TIMES JABAR, MAJALENGKA – Pemilik atau owner salah satu kafe yang tak jauh dari alun-alun Majalengka, Jawa Barat, menceritakan pernah tertipu si pembeli dengan modus bukti transfer palsu. Ia pun mengalami kerugian hingga Rp .6 Jutaan.
Kehilangan uang dalam jumlah tersebut dialaminya karena ada pemesan yang telah transfer uang secara fiktif, dengan menggunakan bukti transfer palsu. Juga orderan yang sudah dipesan dan sempat diambil oleh si pembeli.
Modus yang digunakan si pembeli yakni menghubungi nomer kafe tersebut, memesan paket makanan dengan menu mandarin. Jumlah uang yang ditransfer pembeli dalam struk online editan berjumlah Rp 2.250.000
"Awalnya pembeli orderan lewat telepon pada Senin, 14 Maret 2022 lalu. Saat itu saya percaya saja, karena tak lama dia menyerahkan bukti trasnfernya. Cuma memang saya tak pakai SMS Banking," ujar Owner Kafe tersebut, Riyan Maulana saat ditemui di kafe yang dikelolanya, Jumat (25/3/2022).
Riyan menambahkan, pesanan pertama itu langsung ia kerjakan. Si pemesan memilih menu Sushi Mix dan Salmon Sashimi. Dia semakin percaya, setelah si pembeli mengirimkan bukti telah mentransfer uang sebesar Rp 3.950.000.
"Jumlah transferan itu lebihan. Ia minta kembaliannya cash, dititipkan kepada orang yang nanti mengambil pesanan," ujarnya.
Seperti terhipnotis, Riyan memberikan begitu saja uang lebihan sebesar Rp 1,7 juta kepada supir yang mengambil barang tersebut.
"Saya sih lurus saja. Saat itulah, uang lebihan, saya berikan ke supir itu. Waktu itu saya belum mengecek transferan di ATM," ucapnya.
Namun, Riyan sempat kaget lagi. Karena selang setengah jam, ada telpon lagi masuk. Pesanan kedua. "Si pembeli tadi kembali memesan barang. Jumlahnya hampir Rp 2 juta," ungkapnya.
Riyan tampak semangat. Namun, seperti pesanan yang pertama, si pembeli mentransfer uang dengan jumlah berlebih.
"Karena tidak ada uang cash, saya mengambil uang di ATM. Tak ada transferan uang. Saldo rekening di ATM saya belum bertambah. Bukti transfer itu ternyata palsu. Saya baru sadar pada saat itu," ucapnya.
Riyan pun kembali menghubungi si pembeli, untuk memberitahukan bahwa transferannya belum masuk ke rekening. "Tapi nomornya sudah tidak aktif lagi," tuturnya.
Riyan kemudian menyebutkan logat bicara si pembeli yang menggunakan bahasa Indonesia pada umumnya.
"Dari suaranya sih suara pria, bukan cewek, saat pesan alamatnya di wilayah Kecamatan Jatiwangi," jelasnya.
Setelah kejadian itu, Riyan bercerita ke temannya. Ternyata kasus tersebut juga pernah dialami oleh temannya. "Jumlahnya variatif, ratusan ribu hingga jutaan," ucapnya.
Saat ini, untuk menghindari kasus serupa, Riyan mulai menggunakan M-Banking. "Supaya notifikasi transferan langsung saya ketahui," tandasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Modus Kirim Bukti Transfer Palsu, Pemilik Kafe di Majalengka Rugi 6 Juta
Pewarta | : Jaja Sumarja |
Editor | : Irfan Anshori |