TIMES JABAR, BANDUNG – Sekilas melihat penampilan sosok senior asal Bandung ini tidak akan menyangka bila usianya sudah menginjak 98 tahun. Wajahnya yang masih energik, membuat orang senang bercengkrama dengan dirinya.
Bila sudah berbincang-bincang terlihat, kakek satu ini begitu banyak pengalamannya yang bahkan membuat banyak orang berdecak kagum. Satu contoh sejarah yang dicatatnya adalah, Abah Landung sempat menjadi relawan pengumpul mobil sebanyak 155 bagi delegasi KAA yang datang ke Bandung.
Se-Indonesia mengetahui bahwa KAA di Bandung adalah salah satu sejarah yang tak akan pernah terlupakan. Dengan menjadi bagian dari sejarah, jelas Abah Landung merupakan warga Bandung yang telah berkontribusi bagi kota Parahyangan ini.
Tidak hanya berkontribusi sebagai relawan KAA saja, tetapi abah Landung pun pernah membuat rekor bersepeda ke kota Suci Mekah selama 7 bulan. Bagi orang biasa tentu akan butuh motivasi besar bisa mengendarai sepedanya selama berbulan-bulan ke negara asing.
Belum lagi, rintangan yang ada di perjalanan tentunya tidak sedikit, selain perihal Bahasa, kondisi alam, cuaca, dan lain sebagainya. Namun, tekad yang bulad membuat Abah Landung bisa mencapai prestasi yang bisa mengharumkan kota dan negaranya.
"Kegiatan saya sekarang sejak 20 tahun yang lalu yakni di dewan pemerhati lingkungan dengan tugasnya memperhatikan dan mengawasi lingkungan, memberikan edukasi kepada masyarakat," tutur Abah Landung, Rabu (26/04/23)
"Kegiatan mengawasi lingkungan ini sudah sejak lama saya lakukan, umumnya di wilayah Jawa Barat Bersama bapak Letnan Jendral (Purn.) Solihin G.P. dan Mayor Jendral (Purn) Iwan Ridwan Sulanjana," ulas Abah Landung.
Abah Landung menuturkan bagaimana suka dukanya "merawat" lingkungan agar tetap berseri asri walau dengan persoalan yang sering dihadapi di lapangannya. Menurut Abah Landung, ia banyak bekerja sama dengan perhutani-perhutani agar lingkungan bisa terawat dan memberikan kontribusi bagi masyarakat.
Abah Landung kemukakan bahwa dulu kegiatan lingkungan ini didonasi oleh Arifin Panigoro sebelum meninggal. Tetapi setelah Arifin meninggal, donasinya ikut terhenti dan sampai sekarang donatur seperti mendiang Arifin Panigoro tidak ada lagi.
"Paling sekarang kerja sama nya dengan perhutani dan pertanian setempat yang turut membantu kegiatan sosial abah ini. Fokus kegiatan abah adalah pengawasan terhadap penebangan pohon liar dan mengedukasi masyarakat dengan bercocok tanam lain yang bermanfaat," tukas Abah Landung.
Abah Landung menceritakan bahwa kegiatan sosial ini masih terus dijalankan bersama para pensiunan Jenderal tersebut. Ia memang senang beraktivitas seperti halnya ketika memutuskan untuk bersepeda ke Mekah, ia memulai saja perjalanan dari waktu ke waktu dan betapa banyak keajaiban di perjalanan yang seperti mimpi.
Perjalanan seperti 'dipendekkan' sehingga ia merasa cepat bersepeda ke Mekah tersebut padahal hitungan jam yang bisa dicapai oleh orang seusia Abah Landung tentu akan lebih lambat, tetapi ia bersyukur banyak "kasih sayang" yang didapat dalam perjalanan ke Mekah tersebut.
Abah Landung pun sampai sekarang seperti 'mimpi' punya kondisi wajah dan tubuh yang masih segar, bahkan kenalan Abah Landung yang pernah bertemu lima puluh tahun lalu mengatakan bahwa sosok historis asal Bandung ini tak berubah, masih sama seperti dahulu. (*)
Pewarta | : Djarot Mediandoko |
Editor | : Ronny Wicaksono |