TIMES JABAR, CIANJUR – Belasan santri dari Pondok Pesantren Darul Qur’an Assatimen, Desa Kertajadi, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, harus mendapatkan perawatan medis setelah mengalami gejala keracunan. Mereka diduga sakit usai mengonsumsi hidangan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Dalam hal ini Kepala Puskesmas Cidaun, Eman Sulaeman, mengatakan ada 12 santri yang dibawa ke fasilitas kesehatan dengan keluhan mual, muntah, diare, serta pusing.
“Gejala mulai muncul setelah mereka menyantap makanan. Namun, kondisi para santri sudah berangsur membaik setelah mendapat penanganan dua hari di puskesmas,” ujarnya dalam keterangan yang diterima TIMES Indonesia, Sabtu (23/8/2025).
Meski demikian, Eman menegaskan pihaknya belum dapat memastikan sumber keracunan. Ia menyebut tim medis masih menunggu hasil laboratorium untuk memastikan kandungan pada makanan yang dikonsumsi para santri.
“Ada dua kali jam makan pagi dan siang. Pagi hari nasi goreng, sedangkan siang makanan dari MBG. Untuk memastikan penyebabnya, kita menunggu hasil pemeriksaan,” katanya menegaskan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur turut menurunkan tim investigasi untuk menyelidiki kasus tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Cianjur, Made Setiawan, menjelaskan pihaknya telah mengambil sampel makanan yang dicurigai sebagai penyebab keracunan.
“Sampel bahan baku dan menu MBG sudah dibawa untuk uji laboratorium. Hasilnya akan keluar dalam beberapa hari ke depan,” ucapnya menuturkan.
Santri yang sempat menjalani perawatan sudah dipulangkan kembali ke pondok. Namun, tenaga kesehatan tetap melakukan pemantauan guna memastikan kondisi mereka pulih sepenuhnya. “Pengawasan tetap dilakukan agar tidak ada gejala lanjutan,” imbuh Eman.
Sejumlah santri mengaku mulai merasa tidak enak badan usai menyantap salah satu menu MBG, yakni mie spageti dengan saus yang berbau cukup menyengat. Dari keterangan mereka, gejala mual dan muntah muncul beberapa jam setelah makanan itu dikonsumsi.
Hingga kini, pemerintah daerah menunggu hasil laboratorium untuk menentukan langkah lanjutan. Jika terbukti berasal dari makanan program MBG, evaluasi akan dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang.
Program ini sebelumnya diharapkan mampu mendukung gizi para pelajar dan santri, namun kasus di Cidaun memunculkan perhatian serius terkait standar penyajian dan keamanan pangan. (*)
Pewarta | : Wandi Ruswannur |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |