TIMES JABAR, CIAMIS – Memahami sejarah tentunya penting agar mengenal jati diri kita sebagai masyarakat Indonesia. Salah satunya mengenal sejarah Kerajaan Panjalu di Ciamis, Jawa Barat yang peradabannya muncul di sekitar Situ Lengkong Panjalu pada zaman dahulu.

"Peradaban Kerajaan Panjalu zaman dahulu dibuktikan dengan adanya berbagai benda peninggalan. Di antaranya seperti menhir, batu tapak kaki, batu bangunan, batu panobatan raja, mata uang Cina dan Bokor Mas. Adapula, pedang milik Prabu Sanghyang Borosngora," ungkap keturunan Raja Panjalu ke 18, R. Haris R. Cakradinata S.E., Rabu (17/3/2021).

Terdapat tulisan berbahasa Arab dalam pedang tersebut, yaitu La Fatta lahi Ali Ya Ali Karomallahu Wajhahu. Makna tulisan Itu berarti 'Inilah pedang milik Sayidina Ali Karomallahu Wajhahu'.

Museum Bumi Alit di kawasan Situ Lengkong Panjalu, tempat penyimpanan benda-benda peninggalan Kerajaan Panjalu (foto: id.wikipedia.org)

Benda-benda peninggalan tersebut kini disimpan di Museum Bumi Alit yang masih terletak di sekitar Situ Lengkong Panjalu. "Ada juga bukti peninggalan secara tertulis yaitu berupa prasasti Astana Gede Kawali, prasasti batu tulis dan naskah," tambahnya.

Prasasti Astana Gede Kawali juga menceritakan Kerajaan Panjalu. Itu sekitar 15 kilometer dari sebelah timur Panjalu.

Prasasti itu menceritakan kisah relevan dengan apa yang terjadi dalam Kerajaan Panjalu. Pasalnya, isinya menyebutkan nama Raja Wastu Rahiang Niskala Wastu Kancana.

Situ Lengkong Panjalu di Ciamis, Jawa Barat (foto: instagram/abdurrohmanphotographer)

Di Panjalu juga terdapat prasasti batu tulis yang menceritakan berakhirnya Kerajaan Panjalu pada tahun 1200 Masehi. "Namun, prasastinya sudah hilang, mungkin tertimbun tanah," ujarnya.

Adapula dua naskah yang juga menceritakan kisah Kerajaan Panjalu di Ciamis. Pertama, naskah yang berjudul Babad Panjalu ditulis oleh R. Demang Pradjadinata Putra Dalem Cakranagara III yang merupakan Bupati Panjalu terakhir. Kedua, naskah yang berjudul Serat Carios Babad Situ Lengkong Panjalu. Naskah itu merupakan karya R. Nitidipradia. (*)