TIMES JABAR, PANGANDARAN – Pangandaran selama ini dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau. Namun, tak hanya itu, kini Kabupaten Pangandaran siap menyuguhkan hiburan berbalut kekayaan budaya lokal!
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pangandaran, berkolaborasi dengan Dewan Kebudayaan Daerah (DKD) Kabupaten Pangandaran, punya inisiatif melestarikan dan menampilkan seni tradisional di berbagai objek wisata unggulan.
Ini bukan sekadar pertunjukan biasa. Inisiatif ini adalah komitmen serius untuk menjadikan pertunjukan seni tradisional sebagai agenda rutin di destinasi wisata yang dikelola pemerintah.
Beberapa lokasi yang akan menjadi panggung bagi kesenian daerah ini antara lain Pantai Karapyak, Pantai Pangandaran, Batu Hiu, Green Canyon, Batu Karas, dan Pantai Madasari.
Kepala Disparbud Kabupaten Pangandaran, Nana Sukarna, menjelaskan bahwa pertunjukan ini bukan hanya hiburan semata, tapi juga bagian dari strategi pengembangan pariwisata berbasis budaya.
Nana mengatakan, pemerintah daerah ingin memastikan bahwa keindahan alam Pangandaran bisa selaras dengan keunikan tradisi yang dimilikinya.
"Nanti, penampilan kesenian tradisional ini akan terjadwal di setiap titik destinasi wisata di Kabupaten Pangandaran," ujarnya.
Senada dengan Nana, Pengurus Dewan Kebudayaan Daerah (DKD) Kabupaten Pangandaran, Wawang Dermawan, melihat kolaborasi ini sebagai peluang emas untuk mengangkat seni dan budaya lokal agar lebih dikenal luas.
"Melalui sinergi dengan pemerintah, kami berharap Pangandaran dapat berkembang menjadi destinasi wisata berkelas dunia yang menjadikan warisan budaya sebagai daya tarik utama," jelas Wawang.
Pangandaran memang diberkahi dengan beragam kesenian tradisional yang unik dan khas, seperti ronggeng gunung, lebon, badud, dan berbagai bentuk seni lainnya.
"Saya yakin keberadaan seni-seni ini akan menjadi potensi besar yang dapat mendorong pertumbuhan sektor pariwisata sekaligus memperkuat identitas daerah," kata Wawang optimistis.
Dengan hadirnya pertunjukan seni tradisional ini, Pangandaran tak lagi hanya "menjual" keindahan alamnya saja, tapi juga memamerkan kekayaan budaya yang menjadi kebanggaan masyarakat lokal. (*)
Pewarta | : Acep Rifki Padilah |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |