TIMES JABAR, BANDUNG – Dalam rangka menyambut 65 tahun berdirinya Program Studi Arsitektur serta 70 tahun Dies Natalis Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Ikatan Alumni Arsitektur Unpar (IAAU) menggelar sebuah rangkaian acara bertajuk IAAU Archipelago 2025.
Acara ini menjadi momentum bersejarah yang menandai dimulainya event tahunan yang mempertemukan para pelaku, pemerhati, dan pecinta dunia arsitektur dalam satu wadah besar kebersamaan alumni.
Selama lebih dari enam dekade, alumni Arsitektur Unpar telah berkontribusi nyata dalam pembangunan dan perancangan ruang hidup masyarakat Indonesia. Acara ini menjadi ruang untuk merefleksikan perjalanan tersebut sekaligus menyongsong masa depan arsitektur yang semakin banyak dibutuhkan karena ruang lingkup kreatif yang dihasilkannya.
Ketua IAAU masa pengurusan tahun 2023 - 2026, Sonny Anjangsono, menyampaikan bahwa archipelago adalah bentuk apresiasi terhadap karya dan dedikasi alumni serta menjadi jembatan penghubung antara generasi pendahulu dan generasi penerus arsitek Unpar.
“Jadi, archipelago 2025 sebenarnya adalah sebuah rangkaian acara yang berlangsung selama sampai akhir tahun ini. Jadi untuk tahun, insyaallah akan ada archipelago 2026. Acaranya di empat hari ini, 21-24 Mei lebih kepada eksebisi karya-karya dari para arsitektur Unpar yang sudah berdiri 65 tahun yang lalu,” ujarnya.
“Arsitektur Unpar itu nomor dua tertua setelah Arsitektur ITB sebelum kampus lain mendirikan prodi arsitektur. Jadi, karya kami sudah banyak dan ini perlu diperkenalkan,” tutur Sonny, Kamis (22/05/2025).
Sonny pun menerangkan bahwa kegiatan berikutnya adalah produk-produk arsitektur, manufaktur arsitektur, kreatif dan lainnya. Adapun, berkaitan dengan talkshow yang akan diselenggarakan selama beberapa hari ini, berisi tema macam-macam.
Ia menegaskan bahwa acara yang berlangsung ini bukan untuk para arsitek professional tetapi bagi alumni prodi arsitektur. Yang menjadi arsitek, mereka harus menjelaskan keprofesian arsitek dan karya mereka.
Sementara itu, ada juga lulusan arsitek yang menjadi insan yang berkarya di bidang-bidang lain dan berkaitan dengan kreatifitas, infrastrutur, bidang Pendidikan, dan lainnya.
“Empat hari ini, kita menampilkan keragaman profesi, karya dari alumni arsitektur. Saat ini, karya yang bisa di-spill itu ada 53 karya terpilih dan kita harapkan akan ada karya lain terus bertambah, tidak putus hingga archipelago 2026,” jelas Ketua IAAU ini.
“Tujuan diadakannya program ini adalah kita mengenalkan bahwa prodi arsitektur itu punya impact besar terhadap persun sehingga dia bisa berkarya di bidang-bidang yang luas dan juga utamanya tentu di bidang pembangunan, pembentukan lingkungan binaan tentunya,” papar Sonny.
Sonny berharap dengan adanya kegiatan ini bisa menunjukkan kepada publik bahwa kegiatan ini bukan hanya sekedar Unpar, tetapi alumni arsitektur dari kampus yang lain.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan seperti sekarang ini akan diselenggarakan terus dan akan ada kegiatan di antaranya, jadi kegiatan tersebut sebagai sebuah rangkaian.
Sonny pun menerangkan bahwa kegiatan lainnya, IAAU ini akan membuat buku yang berjudul 65 tahun Arsitektur Unpar berkarya yang diapresiasi oleh masyarakat, curator, dan lain-lain.
“Kita memberikan gambaran bagaimana para arsitek Unpar ini membentuk wajah dunia arsitektur di Indonesia, 65 tahun terakhir. Arsitektur sekarang itu diposisikan untuk memberikan value lebih kepada manusia yang menikmati suatu ruang, baik itu kota, pemukiman, perkantoran,” imbuh Sonny. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: IAAU Gelar Archipelago 2025 untuk Sambut 65 Tahun Arsitektur dan 70 Tahun Unpar
Pewarta | : Djarot Mediandoko |
Editor | : Deasy Mayasari |