TIMES JABAR, BANJAR – Nasib SW (38) asal Kota Banjar, seorang sarjana pendidikan yang nekad bekerja di Brunei Darussalam sebagai ART dengan cara non prosedural menuai sorotan publik. Pasalnya, SW diduga kabur dari agensi yang menampungnya di Brunei usai dipekerjakan di tiga tempat.
SW mengeluh lelah dan tak sanggup bekerja berat saat diberikan pekerjaan pertama kalinya sebagai ART karena selain membersihkan rumah, SW juga harus mengurus hewan ternak dan pekerjaan lainnya yang tidak sesuai dengan harapannya.
Drama perjalanan SW sebagai PMI non prosedural dimulai setelah videonya viral meminta bantuan Presiden dan Gubernur Jawa Barat untuk pulang ke Indonesia.
Setelah beberapa bulan ditangani KBRI, kabar terbaru dari SW justru kini berhadapan dengan hukum karena diduga adanya keterlibatan dalam perdagangan manusia yang ditangani Imigrasi dan kepolisian setempat.
Kadisnaker Kota Banjar melalui Pengantar Ahli Muda, Endi Apandi, mengaku terus melakukan koordinasi dengan pihak KBRI guna memantau kasus hukum yang menahan kepulangan SW. "Dari keterangan KBRI, SW masih harus menjalani proses hukum disana. Proses Hukum di Brunei Darusalam sangat hati-hati dan lambat sekali. Pihak KBRI juga tak bisa mengintervensi proses hukum di sana," jelasnya kepada Times Indonesia, Rabu (30/7/2025).
Terlebih, lanjut Endi, paspor SW sampai saat ini belum diketahui berada dimana karena antara SW dan Agensi Sharon tidak sinkron. Menurut SW, paspor berada di Sharon, tetapi Sharon tidak mengakui SW sebagai pekerjanya.
"SW terbukti memakai Visa Sosial dan selalu memberikan keterangan yang berubah-ubah sehingga yang awal dilakukan penyiasatan menjadi korban, namun karena keterangan SW berbelit terus, pihak imigrasi menduga SW terlibat dan mengetahui dengan sadar kalau dia non prosedural datang ke Brunei Darusalam," paparnya.
"Sejauh ini, KBRI di Brunei Darussalam terus melakukan pendampingan terhadap SW, namun tidak bisa intervensi terhadap pihak imigrasi terkait proses hukum yang sedang berjalan, SW masih dalam penyiasatan dan unit pendakwaan dimana pihak imigrasi kerjasama dengan pihak polisi di sana dalam penangan investigasinya," sambung Endi.
Pekerja Disnaker Kota Banjar yang kerap wara wiri membantu para PMI bermasalah ini juga mengungkap bahwa saat ini SW dalam posisi sehat dan tetap berada di rumah singgah sementara/shelter KBRI dengan aman.
Dari hasil penelusuran Times Indonesia di lapangan, SW sebelumnya merupakan seorang tenaga pengajar di salah satu Sekolah Dasar di Kelurahan Karangpanimbal yang kemudian berhenti dan memilih bekerja di pabrik pengolahan kayu yang ada di Kota Banjar.
Dari keterangan ibunya, SW diketahui ingin mencari pekerjaan dengan bayaran besar untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dan anak semata wayangnya usai bercerai dari suaminya. "Anak saya memang terburu-buru berangkatnya. Saat pergi pun dia tak punya uang sama sekali. Ternyata di Brunei malah terlunta-lunta, saya harap bantuannya agar anak saya segera kembali ke Indonesia dengan selamat," ujarnya saat ditemui di rumahnya.
Sang ibu juga mengungkap kondisi mata putrinya yang kurang normal menjadi kendala saat SW mencoba melalui jalur prosedural. Ada dua perusahaan penyalur PMI yang menolaknya karena dianggap tak memenuhi syarat. "Sebelumnya anak saya itu niatnya mau dioperasi dulu matanya di Bandung. Tapi malah buru-buru berangkat ke Brunei," jelasnya.(*)
Pewarta | : Sussie |
Editor | : Faizal R Arief |