TIMES JABAR, JAKARTA – Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta) siap menggelar dua perhelatan internasional bergengsi: Mā Warā’ al-Nahar Indofestive 2025 dan International Colloquium on Islamic Studies (ICOIS) 2025.
Kegiatan ini akan berlangsung pada 3–4 Juli 2025 di Auditorium Harun Nasution, kampus UIN Jakarta.
Dua event besar ini merupakan hasil kolaborasi strategis antara UIN Jakarta, Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, serta Imam Bukhari International Scientific Research Center dari Uzbekistan.
Kegiatan tersebut juga menjadi bagian dari program berkelanjutan 1000 Cahaya Indonesia, sekaligus tindak lanjut dari kunjungan 11 delegasi periset warisan Imam Bukhari ke Uzbekistan pada Februari 2025 lalu.
“Ini bukan sekadar pertemuan ilmiah, tetapi momentum penting untuk membangun jembatan pengetahuan antara tradisi keilmuan Asia Tengah dan Asia Tenggara, terutama dalam khazanah Islam,” kata Prof. Kusmana, salah satu penggagas kegiatan ini.
ICOIS 2025 akan menghadirkan akademisi ternama dari berbagai belahan dunia, termasuk Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, pakar filsafat Islam Indonesia; Prof. Dr. Shovosil Ziyodov, Direktur Imam Bukhari International Scientific Research Center; serta sejumlah ilmuwan dari pusat riset Imam Maturidi dan kampus Islam terkemuka dari Indonesia dan Uzbekistan.
Rangkaian dan Narasi Acara
Acara ini akan diisi dengan presentasi ilmiah dan diskusi panel yang mengupas tema penting, mulai dari perkembangan ilmu hadits di kawasan Mawarannahr, pemikiran teologis Maturidiyah, hingga pengaruh tafsir al-Maturidi dalam lintasan sejarah pemikiran Islam. Sorotan juga akan diberikan pada arus perpindahan ilmu dari Asia Tengah ke Nusantara.
Tak hanya diskusi akademik, rangkaian kegiatan juga menyuguhkan pameran sejarah Indonesia, mulai dari masa kerajaan, era kolonialisme, hingga diplomasi internasional pasca kemerdekaan.
Salah satu narasi yang diangkat adalah peran Presiden Soekarno dalam mendorong penemuan kembali makam Imam Bukhari di Samarkand pada tahun 1956.
“Diplomasi Soekarno memiliki nilai simbolik yang mempererat hubungan emosional Indonesia dan dunia Islam, termasuk Uzbekistan,” ujar panitia pelaksana.
Pembukaan resmi kegiatan dijadwalkan pada 3 Juli 2025 pukul 09.00 WIB dan akan dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dari kalangan akademisi, pemerintah, dan perwakilan negara sahabat.
Lebih jauh, acara ini diharapkan dapat menjadi medium inspiratif bagi generasi muda, civitas akademika, dan masyarakat umum, khususnya di wilayah Jabodetabek. Tujuannya tidak hanya menggali kekayaan warisan keilmuan Islam klasik, tapi juga memperkuat kerja sama antarlembaga keilmuan di kawasan Asia.
“Kami ingin menjadikan ICOIS dan Indofestive ini sebagai ruang pertukaran ilmu yang hidup dan membumi, bukan hanya bersifat seremonial,” ujar Prof. Kusmana menegaskan.
Dengan menghadirkan nuansa keilmuan yang kuat dan pendekatan lintas budaya, UIN Jakarta optimistis kegiatan ini dapat menjadi tonggak baru pengembangan studi Islam berbasis warisan keilmuan global, dengan tetap berpijak pada konteks Indonesia masa kini. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Jembatan Keilmuan Islam, UIN Jakarta Gelar Ma Wara’ al-Nahar Indofestive dan ICOIS 2025
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |