https://jabar.times.co.id/
Kopi TIMES

Peluang dan Tantangan Penyulingan Bahan Bakar dari Sampah Plastik

Kamis, 03 Agustus 2023 - 14:00
Peluang dan Tantangan Penyulingan Bahan Bakar dari Sampah Plastik Fadli Hafizulhaq, Dosen di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas dan Ketua FLP Sumbar.

TIMES JABAR, PALEMBANG – Beberapa bulan terakhir, isu pemanfaatan air menjadi bahan bakar menjadi topik menarik. Konsep konversinya sebenarnya bukanlah barang baru, melainkan sudah ditemukan berpuluh-puluh tahun lalu. Lembaga riset plat merah bahkan ikut berkomentar tentang alat pengubah air menjadi bahan bakar itu.

Menurut peneliti mereka, klaim efisiensinya perlu diuji atau dicek di laboratorium. Meski menyulut pro dan kontra, pernyataan itu sesuai dengan metode yang berlaku dalam domain kajian ilmiah.

Tidak dapat dipungkiri, pengubahan air menjadi bahan bakar memanglah topik yang “seksi”. Hal itu tidak lepas dari keberlimpahan air di sebagian permukaan bumi. Namun di samping itu, ada isu terkait yang juga tidak kalah “seksi”, yaitu pengubahan sampah plastik menjadi bahan bakar. Faktanya, sampah plastik terus menjadi masalah yang belum terpecahkan di Indonesia.  Dalam sebuah publikasi bertajuk “Plastic waste inputs from land into the ocean”, Jambeck, dkk., (2015) bahkan menyatakan bahwa Indonesia adalah penghasil sampah plastik ke lautan terbesar kedua di dunia.

Penyulingan minyak atau bahan bakar dari sampah plastik menjadi salah satu solusi penanganan limbah yang paling menarik. Alasannya adalah karena tingkat kebutuhan bahan bakar yang tinggi. Namun sama halnya dengan penggunaan air sebagai bahan bakar, selain memiliki peluang, penyulingan bahan bakar dari sampah plastik juga menghadapi berbagai tantangan.

Mengandalkan Pirolisis

Penyulingan sampah plastik menjadi bahan bakar mengandalkan metode pirolisis. Sederhananya, pirolisis merupakan proses degradasi termal dari material kompleks dalam ruang hampa atau bebas oksigen atau dengan sedikit oksigen. Hasil dari pirolisis dapat berupa uap yang mengandung cairan, lilin serta gas. Uap tersebut harus disuling agar cairannya dapat dipisahkan dari fraksi lainnya.

Plastik dinilai sebagai kandidat yang sangat baik untuk proses pirolisis karena kandungan karbon dan hidrogen yang tinggi. Hanya saja, agar dapat diproses dengan maksimal, plastik harus dicacah, diparut, dan diayak untuk mendapatkan butiran yang lebih kecil dari 2 milimeter (Papari, dkk., 2021). Setelah itu, butiran plastik dibakar pada suhu tinggi, umumnya 500 derajat Celsius atau lebih, untuk menghasilkan produk yang diinginkan.

Lebih lanjut, pada umumnya bahan bakar yang dapat dihasilkan dari penyulingan sampah plastik menggunakan pirolisis adalah bahan bakar untuk mesin diesel. Adapun beberapa jenis plastik yang cocok untuk bahan pirolisis tersebut adalah high-density polyethylene (HDPE), low-density polyethylene (LDPE), polipropilen (PP), dan polyethylene terephthalate (PET).

Peluang dan Tantangan

Meskipun terdengar sangat wah, pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar masih sangat terbatas. Hal tersebut tidak terlepas dari beragam peluang dan tantangannya. Adapun peluangnya sudah sangat jelas, besarnya jumlah sampah plastik di dunia saat ini menjadikan ide ini sangat relevan dengan konsep keberlanjutan lingkungan. Hanya saja, metode pirolisis konvensional saat ini masih membawa serta banyak masalah.

Dikutip dari publikasi Li, dkk., (2022) yang berjudul "Conversion of plastic waste into fuels: A critical review", proses pengolahan membutuhkan pembakaran dengan temperatur tinggi dan waktu reaksi yang panjang namun rendemen minyak cair yang bisa dihasilkan rendah. Sebagai contoh, pengolahan plastik HDPE pada temperatur 425 derajat Celsius dan waktu 60 menit dengan pelarut air deionisasi hanya dapat menghasilkan minyak dengan rendemen sebesar 45%. Rendemen yang lebih baik dapat dihasilkan oleh pengolahan plastik PP pada temperatur dan pelarut yang sama namun dengan waktu 120 menit, proses penyulingan dapat menghasilkan minyak dengan rendemen sebesar 64,7%.

Masih menurut Li, rentang nilai oktan dari produk minyak yang dihasilkan rendah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa saat ini hasil penyulingan bahan bakar dari sampah plastik belum dapat digunakan untuk semua kebutuhan. Di samping itu, proses pirolisis masih menghasilkan polusi ke lingkungan sehingga kontradiksi dengan tujuan pengolahan sampah plastik itu sendiri.

Beberapa tantangan di atas mendorong para peneliti mengembangkan metode baru seperti penggunaan katalis. Penelitian lebih lanjut masih sangat dibutuhkan agar teknologi yang paling efektif, efisien, dan ramah lingkungan dapat ditemukan. Dengan demikian, sebelum teknologi pengubah plastik menjadi bahan bakar terbaik itu ditemukan, kita berharap pemangku kepentingan hingga masyarakat lebih mengoptimalkan opsi-opsi penanganan sampah plastik yang umum dan telah ada sebelumnya.

***

*) Oleh: Fadli Hafizulhaq, Dosen di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas dan Ketua FLP Sumbar. 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jabar just now

Welcome to TIMES Jabar

TIMES Jabar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.