TIMES JABAR, JAKARTA – Dengan menebar ancaman, Presiden AS terpilih, Donald Trump ingin kembali mengelola Terusan Panama, namun Presiden Panama, Jose Raul Molino menolaknya.
Donald Trump berusaha mendapatkan kembali pengelolaan Terusan Panama, setelah ia menuduh negara tersebut mengenakan biaya sangat mahal untuk pemanfaatan terusan tersebut.
Namun Panama menolak ancaman Trump yang ingin mendapatkan kembali kendali atas Terusan Panama tersebut.
Terusan Panama adalah jalur air atau kanal yang memotong tanah Genting Panama sepanjang 82 km, pintu gerbang serta pusat utama transportasi komersial dan militer di dunia yang memisahkan Amerika Utara dan Amerika Selatan namun bisa menghubungkan Samudra Pasifik dan Atlantik.
Kanal ini terletak di Negara Bagian Panama yang membentang dari Teluk Limon di Samudera Atlantik hingga Teluk Panama di Samudera Pasifik dengan lebar 150 meter, dan bagian terluasnya terletak di Danau Gatun yang terbentang seluas 422 kilometer persegi.
Terusan Panama dibangun dan dikelola Amerika sebelum diserahkan kepada Panama, pada tahun 1999.
Negara Panama menolak atas ancaman Presiden terpilih AS Donald Trump yang menginginkan untuk mendapatkan kembali kendali Terusan Panama, setelah Trump menuduh negara Panama mengenakan biaya selangit untuk penggunaan terusan tersebut.
Donald Trump mengancam akan mengembalikan kendali AS atas kanal tersebut jika Panama tidak mengelolanya dengan cara yang bisa diterima.
Namun Presiden Panama, Jose Raul Molino seperti dilansir Al Jazeera, menolak ancaman Trump itu.
Jose Raup Molino mengatakan dalam sebuah rekaman video bahwa terusan tersebut tidak dikendalikan oleh siapapun, baik itu Tiongkok, Komunitas Eropa, Amerika Serikat, atau kekuatan lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
"Sebagai warga Panama, saya sangat menolaknya. ekspresi apa pun yang memutarbalikkan fakta ini," tegas dia.
Presiden Panama itu meminta penghormatan terhadap negaranya.
Jose Raup Molino menekankan, bahwa setiap meter persegi Terusan Panama dan wilayah sekitarnya adalah milik Panama dan akan tetap menjadi milik Panama.
Presiden Panama menambahkan, bahwa kedaulatan dan kemerdekaan negaranya tidak bisa dinegosiasikan.
Sabtu kemarin, Donald Trump memperingatkan bahwa ia tidak akan membiarkan kanal tersebut jatuh ke "tangan yang salah".
Tampaknya memperingatkan potensi pengaruh Tiongkok di jalur air tersebut, serta menekankan bahwa kanal tersebut tidak boleh dikelola oleh Tiongkok.
Donald Trump mengatakan, bahwa kendali atas Terusan Panama tersebut tidak diberikan untuk kepentingan pihak lain, melainkan sebagai simbol kerja sama antara Amerika Serikat dengan Panama.
"Jika prinsip moral dan hukum dari tindakan kemurahan hati ini tidak diikuti, kami akan menuntut agar Terusan Panama dikembalikan kepada kami secara penuh, tanpa keraguan," tulis Trump.
Dilansir Reuters, postingan Trump itu menjadi salah satu contoh perubahan model diplomasi AS di era Trump yang agresif.
Jarang dari seorang presiden Amerika yang mengatakan, bisa menekan sebuah negara berdaulat untuk menyerahkan tanah miliknya.
Sebelumnya Trump juga dengan lantang juga mengancam sekutunya yang lain juga dengan menggunakan retorika agresif saat berurusan dengan "rekan-rekan"nya.
Diketahui bahwa Amerika Serikat bertanggung jawab membangun Terusan Panama dan mengelola wilayah di sekitar jalur itu selama beberapa dekade.
Namun pada tahun 1999, Amerika Serikat mengembalikan kendali penuh Terusan Panama itu kepada Panama setelah dikelola bersama. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Donald Trump Ingin Kelola Terusan Panama Lagi, Presiden Panama Menolak
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Deasy Mayasari |