TIMES JABAR, JAKARTA – Suplementasi setiap hari PRO EM-1 mampu mencegah dan memulihkan penyakit infeksi dan penyakit kronis melalui aktivitas antiinflamasinya dengan membangun keseimbangan respon imun.
"Hal terpenting adalah mencegah jauh lebih baik daripada mengobati," ujar Apt Ge Recta Geson SSi, Direktur PT Agro Mitra Alimentari (PT AMA) produsen suplemen kesehatan probiotik PRO EM-1, dalam keterangan yang diterima, Kamis (2/6/2022).
Recta menjelaskan, dari hasil penelitian Apt Tjie Kok S.Si, MSi PhD, radang adalah mekanisme pertahanan tubuh melokalisir atau menghancurkan jejas atau cidera, yang ditandai dengan lima gejala.
Kelima gelaja itu, yang pertama calor atau demam. Di mana suhu tubuh naik untuk meningkatkan metabolisme pada organ yang cidera. Kedua rubor atau merah. Yaitu terjadi mobilisasi dan konsentrasi sel darah merah ke organ yang cidera supaya mendapat asupan oksigen lebih banyak.
Gejala ketiga adalah tumor atau bengkak. Di mana terjadi penumpukan plasma darah yang keluar dari pembuluh darah yang melebar pada organ yang cidera agar mendapat asupan nutrisi lebih banyak. Disamping penumpukan plasma darah terjadi pula konsentrasi sel darah putih untuk menghancurkan benda asing dan melawan infeksi patogen termasuk virus.
Keempat yakni dolor atau sakit. Yaitu mediator proinflamasi dilepas pada organ yang cidera menimbulkan rasa nyeri sebagai isyarat dari tubuh. Serta kelima functio laesae atau gangguan fungsi organ apabila terjadi gejala-gejala berat tersebut di atas. Sebagai isyarat bahwa tubuh atau organ memerlukan istirahat.
Sedangkan jejas, juga ada lima macam, yaitu jejas fisik seperti terpukul, teriris, tergores, dan terbakar; jejas kimiawi seperti zat kimia beracun, iritan, radikal bebas dan metabolit patogen; jejas biologi dari patogen seperti bakteri, jamur dan virus dan jejas psikologis seperti stres dan depresi.
"Jadi radang sangat penting sebagai pertahanan tubuh dan pemulihan masalah kesehatan,” tandas Recta.
Namun, Recta melanjutkan, radang tidak boleh berlebihan, karena bisa berakibat pada kerusakan organ. Bahkan keradangan parah yang populer dikenal sebagai badai sitokin sangat merusak sel dan dapat membawa pada kematian.
Keradangan derajad rendah, sistemik (seluruh tubuh) dan berlangsung lama menimbulkan penyakit-penyakit kronis seperti kanker obesitas, gastritis, hipertensi, diabetes tipe 2, dan gangguan tumbuh kembang anak stunting.
Penyebab keradangan kronis adalah dysbiosis. Keadaan dimana patogen menggeser dominasi probiotik dalam mikrobiota usus. Patogen menghasilkan metabolit seperti LPS, TMAO, CDF, CDT, Nitrosoamin, Nitrit, Secondary Bile Acid dan dominasi patogen berakibat akumulasi radikal bebas.
Stres merupakan hiperaktifitas pikiran berakibat terbunuhnya probiotik dalam usus, sehingga proporsi patogen bertambah. Berkurangnya proporsi probiotik diiringi berkurangnya antioksidan yang merupakan salah satu metabolitnya.
Pada gilirannya kekurangan antioksidan menyebabkan akumulasi radikal bebas, yang merupakan produk sampingan proses memproduksi energi dalam sel.
Keradangan lambung (gastritis) disebabkan oleh dominasi bakteri helicobacter pylori akibat stres, makan makanan yang banyak mengandung lemak dan gula dan obat-obatan seperti antibiotik, PPI. Gastritis yang berkepanjangan akan mengakibatkan tukak lambung sampai GERD.
Mencerna makanan, mengoptimalkan penyerapan nutrisi dan memperkaya nutrisi merupakan fungsi penting mikrobiota. Dysbiosis mengganggu fungsi ini sehingga tumbuh kembang fisik dan kecerdasan anak terganggu, terjadilah stunting.
LPS, TMAO, dan akumulasi radikal bebas menyebabkan kenaikan sitokin proinflamasi TNF-alpha yang mengakibatkan terjadinya resistensi insulin penyebab diabetes tipe 2. Pada penderita penyakit ini, ikatan antara insulin dan reseptor sel tidak diikuti dengan produksi dan translokasi GLUT-4 yang merupakan pintu masuk glukosa ke dalam sel, sehingga glukosa darah tidak termanfaatkan untuk produksi energi sel.
Sebaliknya metabolit probiotik seperti Antiinflamasi alami (embelin, gingerol, diallyl sulfide dan 16-alpha hidroxysterone) bisa meredakan keradangan kronis dengan segera.
Metabolit probiotik lainnya, Antioksidan seperti glutathione S transferase, CoQ10 dan asam laktat dapat menetralisir toxin patogen dan radikal bebas.
SCFA (organik rantai pendek) seperti asetat, propionat, butirat dan laktat produksi probiotik berfugsi menghambat pertumbuhan (proliferasi) dan mempercepat apoptosis (kematian terprogram) sel kanker. Sehingga jaringan kanker mengecil sampai hilang apabila terpapar SCFA.
Dinding sel probiotik terbuat dari peptidoglikan dapat mengikat metabolit patogen dan mengeluarkannya melalui BAB.
Suplementasi probiotik multistrain segera merestorasi dysbiosis menjadi mikrobiota yang beragam dan seimbang (eubiosis). Lalu eubiosis ini memodulasi sel imun beserta sitokin-sitokinnya sehingga keradangan kronis reda.
Sel RAW 264.7 mengalami keradangan (kerusakan) dan menyebabkan terjadinya kematian sel sebesar 20%, sehingga viabilitas (kehidupan) sel tinggal 80% setelah dipapar dengan LPS (metabolit patogen Escherichia coli). Terjadi kenaikan signifikan sitokin proinflamasi dan penurunan sitokin antiinflamasi.
Setelah diberi ekstrak metabolit probiotik multistrain, keradangan mereda, yang ditandai dengan penurunan tingkat ekpresi sitokin proinflamasi dan peningkatan sitokin antiinflamasi sampai homeostasis atau seimbang, sebagai upaya tubuh untuk lebih cepat memulihkan dirinya sendiri.
Yang menarik dari luaran penelitian dengan platform pencegahan di atas adalah pada sel RAW 264.7 yang diberi ekstrak metabolit probiotik multistrain, penurunan sitokin proinflamasi dan peningkatan sitokin antiinflamasinya lebih bermakna dibandingkan dengan platform kuratif.
Hal ini menandakan bahwa keradangan (kerusakan) sel pada platform preventif lebih rendah daripada platform kuratif ketika sel dipapar dengan LPS Escherichia coli.
"Kesimpulan dari penelitian ini adalah suplementasi setiap hari PRO EM-1 mampu mencegah dan memulihkan penyakit terkait inflamasi, seperti penyakit infeksi dan penyakit kronis terkait melalui aktivitas antiinflamasinya untuk membangun keseimbangan respon imun," pungkas Recta. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Suplementasi PRO EM-1 Setiap Hari, Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati
Pewarta | : Tria Adha |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |