote bag atau aksesoris, maka batik akan terus hidup dalam berbagai bentuk,” katanya.

Pembuatan tote bag ini tidak hanya sekadar memotong dan menjahit kain. Anak-anak ABK dibimbing secara perlahan, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Ada yang bertugas menyusun pola, menggabungkan warna kain, hingga menjahit dengan mesin secara sederhana. 

"Hasil akhir dari tote bag ini pun cukup mengagumkan, dengan desain khas dan sentuhan batik yang mencerminkan identitas budaya lokal."tandasnya.

Aris kembali mengapresiasi para mahasiswa dimana ke depan, para mahasiswa UPI ini berencana mengembangkan program menjadi unit usaha sosial yang berkelanjutan. 

Dirinya berharap kolaborasi dengan UMKM lokal dan komunitas disabilitas bisa terus berjalan sehingga dampaknya semakin luas. Salah satu ide yang tengah digodok adalah menjual produk-produk hasil pelatihan ini secara online melalui platform e-commerce dan media sosial.

"Saya ucapkan terima kasih, dengan menggabungkan nilai edukasi, budaya, lingkungan, serta sosial, para mahasiswa UPI Kampus Tasikmalaya dapat memberi harapan baru bagi anak-anak disabilitas, tapi juga memberi napas baru bagi kain batik Tasikmalaya yang nyaris dilupakan."pungkas Aris. (*)

Pewarta : Harniwan Obech
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jabar just now

Welcome to TIMES Jabar

TIMES Jabar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.