TIMES JABAR, PACITAN – Shalawat Nabi Muhammad SAW merupakan amalan istimewa dalam Islam. Bahkan, amalan ini boleh dipamerkan sebagai bentuk rasa cinta kepada junjungan kita.
Hal ini disampaikan oleh Mudir Ma'had Aly Al-Tarmasi Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan, KH Luqman Harits Dimyathi, saat acara Dziba Akbar yang digelar di Halaman Masjid Pondok Tremas pada Minggu (15/9/2024) malam.
KH Luqman menjelaskan bahwa pada bulan Rabiul Awwal, umat Islam di seluruh dunia memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, kelahiran nabi yang membawa kabar gembira dan ancaman dari Allah SWT. Menurutnya, kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah nikmat teragung bagi seluruh alam semesta.
“Langit bertaburkan cahaya, malaikat bersorak, mengumandangkan takbir, tamjid, dan istighfar saat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Itu menunjukkan betapa mulianya peristiwa ini,” ungkap KH Luqman di hadapan ribuan para santri dan jamaah yang hadir.
Meskipun ada sebagian orang yang masih menganggap tabu atau bahkan membidahkan perayaan Maulid Nabi, KH Luqman menegaskan bahwa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah sesuatu yang sangat dianjurkan. Syukur tersebut bisa diwujudkan dengan merayakan Maulid Nabi sebagai bentuk penghormatan.
Keutamaan Shalawat dan Maulid Nabi
KH Luqman juga mengutip perkataan Imam Ma'ruf al-Karkhi tentang keutamaan merayakan Maulid Nabi. Beliau mengatakan, siapa pun yang memuliakan Maulid dengan cara mengadakan jamuan, menghidupkan lampu, memakai pakaian baru, dan berhias, maka Allah SWT akan mengumpulkannya bersama para nabi di surga paling tinggi.
مَنْ هَيَّأَ لِأَجْلِ قِرَاءَةِ مَوْلِدِ الرَّسُوْلِ طَعَامًا، وَجَمَعَ إِخْوَانًا، وَأَوْقَدَ سِرَاجًا، وَلَبِسَ جَدِيْدًا، وَتَعَطَّرَ وَتَجَمَّلَ تَعْظِيْمًا لِمَوْلِدِهِ حَشَرَهُ اللهُ تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الْفُرْقَةِ الْأُوْلَى مِنَ النَّبِيِّيْنَ، وَكَانَ فِيْ أَعْلَى عِلِّيِّيْنَ. وَمَنْ قَرَأَ مَوْلِدَ الرَّسُوْلِ – ﷺ – عَلَى دَرَاهِمَ مَسْكُوْكَةٍ فِضَّةً كَانَتْ أَوْ ذَهَبًا وَخَلَطَ تِلْكَ الدَّرَاهِمَ مَعَ دَرَاهِمَ أَخَرَ وَقَعَتْ فِيْهَا الْبَرَكَةُ وَلَا يَفْتَقِرُ صَاحِبُهَا وَلَا تَفْرَغُ يَدُّهُ بِبَرَكَةٍ
“Barang siapa menyiapkan hidangan, mengumpulkan saudara, menghidupkan lampu, memakai pakaian baru, memakai wewangian, dan berhias untuk acara pembacaan Maulid Rasul, maka Allah SWT akan mengumpulkannya di hari kiamat bersama golongan pertama dari para nabi dan ditempatkan di surga tertinggi,” jelas KH Luqman.
Lebih jauh, KH Luqman menyebutkan bahwa perayaan Maulid Nabi adalah bentuk rasa cinta dan penghormatan yang tulus dari umat kepada Rasulullah SAW. Menghadiri dan memuliakan Maulid Nabi, menurut Imam Junaid al-Baghdadiy, merupakan tanda keimanan seseorang.
“Barang siapa menghadiri acara Maulid dan memuliakan derajat Rasul, maka sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan dengan keimanannya,” ucap KH Luqman, mengutip Imam Junaid.
Kisah Inspiratif dari Pemuda Bashrah
Dalam ceramahnya, KH Luqman juga menyampaikan kisah inspiratif dari seorang pemuda di Bashrah yang gemar berbuat dosa namun selalu memuliakan Maulid Nabi SAW. Meskipun penduduk Bashrah memandangnya dengan hina, Allah SWT memberikan kemuliaan kepadanya karena kebiasaannya memuliakan Maulid Nabi.
KH Luqman menceritakan bahwa saat pemuda tersebut meninggal dunia, penduduk Bashrah mendengar suara tanpa rupa yang menyerukan bahwa jenazah pemuda tersebut adalah salah satu wali Allah SWT. Semua itu karena keberkahan dari Maulid Nabi yang selalu ia rayakan.
Kisah lain yang disampaikan KH Luqman adalah tentang seorang pemuda di Syam yang secara tidak sengaja membunuh putra Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Namun, karena niatnya untuk menyelenggarakan Maulid Nabi, pemuda itu diampuni oleh sang Khalifah. Khalifah tidak hanya memaafkan, tetapi juga memberikan seribu dinar untuk mengadakan perayaan Maulid Nabi.
Rahasia di Balik Kelahiran Nabi pada Bulan Rabiul Awwal
KH Luqman menutup ceramahnya dengan menjelaskan rahasia di balik kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada bulan Rabiul Awwal. Menurut Imam Suyuti dalam kitab Al-Hawi al-Fatawi, bulan ini dipilih oleh Allah SWT karena memiliki filosofi harapan yang baik.
“Musim Rabi’ adalah musim terbaik, begitu pula syariat Nabi Muhammad SAW, yang merupakan syariat paling baik dan penuh kemurahan,” jelasnya.
Selain itu, KH Luqman berharap bahwa dengan memuliakan Maulid Nabi, umat Islam akan mendapat syafaat di hari kiamat. “Semoga kita semua mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW di hari pembalasan kelak,” tutupnya. (*)
Referensi:
-Al-Bakri ad-Dimyati, I’anah at-Tholibin Fi Hil Alfadz Fath al-Mu’in.
-Jalal ad-Din Abdurrahman as-Suyuti, Al-Hawi li al-Fatawi.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Rahasia Shalawat Nabi, Amalan yang Boleh Dipamerkan dalam Islam
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Irfan Anshori |