TIMES JABAR, BANDUNG – Bangunan di Kabupaten Cianjur harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu, pasca gempa Cianjur wilayah ini juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hendra Gunawan, merespons bencana gempa Cianjur.
Pihaknya juga mengirimkan Tim Tanggap Darurat (TTD) ke lokasi bencana guna melakukan pemetaan dampak gempa Cianjur dan memberikan rekomendasi teknis guna membantu Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi lokasi bencana.
Rumah warga Cianjur hancur karena gempa. (FOTO: cuplikan video warga)
Hendra juga mengimbau, karena wilayah Kabupaten Cianjur tergolong rawan gempa bumi, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non struktural. Kejadian gempa Cianjur ini diperkirakan berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya sesar permukaan dan bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.
Menurutnya, lokasi pusat gempa bumi terletak di darat di wilayah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Morfologi wilayah tersebut pada umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang, perbukitan bergelombang hingga terjal yang terletak pada bagian tenggara gunung api Gede. Wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan aluvial sungai.
"Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter tersebut pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi. Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi," jelas Hendra seperti dilansir dari laman Kementerian ESDM
Kerusakan bangunan akibat gempa di Cianjur. (FOTO: BPBD Kabupaten Cianjur)
Hendra menambahkan, berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari BMKG dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif. Keberadaan sesar aktif tersebut hingga kini belum diketahui dengan baik karakteristiknya dan lokasinya berada pada bagian timur laut zona sesar Cimandiri.
"Sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi tinggi. Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami karena lokasi pusat gempa bumi terletak di darat," ungkap Hendra.
Hendra mengimbau agar masyarakat tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan dan jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi.
“Bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman sesuai dengan arahan dari BPBD setempat," ujarnya.
Seperti diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa pada Senin (21/11) pukul 13:21:10 WIB telah terjadi gempa bumi dengan magnitudo M5,6 di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. gempa Cianjur pada kedalaman 10 km berpusat di darat pada koordinat 107,05 BT dan 6,84 LS, berjarak sekitar 9,65 km barat daya Kota Cianjur atau 16,8 km timur laut Kota Sukabumi. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pasca Gempa Cianjur, Konstruksi Bangunan Harus Tahan Gempa
Pewarta | : Hilman Hilmansyah (MG-312) |
Editor | : Deasy Mayasari |