https://jabar.times.co.id/
Berita

Harga Ayam dan Telur Naik Imbas Program Makan Bergizi Gratis, Zulhas: Tanda Programnya Berhasil

Sabtu, 01 November 2025 - 13:40
Harga Ayam dan Telur Naik Imbas Program Makan Bergizi Gratis, Zulhas: Tanda Programnya Berhasil Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas). (FOTO: dok. TIMES Indonesia)

TIMES JABAR, JAKARTA – Harga pangan di sejumlah daerah mengalami kenaikan signifikan pada September 2025. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi harga pangan bergejolak (volatile foods) tercatat sebesar 6,44 persen secara year on year (yoy). Kenaikan ini terutama disumbang oleh meningkatnya harga ayam dan telur, dua komoditas utama yang menjadi bagian dari program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG).

Program MBG, yang menjadi salah satu kebijakan unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi masyarakat, terutama bagi pelajar, santri, dan kelompok rentan. Namun, implementasinya kini mulai menimbulkan efek domino terhadap pasokan dan harga bahan pangan di pasar.

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), mengakui bahwa kenaikan harga ayam dan telur merupakan konsekuensi langsung dari meningkatnya permintaan bahan pangan akibat realisasi program MBG yang terus dikejar.

“Memang, karena kita sedang mengejar target makan bergizi (MBG). Perlu jutaan telur, perlu jutaan ayam. Dampaknya memang agak naik,” ujar Zulhas, Sabtu (1/11/2025).

Permintaan Naik Drastis, Pasokan Perlu Waktu Menyesuaikan

Menurut Zulhas, program MBG menargetkan sekitar 82,9 juta penerima manfaat, yang tersebar di seluruh Indonesia. Besarnya kebutuhan bahan pangan dalam waktu relatif singkat menyebabkan tekanan pada rantai pasok, terutama untuk komoditas protein hewani seperti ayam dan telur.

Zulhas menjelaskan, kondisi ini bukan karena kelangkaan produksi, tetapi karena lonjakan permintaan yang belum diimbangi peningkatan suplai.

“Ayam ini tidak bisa kita paksakan menurun hari ini. Jadi memang perlu waktu. Karena memberi makan banyak sekali penerima manfaat. Sehingga (harga) telur naik sedikit, ayam naik sedikit. Tentu dampaknya artinya program ini berhasil,” ujarnya.

Dengan kata lain, pemerintah menilai kenaikan harga sebagai indikasi positif bahwa program MBG berjalan efektif dan mampu menyerap hasil produksi peternak lokal. Namun, untuk menjaga daya beli masyarakat umum, pemerintah berjanji akan menempuh langkah-langkah stabilisasi harga dalam jangka menengah.

Inflasi Pangan Tertinggi dalam Setahun

Inflasi pangan bergejolak yang mencapai 6,44 persen menjadi salah satu yang tertinggi dalam setahun terakhir. Angka tersebut jauh di atas target inflasi umum sebesar 2,5 persen ±1 persen, sebagaimana ditetapkan pemerintah bersama Bank Indonesia.

Kenaikan harga terbesar terjadi pada ayam ras, telur ayam, cabai merah, dan bawang merah. Beberapa daerah seperti Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan melaporkan lonjakan harga ayam dan telur hingga 10–15 persen dalam dua bulan terakhir.

Ekonom Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Arief Setiawan, menilai bahwa efek program MBG terhadap inflasi pangan sebenarnya bisa dikelola dengan baik jika pemerintah menyiapkan strategi produksi dan distribusi yang matang sejak awal.

“Kebijakan pangan seperti MBG memang mulia, tetapi tanpa manajemen stok dan logistik yang kuat, dampaknya bisa menjadi tekanan inflasi jangka pendek. Pemerintah perlu mempercepat kolaborasi dengan peternak dan distributor,” jelasnya kepada TIMES Indonesia, Minggu (2/11/2025).

Keseimbangan antara Program Sosial dan Stabilitas Harga

Program MBG sejatinya memiliki dua tujuan besar: meningkatkan gizi masyarakat dan mendorong ekonomi lokal melalui penyerapan hasil peternak serta UMKM pangan. Namun, di sisi lain, pemerintah juga harus menjaga stabilitas harga agar tidak menekan daya beli masyarakat nonpenerima manfaat.

Zulhas menyebut, pemerintah saat ini tengah melakukan koordinasi lintas kementerian untuk mengatur keseimbangan antara kebutuhan MBG dan ketersediaan stok di pasar umum.

“Kita tidak bisa hanya fokus pada penyaluran program. Kita juga harus pastikan harga di pasar tetap terjaga. Jadi, kita sedang siapkan langkah stabilisasi, termasuk kerja sama dengan peternak rakyat,” katanya.

Beberapa opsi yang sedang dipertimbangkan antara lain subsidi pakan ternak, penguatan cadangan pangan nasional, dan penambahan kuota distribusi dari sentra produksi seperti Blitar, Lampung, dan Sukabumi.

Efek Berganda di Sektor Peternakan dan UMKM

Meski mendorong inflasi jangka pendek, program MBG justru menciptakan efek berganda positif bagi sektor peternakan dan UMKM lokal. Permintaan besar dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan MBG membuka peluang bagi pelaku usaha kecil di sektor pangan, dari produsen telur hingga katering sekolah.

Ketua Asosiasi Peternak Ayam Petelur Indonesia (APAPI), Hadi Santoso, mengatakan banyak peternak kecil kini menikmati peningkatan omzet hingga 20 persen berkat pembelian langsung untuk kebutuhan program MBG.

“Selama ini peternak kecil sering kesulitan pasar. Tapi dengan MBG, mereka punya jaminan pembeli tetap. Tinggal bagaimana pemerintah menjaga agar tidak ada pihak besar yang mendominasi distribusi,” ujarnya.

Tantangan ke Depan: Produksi Berkelanjutan

Pemerintah menargetkan dalam enam bulan ke depan, harga pangan bisa kembali stabil seiring peningkatan pasokan. Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan bekerja sama untuk memperluas sentra produksi unggas dan memperbaiki rantai distribusi agar lebih efisien.

Zulhas menegaskan bahwa pemerintah tidak akan mengurangi volume program MBG, karena manfaat sosialnya jauh lebih besar. Ia justru mendorong agar program ini dijadikan momentum memperkuat ekosistem pangan nasional.

“Kalau produksi bisa ditingkatkan, peternak untung, rakyat sehat, dan harga stabil — itu baru namanya kemandirian pangan,” tutur Zulhas optimistis.

Kenaikan harga ayam dan telur saat ini menjadi cermin dari dua sisi mata uang kebijakan pangan nasional: di satu sisi menekan inflasi jangka pendek, di sisi lain menunjukkan keberhasilan program sosial dalam meningkatkan permintaan dan kesejahteraan produsen. Tantangan utama bagi pemerintah adalah menjaga keseimbangan antara keberlanjutan program MBG dan stabilitas harga di pasar.

Seperti diingatkan para ekonom, kunci utamanya ada pada sinkronisasi antara produksi, distribusi, dan kebijakan gizi nasional agar manfaat program Makan Bergizi Gratis benar-benar terasa dari peternak hingga masyarakat kecil. (*)

Pewarta : Sholihin Nur
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jabar just now

Welcome to TIMES Jabar

TIMES Jabar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.