TIMES JABAR, BANDUNG – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat menyerahkan fasilitasi bagi para petani milenial dan pelaku Industri Kecil Menengah (IKM).
“Tujuan dari acara penyerahan fasilitasi ini adalah untuk memberikan awareness kepada pelaku usaha dan petani milenial,” papar Dr. Iendra Sofyan, ST MSi, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, Rabu (28/12/2022).
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan prov.Jabar memberikan sambutan (FOTO: Djarot/TIMES Indonesia)
Dalam kesempatan tersebut, Iendra menekankan pentingnya sertifikasi produk dan pengembangan akses pasar. Kemudian, Disperindag juga mendorong peningkatan kapabilitas usaha dari petani milenial itu mendorong peningkatan daya saing produk Jawa Barat.
“Petani milenial merupakan program strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mewujudkan visi keempat Jawa Barat,” ujarnya.
Ia menjelaskan, visi Jawa Barat adalah “Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi”. “ Nilai religius, nilai bahagia, nilai adil, nilai kolaboratif dan nilai inovatif. Kolaborasi menjadi kunci dari keberhasilan program ini,” tuturnya.
Bersama Gubernur Jawa Barat dan para tokoh yang hadir dalam pertemuan dengan petani milenial dan IKM Jawa Barat (FOTO: Djarot/TIMES Indonesia)
Secara konsep, lanjutnya, pengembangan petani milenial akan mengacu pada smile curves. Smile curves adalah suatu proses bagaimana membuat suatu usaha. Jadi, semua tahapan dilakukan secara sistematis, dan berkesinambungan oleh beberapa OPD menjadi suatu kolaborasi.
“Pak Gubernur, ada juga yang hadir di IPOC. TIdak semua bisa ke sini jadi sisanya ditampung di lokasi salah satu UPTD kami di rumah kemasan di Jalan Sederhana,” terang Iendra.
Iendra pun menerangkan bahwa mengacu pada konsep smile curves ini berupa huruf U. “Jadi memang tahapannya dimulai dari konsep. Konsep ini dilakukan oleh para UPD pembina, Mau melakukan apa? Mau usaha apa? Dan lain sebagainya.
Ini mempunyai nilai yang paling tinggi,” jelasnya. Kedua, lanjut Iendra, adalah branding bahwa harus memiliki merek. Kemudian, nilai yang ketiga yang memiliki nilai paling besar adalah desain. “Jadi harus didesain bentuknya, dan bentuknya seperti apa dan sebagainya, baru adalah pada produksi atau pada manufaktur,” jelas Iendra.
Selanjutnya, kata Iendra, masuk ke distribusi, marketing, dan sales. “Masuk kepada ranahnya perindustrian dan perdagangan,” ulas Iendra. Jadi, demikianlah proses yang harus dilakukan dan terus dibina kepada petani- petani milenial dan menjadi kolaborasi di setiap OPD untuk turun pada setiap tahapan.
“Sebagai dinas di bagian hilir, kami disperindag Jawa Barat, di bawah koordinasi kementerian milenial melakukan beberapa kegiatan, di antaranya adalah mengkurasi,” papar Iendra. Jadi, jelas Iendra, tidak semua petani milenial bisa masuk ke pasar.
Karena, harus dikurasi terlebih dahulu dan mendapat sertifikasi halal, kekayaan intelektual atau Haki Merek. “Kemudian, mengenai desain dan cetak kemasan, kita mencetak kemasannya sekitar 300 untuk setiap produk gratis. Kemudian pelatihan ekspor di tahun depan, mudah-mudahan kita bisa langsung ekspor,” harap Iendra.
Selanjutnya, dilakukan pameran baik di dalam negeri dan luar negeri, juga promosi di pasar ritel seperti yang telah dilakukan di Cihampelas Walk, kemudian di Botani Square Bogor, dan di PT KAI serta juga melalui program Dinas Kehutanan.
“Secara proses, dari 587 petani milenial yang mendaftar dan siap, setelah dikurasi,terdapat 159 petani milenial yang berhak mendapatkan 302 fasilitasi. Artinya, dari 159 ada yang mendapatkan dua fasilitas. Haki, sertifikasi Halal, juga promosi, itulah yang paling siap. Saya pikir, ini bisa mendorong nanti petani milenial lainnya yang belum siap untuk mempersiapkan diri,” paparnya. Kemudian di sisi lain, kata Iendra, untuk IKM yang juga terpilih sebanyak 311 IKM yang berhak mendapatkan fasilitasi, yang terdiri dari 125 KI Merk, 61 sertifikasi halal dan 125 desain.
”Sementara itu, jika hasil kurasi petani milenial dipetakan berdasarkan komoditas dinas pembina, diperoleh informasi bahwa komoditas terbanyak yang mendapatkan fasilitas adalah kategori jamur dan olahannya yaitu dari Dinas Kehutanan yang sudah menyiapkan,” ungkap Iendra.
Kemudian, lanjutnya, disusul oleh komoditas kopi. Sedangkan ,dinas pembina paling banyak adalah dinas kehutanan, lalu disusul dinas perkebunan. “Nah ini memang perlu ada kolaborasi terus dari rekan-rekan OPD yang membina supaya setiap komoditasnya bisa terus dikembangkan,” jelasnya.
Menurut Iendra, selama 2022, petani milenial telah mengikuti lima pameran, beberapa pameran Teknologi Tepat Guna Nusantara. Kemudian, Pasar Pasisian Leweung, peresmian Gebyar Desa, Road to West Java Fun. Selanjutnya, Gerai Petani Milenial. “Dilanjutkan lagi di tiga lokasi yaitu Cihampelas Walk, stasiun kereta api, dan Botani Square Bogor, selama 25 hari dari 6-31 Desember dengan omzet sementara sampai tanggal 27 Desember ini adalah Rp10 juta,” ujar Iendra.
Pewarta | : Djarot Mediandoko |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |