TIMES JABAR, MALANG – Di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk kota, melarikan diri ke sebuah kebun jeruk yang asri dan menikmati segarnya buah jeruk langsung dari pohonnya mungkin adalah hal yang dibutuhkan banyak orang.
Wisata Petik Jeruk Bedengan yang terletak di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menawarkan pengalaman ini dengan suasana pedesaan yang menenangkan dan buah jeruk yang memanjakan lidah.
Tempat Wisata Petik Jeruk Bedengan yang dikelola langsung oleh pemiliknya, Eko Wahyudi di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. (FOTO: Ryandhika Farhansyah/TIMES Indonesia)
Begitu memasuki area kebun, udara segar menyambut para wisatawan dengan hamparan pohon jeruk yang memanjang sejauh mata memandang. Dengan luas sekitar setengah hektar, kebun ini memanjang ke belakang, memberikan kesan luas dan tenang, dikelilingi oleh kehijauan yang menyejukkan.
Suara dedaunan yang bergoyang lembut oleh angin seolah menyambut setiap langkah para pengunjung. Di sini, wisatawan dapat menikmati waktu santai di bawah pohon-pohon rindang sambil mencicipi jeruk yang baru saja dipetik.
Rindangnya perkebunan jeruk di Wisata Petik Jeruk Bedengan yang menyejukkan hati. (FOTO: Ryandhika Farhansyah/TIMES Indonesia)
Ada berbagai jenis jeruk yang bisa dinikmati, di antaranya jeruk baby java yang dikenal juga dengan sebutan jeruk pacitan, jeruk keprok yang manis, serta jeruk siem madu yang juicy dan segar. Setiap jenis jeruk menawarkan sensasi rasa yang berbeda, mulai dari manis yang lembut hingga segar yang menggigit.
Tidak hanya menawarkan pengalaman memetik jeruk, kebun ini juga dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Terdapat toilet bersih, warung kecil yang menyajikan kopi dan camilan, serta tempat berteduh untuk menikmati jeruk yang sudah dipetik. Suasana kebun yang tenang dan fasilitas yang nyaman membuat tempat ini cocok untuk beristirahat sejenak dari rutinitas harian.
Jeruk-jeruk segar yang menunggu untuk disantap oleh wisatawan di Wisata Petik Jeruk Bedengan. (FOTO: Ryandhika Farhansyah/TIMES Indonesia)
Eko Wahyudi, pengelola sekaligus pemilik dari kebun jeruk ini, berbagi kisahnya dengan penuh antusiasme.
"Awal mula dulu itu waktu kecil saya diajak untuk menanam bibit pohon jeruk oleh orang tua, lalu berselang waktu sampai saat ini pohonnya sudah tumbuh besar dan memproduksi banyak buah," kenangnya. Eko mulai menanam bibit pohon jeruk pertama kali pada tahun 1996, dan tiga tahun kemudian, pohon-pohon tersebut mulai berbuah.
Meskipun kebun ini sudah lama menjadi bagian dari kehidupan Eko, wisata petik jeruk ini sendiri baru dibuka sekitar setahun yang lalu.
"Sebelumnya hanyalah perkebunan jeruk biasa," ujar Eko.
Namun, seiring dengan meningkatnya minat wisatawan terhadap aktivitas wisata alam, Eko melihat peluang untuk membuka kebun jeruknya sebagai tempat wisata petik jeruk. "Musim panen seperti sekarang ini ramai dikunjungi wisatawan. Dari bulan Juni sampai Oktober itu buahnya sudah habis karena ramai didatangi orang," tambahnya.
Berwisata di sini cukup sederhana. Wisatawan hanya perlu membayar Rp20.000 untuk mendapatkan keranjang dan pisau. Setelah itu, mereka bisa memetik dan menikmati jeruk sepuasnya di dalam kebun. Jika ada sisa jeruk yang ingin dibawa pulang, akan dikenakan biaya tambahan sesuai dengan berat jeruk yang dibawa.
Bagi wisatawan yang tidak ingin repot-repot memetik jeruk, tersedia pilihan untuk langsung membeli jeruk tanpa harus memasuki kebun. Harga jeruk bervariasi, mulai dari Rp7.000 hingga Rp14.000 per kilogram, tergantung jenisnya.
Jeruk siem madu dijual seharga Rp14.000 per kilogram, jeruk keprok Rp10.000 per kilogram, dan jeruk baby java Rp7.000 per kilogram. Dengan pilihan ini, para wisatawan tetap bisa membawa pulang kesegaran buah jeruk Malang yang tak terlupakan tanpa perlu bersusah payah memetiknya sendiri.
Tidak dapat dipungkiri, keberadaan Bumi Perkemahan Bedengan yang terletak berdekatan dengan Wisata Petik Jeruk Bedengan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan.
Eko Wahyudi mengakui bahwa banyak wisatawan yang awalnya berencana mengunjungi Bedengan, akhirnya mampir ke kebun jeruknya karena letaknya yang berada di jalur menuju perkemahan tersebut. "Karena banyak orang mau ke Bedengan, jadi secara tidak langsung para wisatawan juga ikut mampir ke sini. Soalnya ini satu-satunya jalur menuju Bedengan dan dikelilingi oleh kebun jeruk, salah satunya kebun jeruk milik saya," jelas Eko.
Selain itu, beberapa wisatawan memang datang khusus untuk menikmati pengalaman memetik jeruk di kebunnya, bahkan tanpa mengetahui lokasi Bedengan. Hal ini menunjukkan bahwa Wisata Petik Jeruk Bedengan telah berhasil menarik minat wisatawan secara mandiri, meski keberadaan Bedengan tetap menjadi faktor pendukung yang penting dalam meningkatkan jumlah pengunjung.
Tidak hanya wisatawan yang datang, kebun ini juga sering kali menjadi tujuan para pengepul jeruk. Mereka membeli jeruk dalam jumlah besar, antara 3 hingga 4 ton, untuk dijual di kota-kota besar seperti Jakarta, Solo, dan Semarang. "Harganya juga variatif, kadang Rp4.000 hingga Rp5.000 per kilogram, tergantung kualitas dan kondisi pasar," kata Eko.
Pengelolaan kebun ini tidaklah mudah. Eko menjelaskan bahwa pemupukan dilakukan saat musim hujan menggunakan pupuk NPK, yang membantu pohon jeruk tumbuh subur. Selain itu, perawatan yang intensif diperlukan untuk mencegah serangan hama seperti lalat buah, yang bisa merusak kualitas buah.
"Penyemprotan harus rutin dilakukan setiap 10-12 hari agar terhindar dari penyakit dan hama," jelasnya.
Menjelang akhir pekan, kebun jeruk ini menjadi semakin ramai. "Di sini ramai pada hari Sabtu dan Minggu, sudah pasti ramai," ujar Eko. Meskipun sibuk, Eko sering kali dibantu oleh putranya, Rehan, dalam mengelola kebun ini.
Bagi para wisatawan yang mencari pengalaman wisata yang berbeda dan ingin merasakan segarnya buah jeruk langsung dari kebunnya, wisata petik jeruk ini adalah pilihan yang tepat. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Menikmati Segarnya Buah Berpadu Alam Pedesaan di Wisata Petik Jeruk Bedengan
Pewarta | : Ryandhika Farhansyah (MG-261) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |