TIMES JABAR, PANGANDARAN – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pangandaran mengungkap adanya dugaan peredaran tiket palsu di sejumlah objek wisata. 

Kepala UPTD Disparbud Pangandaran Riko Agung Purnama mengatakan, oknum tak bertanggung jawab memanfaatkan celah dalam sistem pembayaran tiket untuk mencetak tiket ilegal.

"Kami mendeteksi adanya pencetakan tiket palsu menggunakan perangkat seperti printer thermal," kata Riko.

Riko menuturkan, secara kasat mata, tiket palsu dan tiket resmi sulit dibedakan. Namun, keaslian tiket bisa diverifikasi melalui sistem pemindaian barcode.

"Kami menemukan tiket dengan nominal tercetak Rp1 juta, tapi saat dipindai, nilainya hanya Rp600 ribu. Setelah ditelusuri, kami meminta pengunjung membeli tiket baru sebagai langkah preventif," tuturnya.

Riko menambahkan, modusnya, mereka membeli tiket asli, kemudian memotret barcode untuk digandakan dengan nominal yang diubah. Pelaku memanfaatkan aplikasi sederhana dan printer thermal untuk memalsukan tiket. 

"Contohnya beli tiket seharga Rp600 ribu, lalu duplikasi barcode dan ubah template menjadi Rp1 juta. Praktik seperti ini jelas merugikan," jelasnya.

Pihaknya kini memperketat proses pemeriksaan tiket melalui pemindaian barcode guna mencegah aksi serupa. Namun, ia mengakui masih ada petugas yang kurang teliti, sehingga tiket palsu sempat lolos.

Kasus terbaru terjadi pada Minggu 6 Juli 2025, saat seorang petugas penarik retribusi berinisial UN tertangkap tangan Tim Terpadu Polres Pangandaran dan Pos Polisi Militer (PM) diduga untuk mencoba menjual kembali tiket asli.

"UN sempat meminta petugas mencetakkan tiket di pintu masuk Pantai Timur, lalu membawa lari tiket tersebut dan diduga hendak menjualnya kembali," ucap Riko.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait perkembangan kasus tersebut. (*)