https://jabar.times.co.id/
Berita

Belum Ada Bukti Kuat Tuduhan Israel Bahwa RS Al Shifa Jadi Markas Komando Hamas

Jumat, 17 November 2023 - 09:15
Belum Ada Bukti Kuat Tuduhan Israel Bahwa RS Al Shifa Jadi Markas Komando Hamas Warga Palestina yang terluka dalam serangan Israel terbaring di tanah saat mereka dibantu di Rumah Sakit Indonesia setelah Rumah Sakit Al-Shifa tidak berfungsi di tengah serangan darat Israel 16 November 2023. (FOTO:  Reuters)

TIMES JABAR, JAKARTA – Meski Rumah Sakit Al-Shifa sudah dirusak, beberapa bagian dihancurkan dan pasien 'diusir', namun Israel belum menemukan bukti apapun bahwa rumah sakit terbesar di Gaza ini dijadikan markas komando Hamas.

Sejak tiga hari penggerebekan dilakukan Israel terhadap rumah sakit al-Shifa, baru hari kedua Israel menunjukkan ada sejumlah senjata, komputer dan baju-baju Hamas di dalam rumah sakit itu.

"Gambar yang kita lihat hanya menunjukkan sebuah lubang di tanah yang sepertinya telah digali oleh pasukan Israel," tulis Al Jazeera.

"Saat ini kami sudah memasuki 48 jam serangan Israel terhadap Rumah Sakit al-Shifa, namun tentara Israel belum menunjukkan kepada kita apa yang mereka klaim berada di sana," tambahnya.

Pada hari-hari awal perang ini, militer Israel menerbitkan video animasi yang menunjukkan terowongan bertingkat dan pusat komando besar di bawah rumah sakit.

Namun mereka belum menunjukkan bukti kuat, atau bukti atau informasi intelijen apa pun yang mereka klaim telah diperoleh soal itu  Hamas menyebut klaim Israel menemukan terowongan di Rumah Sakit Al-Shifa itu sebagai “kebohongan tak berdasar” 

Kantor media pemerintah yang dikelola Hamas pada hari Kamis membantah bahwa mereka menggunakan Rumah Sakit Al-Shifa sebagai pusat komando dan kendali l dan menyebut klaim Israel sebagai “kebohongan yang tidak berdasar.” 

Dalam sebuah pernyataan tertulis, Hamas menuduh Israel memberikan skenario palsu, narasi palsu, dan memutarbalikkan informasi tentang Kompleks Medis Al-Shifa.

Sebelumnya pada Kamis, tentara Israel merilis sebuah video untuk mendukung klaimnya atas penemuan lubang terowongan di halaman rumah sakit utama Gaza. 

Video tersebut menunjukkan sebuah lubang di tanah yang dikelilingi oleh tanah berpasir, pecahan logam, dan beton yang tersebar di sekitarnya tidak jauh dari gedung rumah sakit.

Hamas menyebut klaim terowongan terowongan itu sebagai skenario konyol,  dan mengatakan bahwa itu semua adalah bagian dari kampanye hasutan dan penipuan yang terus-menerus dilakukan selama bertahun-tahun untuk membenarkan perang Israel terhadap Gaza.

"Ini adalah upaya gagal untuk menghindari akuntabilitas dan tuntutan hukum di masa depan," kata pernyataan itu. 

Pernyataan itu menambahkan, bahwa Kementerian Kesehatan Palestina telah berulang kali meminta sampai puluhan kali dari semua institusi, organisasi, badan internasional, dan pihak terkait untuk membentuk tim teknis untuk mengunjungi dan memeriksa semua rumah sakit, guna menyangkal narasi penghasutan yang salah

Militer Israel mengatakan bahwa mereka akan terus beroperasi di dalam Rumah Sakit al-Shifa, namun ada perbedaan pendapat di antara aparat pertahanan Israel.

Beberapa orang mengatakan bahwa apa yang ditunjukkan tentara Israel itu tidak cukup bukti untuk mendukung klaim mereka. Namun pemikiran lainnya adalah bahwa tentara perlu melanjutkan misi ini.

Direktur badan pengawas PBB, Louis Charbonneau, menambahkan: "Pemerintah Israel belum memberikan bukti apa pun mengenai hal itu." Israel menghadapi tekanan internasional yang semakin besar untuk memberikan bukti atas tuduhan terkait rumah sakit tersebut.

Sebelumnya, Israel mengatakan tentaranya menemukan "peralatan militer yang digunakan oleh Hamas" selama serangan itu, sebuah klaim yang juga dibantah oleh Hamas. Tapi sekali lagi, pernyataan kedua pihak masih belum terverifikasi.

Sementara itu, tentara Israel mengatakan, tentaranya di dekat Al-Shifa telah menemukan mayat seorang sandera Israel yang diculik pada 7 Oktober. Sekali lagi pernyataan itupun juga tidak rinci bagaimana atau kapan dia meninggal.

Pelayanan RS Indonesia Terhenti

Sementara itu pelayanan di Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya terhenti karena tidak adanya pasokan medis dan banyaknya pasien akibat serangan Israel di wilayah yang terkepung.

Direktur rumah sakit Indonesia, Dr Atef al-Kahlout mengatakan, pihaknya kewalahan melayani  korban luka yang terus berdatangan mulai dari yang ringan sampai kritis.

Apalagi, 45 orang diantaranya membutuhkan 'intervensi bedah segera'. Rumah sakit Indonesia ini terletak di Gaza utara, dan saat ini sudah  'tidak berfungsi sama sekali' akibat serangan tentara Israel terus menerus.

Rekaman dari rumah sakit di Beit Lahiya di Jalur Gaza utara menunjukkan warga Palestina yang terluka berbaris di lorong-lorong fasilitas tersebut dan berbaring tengkurap di tengah genangan darah.

"Kami sudah tidak bisa menawarkan layanan apa pun lagi. Kami tidak bisa menawarkan tempat tidur apa pun kepada pasien," kata al-Kahlout kepada Al Jazeera, Kamis kemarin 

Meskipun rumah sakit tersebut memiliki kapasitas 140 pasien, namun seperti dikatakan al-Kahlout, saat ini dijejali 500 pasien di dalamnya.

Al-Kahlout meminta ambulans  untuk tidak membawa lebih banyak orang yang terluka ke rumah sakit ini karena sudah tidak ada ruang lagi. Dia mengatakan, departemen rumah sakit tidak bisa lagi melaksanakan pekerjaan mereka”. Petugas kesehatan di rumah sakit menyebutkan kekurangan pasokan yang parah.

"Kami tidak memiliki tempat tidur," kata seorang petugas kesehatan. "Orang ini membutuhkan unit perawatan intensif,” tambahnya sambil menunjuk seorang pemuda yang tergeletak di tanah saat dirawat oleh seorang perawat.

“Dan ini,” katanya sambil menunjuk pasien lain yang kakinya diamputasi. “Kami tidak punya obat," tambahnya. "Kami menerima orang-orang yang terluka dari Wadi Gaza hingga Beit Hanoon. Beberapa telah berada di sini selama 10 hari," katanya.

Hampir 30.000 warga Palestina terluka sejak Israel memulai serangannya di Gaza pada 7 Oktober setelah Hamas melakukan serangan mendadak di Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang, menurut pihak berwenang Israel.

Menurut otoritas kesehatan Palestina, lebih dari 11.400 orang Palestina meninggal dunia termasuk lebih dari 4.600 anak-anak, karena serangan Israel yang brutal dan tidak proporsional di Gaza.

Israel juga sangat membatasi pasokan air, makanan, listrik dan bahan bakar dan lembaga bantuan memperingatkan akan terjadinya bencana kemanusiaan di wilayah tersebut.

Soal penggerebekannya di rumah sakit al-Shifa di Gaza yang katanya ada ruang bawah tanah berlapis untuk markas Komando Hamas, Israel hingga kini belum memiliki bukti kuat dan rumah sakit itu sudah diacak-acak dan dihancurkan. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jabar just now

Welcome to TIMES Jabar

TIMES Jabar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.