TIMES JABAR, BANJAR – Di tengah padatnya pemukiman penduduk di lingkungan Ciktim, RT 4 RW 12 Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, sepasang pasutri lansia hidup dalam segala keterbatasannya.
Adalah Nana Permana (78) dan Iah (77) diketahui hidup berdua dibawah rumah tak layak huni tanpa fasilitas listrik maupun sumur sebagai sumber air bersih.
Keduanya tinggal di atas lahan milik orang lain dengan bangunan seluas 3x3 meter dimana dipan kamar tidur bertumpuk pakaian digunakan sebagai alas tidurnya.
Selain berfungsi sebagai kamar, gubuk yang hanya berlantaikan tanah ini juga difungsikan sebagai dapur tanpa sekat sehingga terlihat berantakan dan tidak sehat.
Lebih mirisnya, kondisi rumah tak layak tersebut hanya berdindingkan papan yang dipadupadankan dengan banner bekas. Bahkan sebagian rumahnya dibiarkan terbuka tanpa dinding penyekat sehingga pada saat hujan seringkali rumah mereka kena guyuran air hujan.
Nana menyebut, untuk kebutuhan penerangan, mereka menggunakan lampu baterai yang di cas saat siang hari di Masjid yang letaknya cukup jauh dari kediamannya.
"Kalau untuk kebutuhan air ya kami ikut numpang ke tetangga," ungkapnya.
Nana mengaku tidak sanggup membayar pemasangan listrik karena penghasilannya sebagai tukang jahit tidaklah seberapa bahkan terkadang minus tanpa penghasilan kalau orderannya sepi.
"Jadi untuk listrik karena kekuatannya hanya bertahan sampai 4 jam maka kami hanya digunakan untuk keperluan mendesak seperti memasak di saat malam hari," ceritanya.
Nana berharap ada uluran tangan Agnia yang berkenan membantunya untuk mendapatkan rumah yang layak dihuni bersama sang istri.
Menanggapi laporan terkait adanya kondisi warga yang memprihatinkan, Kabag Kesra Setda Kota Banjar, Agus Mulyana bersama Baznas Kota Banjar langsung mendatangi kediaman Nana dan istrinya.
"Tadi kami sudah lakukan peninjauan dan dalam waktu dekat ini langkah pertama yang akan kami lakukan yaitu memfasilitasi listrik terlebih dahulu," ungkapnya, Jumat (1/11/2024).
Agus mengatakan bahwa pihaknya sudah berembuk dengan Baznas untuk membantu membelikan tanah dimana rumah tersebut bberdiri
"Semoga kita bisa merealisasikan untuk membeli tanahnya sekitar 3x3 meter dengan harga sekitar Rp12 juta," tandasnya.
Agus juga mengurai bahwa Nana bersama sang istri sebelumnya sudah tercover bantuan sosial pemerintah seperti PKH, BLT, beras rastra dan minyak goreng.
"Hanya saja kalau untuk rumah tak layak huni masih belum tercover dan karena tanah yang mereka tinggali bukan milik pribadi maka kami berniat untuk membelikannya buat Pak Nana dan istrinya," jabarnya.
Selain membelikan tanah, Agus menambahkan bahwa ke depannya pihaknya akan memikirkan bagaimana menata kembali rumah Nana agar menjadi rumah yang layak dan difasilitasi sumber air bersih.
Dalam kunjungannya ke lingkungan Ciktim, Agus juga mengungkap bahwa ada 3 rumah yang berada tepat di pinggir tebing sungai.
"Ada hikmahnya ya dengan laporan warga terkait kondisi pak Nana, kami juga menemukan situasi yang membahayakan dimana tiga rumah berdiri di tepi tebing ciroas yang dikhawatirkan abrasi jika tidak di antisipasi dengan pembangunan kirmir," jelasnya.
Untuk itu, Agus juga mengungkap bahwa pihaknya akan memfasilitasi pembangunan kirmir demi mengantisipasi terjadinya ambrol pada tebing yang terdapat 3 KK di dekatnya. (*)
Pewarta | : Susi Artiyanto |
Editor | : Deasy Mayasari |