TIMES JABAR, TEGAL – Di sebuah sudut Kabupaten Tegal, rest area yang dahulu dirancang sebagai wajah modern kawasan selatan kini berdiri sunyi, seakan menolak untuk hidup. Kios-kios kosong berderet, bangunan retak, cat mengelupas, dan semak liar merayap menutupi halaman. 

Ya itulah wajah dari Rest Area Klonengan di Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal  simbol kemegahan masa lalu, kini tampak seperti mimpi buruk yang terbengkalai.

Pemandangan itu acap kali nampak kala Ischak Maulana Bupati Tegal melintas pulang kampung ke Desa Prupuk Selatan sehingga membuatnya berpikir keras. 

Baginya, kawasan ini bukan sekadar lahan, tetapi cermin ketimpangan pembangunan yang harus diperbaiki. Dari situlah lahir gagasan yang sederhana namun gemilang: yakni membangun rumah sakit sekaligus meremajakan Rest Area Klonengan.

“Kami akan membangun Rumah Sakit di Klonengan. Di sini sudah banyak pabrik dan kawasan ini berkembang jadi area industri. Kebutuhan kesehatan akan semakin besar,” tegasnya kepada awak media, 

Ungkapan ini menegaskan bahwa gagasan ini bukan sekadar pembangunan fisik, tapi juga soal harga diri sebuah wilayah yang selama ini merasa dianaktirikan.

Rest Area Klonengan yang dulunya megah kini menjadi simbol ketertinggalan. Namun bagi Ischak, ini peluang. Rumah sakit yang direncanakan bukan sekadar gedung tapi ia adalah jantung baru.

Dan menurutnya Gedung RS menyuntikkan kehidupan baru kawasan ini yang sempat terlupakan, dan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan kesehatan di kawasan industri yang terus berkembang.

Kamis, 27 November 2025, bukan sekadar tanggal di kalender. Hari itu juga menandai kepulangan Bupati Tegal membawa janji dan tak membiarkan mimpi berhenti hanya sampai di halaman sekolah sederhana di Prupuk Selatan. 

Dari langkah-langkah kecil masa kecilnya hingga visi besar membangun Kabupaten Tegal, Ischak Maulana membuktikan bahwa mimpi yang lahir dari tanah sederhana bisa merubah wajah sebuah wilayah, bahkan dari mimpi buruk menjadi harapan baru.

Namun perjalanan Ischak bukan hanya soal pembangunan infrastruktur. Ia kembali ke SD Negeri 03 Prupuk Selatan, sekolah masa kecilnya, membawa kisah yang jauh lebih personal. 

“Dulu saya sering lari-lari sampai debunya ke mana-mana, dan gedung itu masih belum berdiri,” kenangnya sambil menunjuk sebuah bangunan sederhana. 

Di tanah itu, ia belajar jatuh dan bangkit, merajut mimpi dari langkah-langkah kecil yang tak pernah ia kira akan membawanya kembali sebagai Bupati.

"Kami akan segera merencanakan untuk rubah wajah sekolah SDN 03  setidaknya jadi dua lantai, masa tempat sekolahnya bupati masih seperti ini" ujar Ischak sambil tersenyum.

Hari itu, Ischak Maulana telah di daulat menyerahkan secara simbolis bantuan Beasiswa Miskin dan Berprestasi (BSMP) kepada 5.022 siswa, masing-masing senilai Rp450 ribu. 

“Dana BSMP harus diterima utuh. Tidak boleh ada potongan,” tegas Ischak Maulana menekankan bahwa ini bukan soal uang, tetapi soal martabat anak-anak Kabupaten Tegal. 

Menurutnya di setiap sen yang diserahkan kepada siswa di sekolah tersirat pesan bila pendidikan adalah hak yang tidak bisa ditawar.

Usai di sekolah, langkah Bupati  beralih ke Puskesmas Prupuk Selatan Margasari  yang hanya beberapa puluh meter dari SD tempat ia belajar. 

Ia menyapa pasien yang ada satu per satu, memeriksa ruang perawatan, memastikan pelayanan Puskesmas tetap  24 jam full berjalan tanpa kompromi. 

Di sini Ischak Maulana Bupati Tegal kembali untuk menyadari bahwa tak semua wilayah di Kabupaten Tegal tumbuh berkembang dengan kecepatan yang sama. (*)