TIMES JABAR, BANDUNG – Sekarang ini, pembayaran digital sudah sangat umum di masyarakat. Bahkan, tak jarang pembeli yang sudah memiliki akun e-payment tidak perlu repot-repot mencari uang tunai untuk membayar makanan yang telah dikonsumsinya.

Bahkan tidak hanya membayar makanan, bayar tagihan listrik, internet, pulsa, top up e-Toll, dll sudah semakin umum bila pembayaran dengan e-payment ini .

Namun, tidak semua masyarakat ternyata paham terhadap alat pembayaran elektronik ini, tak jarang ada juga masyarakat yang belum mengerti, dan lebih menyukai pembayaran secara manual.

Selain bisa memilik kembalian secara fisik, perhitungan uang di dompet diketahui begitu alasan yang dikemukakan orang-orang.  

Biasanya, mereka yang masih bersikukuh pembayaran dengan manual, karena kesulitan memahami system payment, atau memang generasi "jadul" yang nyaman dengan pola manual seperti biasanya.

Memang tidak bisa disalahkan karena perkembangan teknologi begitu cepat, sementara sosialisasi perkembangannya belum merata diketahui apalagi masyarakat daerah.

Adalah  Loket E-Toll 24 JAM, usaha pelaku UMKM yang bisa melihat peluang dari hambatan masyarakat yang enggan beralih ke e-payment. Loket E-Toll 24 JAM berkeinginan membantu mensolusikan kebutuhan masyarakat tanpa mereka harus sulit hadapi kendala teknologi. Semuanya serba dimudahkan.  

"Tujuan didirikan usaha jasa ini adalah mensolusikan kebutuhan pengendara yang kehabisan e-toll saat berkendaraan di tol," ujar Muhammad Alfaris Rivansyah, S.A.B, (13/4/23)

"Banyak orang selain perlu e toll, ada juga yang ingin mengirim uang ke kampungnya tetapi terkendala pembayaran elektronik dan kami mensolusikannya. Administrasinya murah dan yang terpenting adalah, kecepatan pelayanan kami yang bisa diandalkan,"terang Alfaris demikian dipanggil.

Ia sengaja menyimpan loket-loketnya di dekat POM Bensin, selain strategis, waktu operasional 24 jam bisa mendapat sekalian dari pembeli yang kehabisan bensin.

Tak pelak, karena sudah bertahun-tahun menjalankan usaha tersebut, Loket E-Toll 24 JAM-nya sudah memiliki pelanggan tetap, terutama supir truk yang banyak memakai jasanya.

Alfaris pun mengungkapkan kecepatan pelayanan pengisian e-toll di tempatnya yang rata-rata bisa mencapai waktu 16,3 detik, membuat para supir ataupun pengendara jadi mudah dengan pengisiannya. Tidak perlu lama mengantri, tanpa parkir pula.

Ia utamakan pelayanan terbaik kepada para konsumen agar mereka mengingat dimana harus mengisi e-toll tanpa kendala dan tanpa lama. Pemuda lajang ini pun mengutarakan bahwa 'celah' kendala yang orang-orang hadapi ketika membeli e toll, ia jadikan peluang baginya untuk memberikan solusi.

Dengan berpatokan kepada pelayanan, usahanya ini berjalan sejak tahun 2020 dan sudah ada di tiga cabang di Bandung dan Bogor dengan karyawan lebih dari 5 orang. Ia bersyukur bisa menjadi jalan 'rejeki' bagi orang lain karena mereka bekerja tidak terlalu bersusah payah tetapi bisa menikmati gajian setiap bulannya.

Alfaris mengungkap bahwa banyak juga masyarakat yang mentransferkan uangnya ke keluarga di kampung.Riskan membawa uang cash di perjalanan membuat, Loket E Toll 24 jadi mitra menguntungkan masyarakat yang membutuhkan.

Selain itu, penyediaan pulsa bagi yang memerlukan berikut kuota memudahkan orang yang memerlukan untuk mengisinya. Alfaris mengutarakan bahwa jika saja pandemi tidak ada, bisa jadi ia tidak akan punya usaha Loket seperti sekarang ini.

Usaha lamanya yang terdampak pandemic bisa dapat solusi kreatif dengan Loket E-Toll 24 JAM ini. Rupanya, cara Tuhan mengarahkan dirinya menjadi pengusaha jasa hanya dengan memberinya tantangan di saat orang kesulitan.

Alfaris bersyukur, usaha pembayaran digital ini pun membuat dirinya jadi banyak relasi dan teman-teman usaha di KADIN Bandung. Ilmu, rejeki bisa ia dapatkan dari usaha ini walau usianya masih muda. Baginya hidup jadi pengusaha adalah visinya sejak dulu. (*)