TIMES JABAR, CIREBON – Uang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Dengan uang manusia bisa membeli apa saja yang diinginkan, misalnya membeli rumah, membeli sepeda montor, membeli mobil, dan bahkan dengan uang segalannya, dengan uang manusia dapat membeli kekuasaan, dengan uang manusia bisa terlindungi secara aman dalam kehidupanya.
Pertanyaan secara filosofis adalah apa makna uang (money) bagi kehidupan umat manusia? Apa yang diinginkan manusia dengan adanya uang? Apakah dengan adanya uang yang banyak manusia akan memiliki kebahagiaan? Apakah dengan adanya uang manusia akan mengalami kedamaiaan?
Jika melihat realitas kondisi bangsa Indonesia saat ini, manusia dalam memperebutkan uang semakin mengerikan, manusia tidak memandang saudara, lawan politik, rekan bisnisnya, jika untuk mendapatkan uang harus dengan segala cara, meski yang ditempuh melalui cara yang tidak halal, merampok, dan cara memanipulasi, menipu, berbuat bohong.
Terjadinya perebutan kekuasaan (power), merupakan dampak negatif dari adanya uang. Uang adalah kekuasaan. Dengan kekuasaan, manusia akan mendapat keuntungan dari uang negara.
Uang berada dibalik perebutan kekuasaan, pertarungan antar kelompok, pelacuran dan perang, ketidakadilan, dan pelanggaran hak asasi manusia. Janganlah perebutan uang dijadikan sebagai alat dan tujuan yang dapat menghancurkan bangsa Indonesia.
Alvin Toffler, dalam karyannya “Powershif” (1990), mengatakan uang, kekerasan dan teknologi sebagai power triad yang dewasa ini tidak memiliki batasan yang jelas dalam kehidupan umat manusia, baik dari segi etika, pendidikan dan agama. Uang justru memicu umat manusia untuk melahirkan konflik-konflik sosial dan konflik politik di dalam sistem pemerintahan di Indonesia.
Uang adalah penggoda bagi setiap manusia. Uang adalah jerat paling berbahaya bila manusia tidak hati-hati dengan adanya uang. Khususnya saat kelemahan manusia menonjol. Manusia akan mengalami penderitaan yang diakibatkan tergoda oleh uang. Hal ini terkait dengan praktik suap-menyuap, uang digunakan untuk menyuap demi kepentingan individu, ini sangatlah berbahaya bagi diri sendiri.
Praktek korupsi yang menimpa elite politik dan para pejabat publik merupakan salah satu contoh dan bukti yang nyata, bahwa praktek korupsi merupakan bentuk dan perilaku nafsu manusia yang masih diliputi semangat mencari uang, dengan cara yang tidak halal.
Uang telah menghalalkan segala cara. Uang adalah benda yang seolah-olah menjadi tujuan manusia dan manusia rela mengorbankan martabat dan moralitasnya hanya demi uang.
Di samping itu, uang juga merupakan sebagai dampak bathin dan kebudayaan manusia. Uang memiliki keterkaitan dengan kehidupan manusia yakni terciptanya, gaya hidup yang mewah, konsumerisme, kebebasan individu, kerakusan, individualistik sinisme, egoisme. Jika uang dijadikan alat pemuasan, maka itu suatu negatif, eliminasi kondisi yang menyakitkan dari depresi. Inilah dampat negatif dari adanya uang.
Banyak orang mengatakan bahwa manusia akan lebih berbahagia jika memiliki banyak uang adalah mitos. Penghasilan yang tinggi akan membawa kenikmatan, tapi bukan kebahagiaan (happines). Kebahagiaan terkait dengan pengalaman-pengalaman mental dan emosional yang dimiliki seseorang bukan disebabkan karena banyaknya uang.
Hal inilah yang diperhatikan oleh manusia, kebahagiaan dengan sedikit uang dalam bathin lebih berharga, daripada banyak uang milyaran atau trilyunan dengan hasil mengkorupsi justru akan menimbulkan penderitaan seumur hidup.
Manusia modern memahami uang sebagai tujuan, padahal, uang adalah hanya sebagai sarana dalam kebutuhan hidup manusia. Uang adalah contoh paling murni sarana diubah jadi tujuan sehingga berdampak pada tindakan yang negatif, seperti perilaku korupsi, meminta upeti, konflik sosial dan lain-lain.
Georg Simmel, dalam karyanya “The Philosophy of Money“ (1982) mengatakan bahwa untuk meneropong masalah uang sebagai problem kesadaran manusia, yang dipersoalkan adalah apakah uang merupakan sarana untuk mencapai tujuan manusia atau merupakan tujuan itu sendiri seperti dikatakan Simmel, uang sebetulnya hanya merupakan sarana.
Uang bertujuan menemukan suatu jalan menuju nilai-nilai dan makna paling dalam dari semua yang bersifat human dari rangkuman peristiwa ekonomi. Sebuah unsur ekonomi seperti uang, harus menyatakan diri sebagai simbol sah abadi dari bentuk dan esensial gejala yang ditimbulkan oleh uang.
Manusia modern saat ini terjebak dalam kuantitas uang yang akan dimiliki. Bukan kualitas uang. Kualitas uang adalah cara penggunaan uang secara positif untuk kebutuhan-kebutuhan primer, melainkan juga kualitas uang harus dapat memberikan manfaat bagi orang lain, misalnya untuk mengentaskan kemiskinan, untuk kepentingan publik, untuk kegiatan sosial-keagamaan, untuk pendidikan bagi orang yang tidak mampu.
Jadi kualitas uang yang ingin dicapai adalah kebahagian secara bersama, untuk kebaikan bagi orang lain. Bukan untuk memenuhi nafsu, pemuas kenikmatan, yang justru berdampak pada tindakan negatif. Oleh karena itu, John Stuart Mill, mengatakan dengan adanya uang, prinsip utilitas harus diutamakan untuk kepentingan umat manusia.
Kualitas uang ditentukan oleh kegunaannya secara positif. Uang sebagai benda memiliki nilai yang sangat mahal, jika manusia itu mampu menggunakan uang secara amanah sebagai tujuan untuk menolong sesama manusia yang membutuhkan, menggunakan uang anggaran negara untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Fungsi uang akan memiliki kualitas yang tinggi, jika pemiliknya memanfaatkan untuk tujuan yang baik, bukan untuk tujuan kejahatan.
Kita harus mampu memahami, menghayati, meresapi dan memaknai kegunaan uang. Uang sebetulnya merupakan kekuatan yang maha dahsyat yang harus digunakan secara bijaksana demi kebaikan manusia. Uang harus memancarkan makna nilai ke arah kemakmuran, keadilan sosial, kesejahteraan dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia dan bangsa Indonesia.
***
*) Oleh : Syahrul Kirom, M,Phil., Dosen UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |