TIMES JABAR, BANDUNG – Inovasi teknologi kembali lahir dari ruang pendidikan vokasi. Tim dosen Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) bersama Sekolah Luar Biasa Negeri A (SLBNA) Citeureup, Kota Cimahi, mengembangkan prototipe alat bantu cerdas bernama GuideX-Polban, yang dirancang untuk meningkatkan kemandirian penyandang disabilitas sensorik netra (PDSN) dalam beraktivitas di lingkungan sekolah maupun ruang publik.

Alat ini bekerja dengan sistem panduan posisi dan jarak secara real time, membantu pengguna mengenali arah langkah dan posisi rekan mereka tanpa bergantung pada jaringan internet. Inovasi ini menjadi bukti nyata bahwa penguasaan teknologi tinggi dapat berpadu dengan nilai empati sosial untuk menghadirkan solusi yang benar-benar dibutuhkan masyarakat berkebutuhan khusus.

Ketua tim pengembang, Tata Supriyadi, menjelaskan bahwa ide pembuatan GuideX-Polban berawal dari observasi terhadap kebutuhan siswa PDSN yang sering kesulitan menentukan posisi, jarak, dan arah di lingkungan sekolah terhadap rekan sesamanya.

“Kami ingin menghadirkan teknologi yang tidak sekadar canggih, tapi juga relevan dengan realitas pengguna di lapangan. Prinsipnya sederhana: alat ini harus mudah digunakan dan aman bagi penggunanya,” ujarnya, Sabtu (24/10/2025)

GuideX-Polban dikembangkan dengan memadukan sejumlah komponen elektronik seperti kompas digital GY26, GNSS NEO-M8N, serta radio LoRa LiLyGO yang diintegrasikan melalui mikrokontroler ESP32, ungkap Ridwan Solihin, DUT., S.ST., M.T., anggota tim perancangan sistem.

Teknologi ini memungkinkan alat bekerja mandiri, hemat energi, dan memiliki jangkauan komunikasi luas tanpa koneksi WiFi dan internet.

Dalam sistemnya, GuideX-POLBAN menggunakan metode ilmiah Haversine dan Bearing untuk menghitung jarak serta arah antar pengguna berdasarkan koordinat lintang-bujur. Data tersebut kemudian diterjemahkan menjadi isyarat suara, membantu pengguna menentukan langkah dengan presisi.

“Kami tidak ingin alat ini sekadar menjadi perangkat elektronik,” ungkap Budi Setiadi, S.T., M.T., anggota tim pengembang.

"Bagi kami, setiap suara panduan yang terdengar adalah bentuk komunikasi yang memberi rasa aman dan percaya diri bagi pengguna.”

Selain aspek teknis, pengembangan GuideX-Polban juga memperhatikan sisi psikologis dan kenyamanan pengguna. Pendamping dari SLBNA Citeureup, Andri Sugeng Prayitno, M.Pd.,

menuturkan bahwa desain dan sistem suara alat ini diuji langsung kepada siswa agar sesuai dengan karakter dan respons anak-anak tunanetra.

“Inovasi ini tidak hanya bicara teknologi, tetapi juga tentang memahami dunia dari perspektif mereka yang melihat dengan hati,” ujarnya.

GuideX-Polban bekerja otomatis saat dua perangkat aktif bersamaan. Ketika salah satu pengguna menekan tombol panik, sistem akan menukar data koordinat melalui jaringan radio dan memberi panduan suara untuk menentukan arah yang aman. Sebagai fitur keselamatan, alat juga dapat menonaktifkan sistem secara otomatis untuk mencegah kesalahan fungsi.

Proyek prototipe ini memperoleh dukungan pendanaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui program Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Dukungan tersebut memperkuat posisi Polban sebagai kampus vokasi yang tidak hanya fokus pada teknologi, tetapi juga berkomitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan pendidikan inklusif.

“Kolaborasi ini membuktikan bahwa pendidikan vokasi dapat melahirkan inovasi yang berempati dan berdampak langsung bagi masyarakat,” ujar Tata.

Ke depan, tim berencana mengembangkan versi lanjutan GuideX-Polban dengan fitur peta digital dan komunikasi dua arah berbasis LoRa Mesh, agar dapat digunakan lebih luas di lingkungan publik dan sistem pendidikan inklusif nasional. (*)