https://jabar.times.co.id/
Wisata

Monumen Potlot Blitar dan Jejak Pengibaran Merah Putih yang Pertama

Senin, 11 Agustus 2025 - 05:06
Monumen Potlot Blitar dan Jejak Pengibaran Merah Putih yang Pertama Monumen Potlot yang ada di kawasan Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya, Blitar, Jawa Timur pada Sabtu Sore 09/08/2025 (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)

TIMES JABAR, BLITARMonumen Potlot di Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya, Blitar, Jawa Timur bukan sekadar tugu peringatan. Bangunan yang membisu ini berkisah tentang peristiwa pengibaran Bendera Merah Putih sebelum Indonesia merdeka.

Monumen Potlot dan Sejarah Pengibaran Merah Putih

Monumen Potlot terletak di kompleks Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya, Jl. Sudanco Supriyadi, Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur.

Prasasti-Monumen-Potlot.jpgPrasasti Monumen Potlot yang diresmikan oleh Bapak TNI Djendral Soedirman (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)

Tugu ini dibangun untuk memperingati momen bersejarah pada 14 Februari 1945 ketika Bendera Merah Putih pertama kali dikibarkan di Blitar pada masa pendudukan Jepang.

Pengibaran dilakukan oleh Shodancho Parto Hardjono, anggota PETA (Pembela Tanah Air), sekitar pukul 03.30 WIB di Lapangan Bendogerit. Tiang bendera tersebut biasanya digunakan untuk mengibarkan bendera Hinomaru setiap pagi, namun pada hari itu Merah Putih berkibar gagah selama tiga jam sebelum pasukan Jepang memadamkan pemberontakan.

Sejarawan Blitar, Bambang In Mardiono, dalam bukunya Bunga Rampai Sejarah Blitar, menjelaskan nama "Potlot" berasal dari kata "pensil" yang identik dengan para pejuang PETA berusia 14–16 tahun, kebanyakan pelajar. Monumen ini berbentuk runcing menjulang menyerupai ujung pensil, menjadi pusat perhatian di area belakang taman makam.

"Pada 14 Februari 1945, Merah Putih untuk pertama kalinya berkibar di Blitar oleh Sudanco Parto Hardjono. Peristiwa ini terjadi enam bulan sebelum proklamasi kemerdekaan," tulis Bambang.

Di bagian bawah monumen tertera prasasti peresmian oleh Jenderal Soedirman pada 16 Juli 1946. Prasasti tersebut menegaskan bahwa monumen ini mengenang semangat perjuangan PETA Blitar melawan penjajah Jepang.

Pemberontakan PETA dan Makna Monumen

Pemberontakan PETA Blitar dipimpin oleh Sudanco Supriyadi dan melibatkan sekitar 163 tentara, atau sepertiga dari batalion yang ada. Aksi tersebut sebagian besar dilakukan oleh pemuda berusia belasan tahun.

Dalam catatan sejarah, enam prajurit divonis hukuman mati, antara lain Sudanco Muradi, Sudanco Sunanto, Sudanco Suparyono, Budanco Sudarmo, Budanco Halir Mangkuprojo, dan dr. Ismangil. Sementara 15 prajurit lainnya menerima hukuman penjara dengan durasi bervariasi, dan sisanya dibebaskan.

Napak Tilas Kemerdekaan

Fadhillio-Ibra-Farissandro-Abriakto.jpgFadhillio Ibra Farissandro Abriakto yang sedang mengunjungi Monumen Potlot Sabtu  Sore 09/08/2025 (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)

Fadhillio Ibra Farissandro Abriakto, pemuda Blitar yang memiliki minat pada sejarah mengatakan, mengunjungi Monumen Potlot. menjadi bagian dari upayanya mengenal lebih dekat sejarah perjuangan di daerahnya.

Ia menyempatkan membaca prasasti dan mempelajari latar belakang pemberontakan yang menjadi bagian penting dari sejarah Blitar.

Menurut Fadhillio, kunjungan ke situs sejarah seperti Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya dan Monumen Potlot memberikan perspektif nyata tentang perjuangan kemerdekaan.

"Melihat langsung monumen ini membuat saya lebih memahami bahwa kemerdekaan diperjuangkan dengan pengorbanan besar, bahkan oleh mereka yang masih sangat muda," ujarnya, Sabtu (9/8/2025).

Area Monumen Potlot terawat rapi, dengan jalur pejalan kaki yang memudahkan pengunjung. Meski letaknya di bagian belakang taman makam, bentuknya yang khas membuatnya mudah dikenali.

Petugas taman makam memastikan bahwa monumen selalu dalam kondisi bersih dan terbuka untuk umum pada jam kunjungan resmi.

Edukasi Sejarah di Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya

Selain Monumen Potlot, kompleks Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya menyimpan banyak jejak sejarah lain, seperti replika Candi Panataran dan makam para pahlawan nasional. Lokasinya juga kerap menjadi tempat pelaksanaan kegiatan edukasi sejarah bagi pelajar dan komunitas pecinta sejarah.

Kunjungan Fadhillio berlangsung hingga sore sebelum taman makam ditutup untuk umum. Pembatasan jam kunjungan diberlakukan demi keamanan dan kelestarian situs. Menurutnya, berada di lokasi bersejarah seperti Monumen Potlot membuatnya lebih memahami makna perjuangan.

“Bisa melihat langsung lokasi pengibaran Merah Putih sebelum kemerdekaan memberi saya perspektif baru. Perjuangan itu nyata, dan terjadi di sini, di Blitar,” kata Fadhillio.

Dengan peristiwa pengibaran Bendera Merah Putih pada 14 Februari 1945, Monumen Potlot tidak sekadar menjadi penanda fisik di TMP Raden Wijaya, tetapi simbol keberanian dan perlawanan terhadap penjajahan.

Momen ini menegaskan bahwa semangat kemerdekaan telah berkobar di Blitar bahkan sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945. Kehadirannya menjadi pengingat bahwa perjuangan tidak hanya tercatat di buku sejarah, tetapi tertanam di tanah tempat para pahlawan berkorban. (*)

Pewarta : TIMES Magang 2025
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jabar just now

Welcome to TIMES Jabar

TIMES Jabar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.