TIMES JABAR, JAKARTA – Indonesia Emas 2045 yang dicita-citakan harus disambut dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing. Mc Kinsey meramalkan bahwa Indonesia akan berada pada bonus demografi, dimana penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak daripada usia yang tidak produktif (0-15 tahun dan 64 tahun ke atas).
Sasaran Utama Visi Indonesia 2045 mencakup (5) lima hal, yaitu pendapatan per kapita setara negara maju, kemiskinan menuju 0% dan ketimpangan berkurang, kepemimpinan dan pengaruh dunia internasional meningkat, daya saing sumber daya manusia meningkat dan intensitas Gas Rumah Kaca (GRK) menurun menuju Net Zero Emissions.
Kondisi tersebut menjadi peluang sekaligus tantangan. Sementara data menunjukan bahwa rasio penduduk Indonesia bergelar Magister (S2) atau Doktor (S3) dari penduduk usia produktif menunjukan (0,49%) tertinggal dibanding Malaysia, Vietnam, Thailand (2,43%), dan Negara Maju (9,8%) seperti USA, Jepang, Korea, New Zealand, Kanada, dan Jerman.
“SDM menjadi kata kunci agar Indonesia tetap eksis dapat bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia. Riset menjadi hal yang strategis untuk menjadi arus utama dalam rangka menjamin tumbuhnya SDM berkualitas dan berdaya saing,” ujar Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron dalam keterangan persnya kepada TIMES Indonesia, Rabu (29/10/2025).
MoRA The Air Funds Program
Menyadari akan visi besar Indonesia Emas 2045 tersebut, dan adanya faktor keterbatasan anggaran dan kebutuhan yang mendesak di bidang penelitian, Kementerian Agama Republik Indonesia berkolaborasi dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Ministry of Religious Affairs The Awakened Indonesia Research Funds Program (MoRA The Air Funds Program) atau Program Pendanaan Riset Indonesia Bangkit Kementerian Agama RI, menjadi jawaban. Program pendanaan riset melalui skema pendanaan dari LPDP, atas permintaan atau mandatori (penugasan) Menteri yang menyelenggarakan tugas pemerintah di bidang Keagamaan. MoRA The Air Funds Program mempertimbangkan urgensi, tata kelola yang baik, dan kondisi keuangan LPDP.
Secara teknis, MoRA The Air Funds Program ditangani oleh Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (PUSPENMA) bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
PUSPENMA bertanggungjawab pada pembiayaan pendidikan strategis yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Di bentuk berdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) No 25 Tahun 2024 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI yang diperbarui dengan PMA Nomor 33 Tahun 2024. Dipimpin oleh Kepala Pusat, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Agama melalui Sekretaris Jenderal.
“Program ini menjadi terobosan penting bagi Kementerian Agama RI dalam kerangka menyelesaikan problem-problem kemasyarakatan, Keagamaan dan kebangsaan berbasis riset. Lahirnya program ini didasarkan pada pertimbangan atas tantangan dunia Pendidikan Tinggi Keagamaan (PTK) dan Ma’had Aly, yang kian hari kian komplek. Tidak saja masalah perluasan akses, tetapi juga peningkatan mutu dan daya saing,” ungkap Prof Sahiron.
Menurutnya, Tri Dharma perguruan tinggi, yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, menjadi matra utama untuk dikembangkan. Dalam konteks penelitian (riset), telah lama dikembangkan oleh Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) dan Ma’had Aly, baik sekala nasional maupun internasional. Mengangkat pelbagai tema-tema penting yang inovatif dan berkontribusi menyelesaikan problem-problem kebangsaan dan dunia global.
Program ini bertujuan antara lain: Pertama, meningkatkan kualitas sumber daya riset melalui penerapan dan pengembangan riset yang kontributif bagi keilmuan, masyarakat dan daya saing bangsa; Kedua, akselerasi peningkatan sumber daya riset di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan dan Ma’had Aly; Ketiga, memperbanyak hasil riset dalam bentuk publikasi ilmiah pada jurnal internasional bereputasi, paten dan kekayaan intelektual lainnya, dan/atau naskah akademik untuk dijadikan sebagai bahan pengambilan kebijakan publik.
Selain dalam rangka meningkatkan kualitas riset yang bersifat advance studies, pada berbagai bidang keilmuan, program MoRA The Air Funds juga dimaksudkan untuk merespons berbagai persoalan yang dihadapi bangsa, menuju Indonesia Emas tahun 2045. Selain itu, untuk memperkuat kapasitas dan daya saing PTK dan lembaga pendidikan yang setara, dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang sosial humaniora, sains dan teknologi, ekonomi, dan lingkungan, serta kebijakan layanan pendidikan dan keagamaan pada Kementerian Agama Republik Indonesia.
