TIMES JABAR, TASIKMALAYA – Dalam upaya memenuhi permintaan daging domba yang terus meningkat Kelompok Agribisnis Assalam Indihiang Kota Tasikmalaya mulai merintis usaha persilangan atau mengawinkan domba lokal dengan dorper asal Australia.
Permintaan pasar terhadap domba saat ini terus meningkat terutama untuk kebutuhan pasar domestik seperti pemotongan harian untuk pedagang sate, kurban dan aqiqah. Selain itu adanya permintaan pasar luar negeri yang semakin terbuka dan meningkat juga menjadi suatu peluang pengembangan.
Pemilik Kelompok Agribisnis Asalam Pandu Rahayu menyebut besarnya permintaan dan peluang pasar baik secara domestik maupun luar negeri ini belum dapat direspon dengan baik karena keterbatasan produksi domba siap potong dan bakalan domba untuk budidaya.
"Permasalahan keterbatasan bakalan domba potong tersebut karena belum berjalannya kegiatan pembibitan dan pembiakan secara maksimal di peternak, dibanding permintaan pasar yang terus meningkat,"ungkapnya kepada TIMES Indonesia di kandang miliknya. Rabu (3/8/22).
Hal tersebut menurutnya merupakan peluang usaha yang perlu segera ditindaklanjuti dengan pengadaan bibit domba yang berkualitas dengan menjaga ketersediaan bibit domba agar terjadi kesinambungan usaha dari sektor hulu sampai ke Hilir.
Pemilik Kelompok Agribisnis Asalam Pandu Rahayu (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
"Saat ini permintaan terus meningkat, satu restoran saja setiap harinya membutuhkan dua ekor, kemudian untuk layanan aqiqah saja kalau seminggu minimnya dua ekor sebulan perlu d lapan itupun kalau perempuan kalau laki-laki harus menyediakan empat ekor,"tandasnya.
Sebagai langkah awal menangkap peluang tersebut, peternak di kelompok itu pun baru saja kedatangan lima ekor domba yang terdiri dari dua ekor jantan dan tiga ekor betina.
Mereka mendatangkan domba yang dikenal sebagai domba pedaging terbaik dunia dan minim kandungan lemak Itu dari Australia langsung. Ke lima ekor indukan Domba seharga berkisar Rp 30 juta hingga Rp 35 juta per ekor itu bisa tiba di Tasikmalaya akhir pekan lalu setelah terlebih dulu dikarantina di Kabupaten Cilacap selama 14 hari.
"Proses karantina menjadi SOP untuk mendatangkan domba impor itu. Harganya ya di kisaran Rp 30 juta sampai di kandang penangkaran," ungkap peternak sukses yang memiliki peternakan domba berkapasitas 700 ekor.
Menurut Pandu, karantina dilakukan untuk memastikan hewan itu terbebas dari virus. Selain lima indukan domba impor itu, ia pun membeli 45 ekor betina dan ekor jantan anakan hasil persilangan domba lokal dengan dorper (F-1) dari peternak yang telah lebih dulu mengawinkan domba tersebut.
Ia berharap, upayanya itu bisa berperan dalam upaya memperbanyak stok domba berkualitas untuk kebutuhan pemenuhan permintaan pasar indukan maupun anakan domba, kebutuhan konsumsi daging domba serta perbaikan varietas domba lokal yakni domba garut yang sebelumnya ia kembangkan. Menurutnya, Pertumbuhan domba hasil persilangan lebih cepat yakni di kisaran lebih dari 37 kg dalam durasi penangkaran selama 7-8 bulan.
Sementara pada usia yang sama, bobot domba lokal paling banter 20-25 kilogram, tetapi setelah tiba di penangkaran akhir pekan lalu, domba impor tersebut masih dipisahkan dari domba lain guna adaptasi.
Ia mengatakan, setelah proses adaptasi selesai, domba dorper tersebut akan dikawin silang dengan domba lokal yang telah disiapkan. Dirinya cukup optimistis bahwa program ini nanti akan berjalan lancar, karena dibeberapa daerah lain program ini sudah dicoba dan cukup berhasil.
"Di beberapa daerah pertumbuhan domba jadi semakin cepat. Kalau domba lokal dengan domba lokal, diusia 4-5 bulan bobotnya 15 kg/ekor. Sedangkan kalau disilang antara dorper dengan lokal, usia 4-5 bulan bobotnya sudah mencapai 30 kg/ekor,” katanya.
Ia menambahkan, selain pertumbuhannya cepat, hasil persilangan itu membuat kualitas daging lebih tebal serta memiliki kandungan lemak lebih minim ketimbang lokal.
Jadi mengkonsumsi daging domba hasil persilangan ini bisa jadi pilihan bagi warga yang alergi terhadap lemak atau berkolesterol tinggi.
"Di beberapa negara, konsumsi daging domba hasil persilangan sudah jadi pilihan karena kandungan lemaknya rendah. Harganya pun bisa tembus Rp 300 ribu per kg atau hampir tiga kali lipat dari daging domba lokal yang hanya Rp 110 ribu per kg,"pungkasnya (*)
Pewarta | : Antara |
Editor | : Irfan Anshori |