TIMES JABAR, MALANG – Debat Cawapres sesi ke-2 yang digelar KPU pada Minggu malam (21/1/2024) berlangsung panas. Para cawapres saling beradu visi misi terbaiknya dalam kesempatan tersebut. Meski begitu, acara tersebut juga tetap diwarnai dengan gimik dan juga ledekan dari satu cawapres ke cawapres yang lain. Seperti yang dilakukan oleh cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka kepada cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar.
Mulanya, ketika sesi pertanyaan dari panelis terkait strategi tentang perubahan iklim, kulitas dan produksi pangan kepada Cawapres nomor urut 1,Cak Imin memaparkan perjelasan sambil sesekali melihat catatan. Hal itu pun menjadi bahan Gibran untuk meledek Cak Imin. Dan dia sampaikan ketika dia diberi kesempatan untuk menanggapi jawaban Cak Imin.
"Enak banget ya Cak, Jawabnya sambil baca catatan," kata Gibran.
Pakar bidang Ilmu Hubungan Masyarakat (Humas) dari Universitas Brawijaya, Prof Prof Rachmat Kriyantono S.Sos., M.Si., Ph.D menanggapi hal itu. Menurutnya, hal itu seharusnya tidak perlu dilakukan.
"Saya Sepakat sesi kedua ini panas. Serangan sebenranya sudah ada di sesi pertama. Kami sempat menonton ada serangan di luar konteks yang dilakukan oleh Gibran dengan menyerang Cak Imin "kok membaca". Sebenarnya menurut saya hal ini tidak perlu dilakukan," ucapnya saat Podcast bersama TIMES Indonesia, Minggu malam (21/1/2024).
Pria yang akrab disapa Prof RK itu melanjutkan, membaca catatan ketika debat berlangsung bukanlah hal yang tidak boleh dilakukan. Sehingga seharusnya hal itu tidak perlu dijadikan bahan serangan atau semacamnya.
"Karena membaca atau tidak itu sebenarnya tidak ada persoalan. Yang penting adalah kualitas data, kualitas omongan," jelasnya.
Pihaknya pun menyatakan, bahwa langkah cak imin untuk tidak merespons ledekan itu merupakan langkah yang benar. Dan menurutnya, hal ini menunjukkan sebuah kedewasaan. "Tidak merespon hal-hal yang tidak substansi seperti itu. Biar publik yang akan menilai," tuturnya.
Prof RK juga mengomentari tentang penampilan gibran yang kerap kali menggunakan bahasa-bahasa kekinian dan keren. Menurutnya, dengan menggunakan gaya bahasa seperti itu, pihaknya ingin menarik simpati dari generasi muda.
"Mungkin yang ingin ditembak oleh Gibran adalah anak-anak muda. Tetapi dalam konteks ini, itu seperti ngambang. Karena tidak ada penjelasan yang lebih detail, tidak ada data yang jelas. Hanya menyebut istilah," lanjutnya.
"Memang ini menarik, tapi apakah ini bermanfaat bagi masyarakat di luar masyarakat internet. Orang desa (mungkin bilang) ngomong opo iki," ujar Prof RK.
Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UB itu menilai, setiap Cawapres punya keunggulan sendiri-sendiri ketika debat pada sesi pertama dan kedua. Seperti Cawapres nomor urut 3 yang menurutnya berhasil menyampaikan pesan dan memengaruhi publik bahwa dia adalah adalah orang yang punya kredibilitas.
"Tampaknya pak Mahfud ingin mempengaruhi publik dengan menciptakan kredibilitas bahwa dia adalah kredibel. Dengan mengucapkan saya pernah melakukan, saya berpengalaman, dan itu semuanya membumi. Apa yang dia lakukan. Itu saya kira hal yang sangat bagus. Bisa mempengaruhi publik," kata dia.
Selain itu, dia juga menilai bahwa Cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar juga mengalami peningkatan performa debat dibandingkan dengan saat debat pertama dulu.
"Saya melihat dari ketiga ini, ketika berbicara yabg bisa menunjukkan performa yang bagus adalah cak Imin. Dengan mimik yang senyum, kemudian gerakan tangan yang mengikuti, kemudian para languagenya, intonasinya, menunjukkan bahwa dia sudah siap daripada debat yang pertama," pungkas Prof RK. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Gibran Sindir Cak Imin karena Baca, Pakar: Tidak Perlu Dilakukan
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |