TIMES JABAR, TASIKMALAYA – DPRD Kota Tasikmalaya mendorong petani untuk berani meninggalkan sistem konvensional dan memanfaatkan sistem modern.
Menilik hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, menunjukkan sektor pertanian mengalami pertumbuhan pada kuartal II sebesar 19,24 persen dan kuartal III sebesar 2,19 persen. Padahal, sektor pertanian sebelumnya nyaris ditinggalkan penduduk usia produktif.
Selama pandemi Covid-19 yang melanda tanah air dalam setahun terakhir ini justru menjadi satu-satunya sektor yang mengalami pertumbuhan. Sementara sektor lain masih cukup lesu, bahkan tercatat nilainya negatif. Subsektor perkebunan memberi kontribusi tertinggi atas pertumbuhan sektor pertanian ini.
Setiap tahun, BPS rutin merilis angka pengangguran. Pada Agustus tahun 2020, BPS mencatat jumlah pengangguran terbuka mencapai 9,77 juta atau mengalami kenaikan 2,67 juta dari Agustus 2019. Tambahan angkatan kerja baru tercatat 2,36 juta orang.
Seorang anak memilih buah melon varietas Golden Alisha yang dikembangkan di Taman Hati Farm, Kampung Ciwaas, Kelurahan Sukahurip, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya. (Foto: Harniwan Obech/Times Indonesia)
Dari data BPS, secara keseluruhan jumlah pekerja yang terdampak pandemi Covid-19 mencapai 29,12 juta, 70 persen di antaranya tinggal di kawasan perkotaan. Sebanyak 2,56 juta menjadi pengangguran dan 24,03 juta mengalami pengurangan jam kerja.
Sisi sektoral menunjukan pergeseran alokasi tenaga kerja yang dalam tujuh tahun terakhir sejak 2013 hingga 2019, jumlah individu yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perkebunan setiap tahunnya rata-rata berkurang 592.000 orang. Namun pada Agustus 2020 jumlahnya malah bertambah 2,8 juta orang, sehingga total pekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perkebunan ini menjadi 38,2 juta, atau naik 7,9 persen dibandingkan dengan Agustus 2019.
Memberdayakan masyarakat untuk bekerja di sektor pertanian diterapkan para pemrakarsa Taman Hati Farm di Kampung Ciwaas, Kelurahan Sukahurip, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Kebun di atas lahan 1014 m2 milik Rumah Tahfiz Syafaatul Quran digarap dengan menggandeng petani milenial untuk dibangun kebun modern yang bisa dijadikan sarana edukasi.
Pembangunan kebun modern itu sejalan dengan tuntutan bahwa pondok pesantren saat ini mesti mampu membangun kemandirian ekonomi dengan mengembangkan perekonomian di lingkungan pondok pesantren masing-masing. Kebun modern yang digagas H. Aen Zulkarnaen dan Deden Subarkah itu bekerja sama dengan Petani Milenial Dadan Ridwan serta Kelompok Tani Milenial Jajaka Tandang, Cisumur, Kawalu.
Taman Hati Farm dibangun dengan sistem pertanian modern yang mencoba mengembangkan melon varitas Golden Alisha dan Golden Aroma, juga tanaman sayuran pakcoy, sausin, kangkung, dan bayam. Penanaman dilakukan di dalam green house, lahan terbuka dan sungkup.
Salah satu penggagas Taman Hati Farm Deden Subarkah menjelaskan, sistem teknologi pertanian modern akan lebih memudahkan dalam segi perawatan. Salah satunya sistem green house, yang mampu mengoptimalkan penyinaran dan gangguan hama yang relatif mudah dikendalikan.
Data produksi tanaman sayuran Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Tasikmalaya, tahun 2019. (Foto: Tangkapan layar laman tasikmalayakota.go.id)
Di kebunnya itu kata Deden, sekarang sedang panen melon varitas Golden Alisha, di atas lahan berukuran 7x14 mampu menghasilkan kurang lebih 900 buah, dengan bobot rata -rata 1,3 kg per buah.
Panen raya melon varietas Alisha ini sebutnya, dijual dengan cara petik langsung. Para pembeli bisa memilih dan memetik langsung buah melon dan menimbangnya, harga melon tersebut dibanderol Rp25 ribu per kg.
"Kami harap, Taman Hati Farm bisa menjadi demontrasi plot (Demplot) sistem pengelolaan ekopesantren bagi pesantren lain yang ada di Kota Tasikmalaya, sehingga pemberdayaan serta pembinaan santri tidak hanya di bidang pendidikan saja tetapi dibekali juga bekal untuk kehidupan ekonominya," harap Deden kepada Times Indonesia, Selasa (23/3/2021).
Mengutip data di laman tasikmalayakota.go.id, produksi tanaman sayuran di Kota Tasikmalaya masih terbilang belum memenuhi permintaan pasar. Dari data yang disajikan Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Tasikmalaya, produksi cabai tahun 2019 lalu mencapai 4.492 kg, petsai 690 kg, tomat 210 kg, jamur 3.034 kg, buncis 690, ketimun 5.205.
Anggota DPRD Kota Tasikmalaya Komisi II Fraksi Gerindra, Murjani mengatakan, petani zaman sekarang harusnya bisa kaya lantaran potensi permintaan di daerahnya sangat tinggi. Dari 10 komoditas pangan termasuk sayuran dan buah-buahan masih harus mendatangkan dari luar Kota Tasikmalaya.
"Salah satu kuncinya adalah usaha sektor pertanian yang saat ini masih dilaksanakan secara konvensional, harus berubah ke penggunaan teknologi pertanian (modern)," tegas Murjani kepada Times Indonesia.
Ia mengapresiasi petani millenial yang menggunakan pola tanam sistem hidroponik seperti yang diterapkan Taman Hati Farm. Di sana, kata dia, pengunjung bisa belajar dan berdiskusi cara berkebun, bisa petik melon dari pohonnya langsung dan memanen beberapa jenis sayuran seperti kangkung, bayam, dan lain-lain.
"Konsep ini bagus karena lahan pertanian di Kota Tasikmalaya sangat sempit. Dengan bisa mengembangkan konsep sistem hidroponik, semoga bisa menambah semangat generasi milenial menjadi petani. Saya juga berharap bisa dikembangkan lebih luas di bawah pembinaan Dinas Pertanian," tandasnya. (*)
Pewarta | : Hilman Hilmansyah (MG-312) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |