TIMES JABAR, MAJALENGKA – Bagi pedagang ayam goreng lokal di Majalengka yang sudah punya pelanggan tetap, menaikkan harga jual akibat kenaikan harga BBM dinilai dilematis. Agar para pelanggan tidak lari, akhirnya mereka menjual tetap pada harga lama.
Dilema tersebut menyusul kenaikan sejumlah komoditi lainnya. Termasuk dua bulan yang lalu, ketika harga minyak goreng melambung tinggi.
"Untuk harga ayam goreng yang saya jual, hingga hari ini tak ada kenaikan harga. Harga BBM memang sudah naik, tapi kami juga tak mau kehilangan pelanggan," ungkap Dede, salah satu penjual ayam goreng di wilayah Cigasong Majalengka, Jumat (9/9/2022).
Dede menambahkan, keputusan tersebut berdasarkan pertimbangan dan kalkulasi keuntungan, yang pada intinya masih ada pemasukan yang lumayan. Akan tetapi, jika situasi harga-harga lain masih terus merangkak naik, maka pihaknya terpaksa akan menaikkan harga jual.
"Sekarang masih saya jual Rp6.000 untuk satu daging ayam ayam goreng. Masih tetap bertahan. Lihat sikon, kalau memang harga-harga lain mengikuti dan terus merangkak naik, ya pastinya harus naik. Tapi pasti akan saya umumkan kepada para pelanggan setia," ujarnya.
Sementara itu, seorang pelanggan ayam goreng di Cigasong Majalengka, Asih (28) mengatakan, jika pun ada kenaikan harga ayam goreng di masa yang akan datang, dirinya tentu saja akan menerima dan tetap akan memilih ayam goreng tersebut.
"Kebetulan saya pelanggan setia. Meski tidak setiap hari beli, minimal seminggu dua kali pasti beli ayam goreng mang Dede. Kalaupun harganya naik, saya cukup memahami, karena sekarang harga-harga sudah mulai naik," ujar warga Majalengka ini. (*)
Pewarta | : Herik Diana (MG-406) |
Editor | : Ronny Wicaksono |