Prioritas Riset dan Anggaran
Dijumpai terpisah, Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Puspenma) Kementerian Agama RI, Ruchman Basori menjelaskan, Selama tiga tahun 2024-2026, Kementerian Agama RI mendapat amanah dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) masing-masing dalam satu tahun 50 miliar. Pada tahun anggaran 2024, telah mendanai 47 tema penelitian, dengan 201 periset yang berasal dari 20 PTK dan 1 Fakultas Agama Islam (FAI) pada PTU.
“Ke depan diharapkan LPDP memberikan alokasi anggaran yang lebih besar, mengingat jumlah PTK di bawah Kemenag mencapai 1000 perguruan tinggi dengan jumlah dosen puluhan ribu. Hal ini menjadi Langkah strategis menguatkan riset-riset inovatif di bidang Keagamaan, sosial humaniora dan juga tentu sains dan teknologi,” tandas Ruchman Basori.
Ia menjelaskan, ada (4) empat tema prioritas yang menjadi fokus utama program MoRA The AIR Funds, yaitu Sains dan Teknologi, Sosial Humaniora, Ekonomi dan Lingkungan, serta Kebijakan Layanan Pendidikan dan Keagamaan.
Tema Sosial Humaniora mencakup 19 tema: pendidikan transformatif, kontekstualisasi teks agama dan keagamaan; demokrasi dan identitas bangsa; budaya keberagamaan dan harmoni sosial; hukum yang berkeadilan; globalisasi dan perubahan sosial; inovasi sosial, media dan masyarakat digital; kependudukan, kesejahteraan dan keadilan sosial; perempuan dan anak; budaya dalam upaya mencegah dan menangani akibat dari kekerasan, radikalisme, kekerasan berbasis gender, anak, etnisitas, agama dan identitas lainnya; pengembangan kesejahteraan dan keunggulan prestasi, demokrasi, politik dan pemilihan umum; Corporate Social Responsibility (CSR); mobilitas perempuan dan kelompok rentan sebagai resiliensi dalam sistem dan struktur masyarakat dalam era global; reformasi agraria; rekayasa sosial dan pengembangan pedesaan; kearifan lokal sebagai modal sosial bagi ketahanan bangsa; grand design kekayaan intelektual lokal, peninggalan sejarah dan pelestariannya; karakter bangsa dan pariwisata berkesinambungan; agama dan humanisme; hukum dan demokrasi.
Bidang Sains dan Teknologi ada 11 tema: hilirisasi sains, pengembangan teknologi, kedokteran dan kesehatan; pertanian dan ketahanan pangan; kemaritiman; transportasi; keragaman hayati; kebencanaan; pertahanan dan keamanan; jaringan, data dan keamanan informasi; saintifikasi jamu dan herbal, teknologi produksi pigmen alami, etnomedisin (daun, akar, umbi, batang, buah), pengembangan teknologi biosimilar, biosintesis, dan biorefinery untuk produksi bahan obat; penguatan agroindustri berbahan baku sumber daya lokal; pemanfaatan kearifan lokal dalam proses pemuliaan bibit tanaman, ternak dan ikan; pengembangan teknologi big data.
Ekonomi dan Lingkungan ada 13 tema, yaitu ekonomi syariah, kemiskinan ekstrim, green economy, green metrics, green campus dan perubahan iklim global, eksplorasi nilai-nilai kearifan lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir, regulasi dan budaya sadar bencana kebakaran lahan dan hutan, recovery kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat pasca bencana, manajemen limbah berbahaya dan beracun, mobilitas pada masyarakat lokal dan strategi memelihara lingkungan asal dan tujuan, perempuan dalam wirausaha, koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berbasis pengetahuan khas perempuan, digital ekonomi/smart economic/ekonomi kreatif.
Sedangkan tema Kebijakan Layanan Pendidikan dan Keagamaan mencakup, Pertama, evaluasi dan pencanangan kebijakan; Tema ini terkait dengan layanan yang ada pada lingkup Kementerian Agama, meliputi: Madrasah, Pondok Pesantren, Pendidikan Agama di Sekolah, Pendidikan Tinggi Keagamaan dan Pendidikan Keagamaan lainnya. Kedua, Layanan pendidikan, antara lain mencakup teknologi pendidikan dan pembelajaran, kurikulum pendidikan karakter berbasis kearifan lokal, serta pengembangan manajemen sekolah
berbasis kearifan lokal. Ketiga, Kebijakan layanan di bidang keagamaan meliputi: KUA, Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Jaminan Produk Halal, moderasi beragama dan kebijakan keagamaan di tingkat daerah, serta berbagai layanan keagamaan lainnya.
