TIMES JABAR, CIAMIS – Tatar Galuh Ciamis memiliki Kampung Adat yang masih memegang teguh tradisi atau budaya leluhur hingga kini. Kampung Adat yang dipercaya telah ada sejak zaman Kerajaan Galuh ini disebut Kampung Kuta. Letaknya di Desa Karangpaninggal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Kampung Kuta ini memiliki ketua adat sebagai pemimpinnya dan juru kunci (kuncen) sebagai sesepuhnya yang sangat dihormati.
Kampung Adat ini memiliki seribu pantangan yang harus dipatuhi oleh warganya maupun pendatang karena bagian dari tradisi yang kental. Bahkan, rumah-rumah panggung dari bambu atau kayu di Kampung Kuta ini juga atapnya terbuat dari ijuk.
Kampung Kuta (FOTO: instagram/nunungnh95)
Konon,Kampung ini menyimpan hutan keramat yang ada kaitannya dengan Legenda Tangkuban Parahu dari Jawa Barat. Hutan keramat yang disebut Leuweung Gede ini diyakini sebagai tempat dibuangnya Ibunya Sangkuriang, yakni Dayang Sumbi.
Uniknya, konon, Kampung Kuta ini memuat sejuta kekayaan Kerajaan Galuh yang terkubur menjadi beberapa bukit kecil. Kekayaan tersebut berupa material untuk membangun pusat Kerajaan Galuh di Leuweung Gede.
Namun, itu akhirnya dibatalkan, sehingga material yang sudah dipersiapkan itu dibiarkan tertimbun tanah. Maka, para warga menamai bukit-bukit kecil di Kampung Adatnya dengan nama-nama material seperti Gunung Semen, Gunung Kapur, Gunung Pandai Domas (Pandai Besi) dan Gunung Wayang.
Salah satu rumah panggung di Kampung Kuta yang terbuat dari ijuk (FOTO: instagram/ugahna.toslohor)
Awalnya, diperkirakan tahun 600-an, Leuweung Gede itu hendak menjadi ibukota Kerajaan Galuh oleh Prabu Ajar Sukaresi. Namun karena rencana tersebut tidak kunjung terlaksana, sehingga Kampung Kuta itu disebut Nagara Burung (batal menjadi Ibukota Kerajaan Galuh).
Kemudian, kekayaan tersebut membuat masyarakat Kampung Kuta meyakini mereka adalah keturunan Galuh yang harus menjaga dan memelihara kekayaan tersebut.
Sebab, itu juga adalah amanah dari juru kunci pertama Kampung Kuta di Kabupaten Ciamis, yaitu Ki Bumi. Ia diduga adalah Pangeran Pakpak yang diutus Raja Cirebon ke daerah Selatan untuk menyebarkan Agama Islam. (*)
Pewarta | : Natasya Putri Suparman (MG-327) |
Editor | : Ronny Wicaksono |