Isu riset 2025-2029 diharapkan berfokus pada dukungan terhadap sasaran pembangunan nasional seperti penurunan kemiskinan, peningkatan SDM, dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, yang tercantum dalam RPJMN 2025-2029; Selain itu melibatkan peningkatan riset, percepatan hilirisasi riset, serta kolaborasi antara perguruan tinggi, dunia usaha dan industri untuk menciptakan solusi berbasis bukti yang dapat mendorong kesejahteraan masyarakat dan mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Tahapan pelaksanaan Program MoRA the AIR Funds dimulai dari submit proposal, desk evaluasi, penetapan hingga pelaporan, yang semua dilakukan secara paperless melalui platform eRISPRO - LPDP; pendaftaran telah diumumkan sejak tanggal 13 Oktober 2025 dan pembukaan submit proposal mulai tanggal 23 Oktober hingga 7 November 2025.
Keterlaksanaan program MoRA the AIR Funds meniscayakan adanya suatu ekosistem riset dan inovasi di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan yang meliputi kebijakan riset dan pendanaan, infrastruktur riset, dan kolaborasi dengan berbagai pihak terkait, baik di dalam maupun luar negeri.
Program MoRA the AIR Funds harus dilaksanakan secara kolaboratif dan bersifat multi-helix yang terdiri dari periset Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK), periset dari beberapa lembaga riset dan/atau perguruan tinggi umum (PTU) di dalam maupun luar negeri. Juga dapat melibatkan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) untuk menjamin ketercapaian luaran berjangka panjang serta dapat memberikan kemaslahatan bagi banyak pihak.
Penelitian ini dapat diselenggarakan multi years (1-3 tahun). Para dosen PTK diharapkan mengambil bagian pada riset bergengsi ini karena anggaran yang tersedia relatif besar, antara 500 juta hingga 2 miliar.
Program MoRA the AIR Funds diharapkan dapat mengubah mindset dan habitus para periset, khususnya di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan—dari model riset individual dan monodisiplin dengan luaran dan capaian untuk kepentingan individual ke arah kolaboratif dengan perspektif interdisipliner, multidisipliner, transdisipliner, dan berorientasi pada luaran berdampak nyata bagi pengembangan masyarakat, serta berimplikasi strategis bagi pengembangan keilmuan menuju Indonesia emas 2045.
”Proses transformasi kelembagaan PTK dari Sekolah Tinggi ke Institut dan menjadi Universitas, dalam konteks riset mendapatkan momentumnya. Dari PTK untuk Indonesia dan ekstrim,” tutup Ruchman Basori.
Rencana Pengembangan
Dalam menghadapi tantangan peningkatan kualitas akademik, perguruan tinggi keagamaan Islam, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam tengah mengupayakan langkah ke depan dengan terobosan strategis yang secara langsung memperkuat kompetensi dosen. Ini meliputi program-workshop intensif dan pemagangan (internship) di lembaga penelitian internasional terkemuka yang dapat memberikan pengalaman global dan perspektif baru.
Salah satu lembaga yang menjadi acuan adalah Alexander von Humboldt Foundation di Jerman, yang telah dikenal sebagai pusat riset dan kolaborasi internasional. Di Prancis, lembaga seperti Institut National de la Recherche pour l’Agriculture, l’Alimentation et l’Environnement (INRAE) juga telah menjalin kerjasama penelitian internasional yang signifikan, termasuk dengan Australia. Sementara di Australia, lembaga seperti Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) menawarkan pengalaman riset lintas disiplin dan aplikasi nyata yang dapat memberi manfaat besar bagi dosen perguruan tinggi keagamaan.
"Melalui program-workshop, dosen akan dibekali metode pedagogi modern, penggunaan teknologi digital dalam pengajaran agama, serta manajemen riset yang relevan dengan konteks internasional. Sedangkan melalui pemagangan di lembaga-lembaga riset tersebut, dosen akan mengalami langsung kultur riset global, jaringan ilmiah internasional, dan tantangan penelitian lintas negara yang relevan dengan pengembangan studi keagamaan islam di dalam negeri," ungkap Sahiron. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kemenag Dorong SDM Unggul Lewat MoRA The Air Funds Program
| Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |